Awal

1.5K 59 7
                                    

"I'm so sorry Jaemin, Renjun is pass away".

Hidup Jaemin seketika hancur setelah dia mendengar perkataan Dokter yang begitu menghancurkan hati nya itu. Tubuhnya seketika melemas, air mata nya langsung mengalir deras dari kedua matanya. Dan dengan langkah tertatih dia menghampiri istrinya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa.

"R-Renjun". Suaranya bergetar saat dia melihat jasad wanita yang paling dia cintai itu, pertahanan Jaemin langsung runtuh, dia langsung menangis meraung-raung, bahkan dia tidak peduli saat kedua orang tuanya mencoba menenangkannya dan mengucapkan kalimat penguat untuk dirinya, tapi Jaemin tidak butuh itu, yang Jaemin inginkan hanyalah istrinya.

Jaemin terus memeluk jenazah Renjun tanpa berniat melepaskannya, dia masih tidak percaya kecelakaan yang baru saja dia alami sudah merenggut istrinya itu, Jaemin sangat menyesal sekarang karena dia tidak mendengarkan perkataan Renjun untuk tidak pergi hari ini. Jika saja dia bisa mendengarkan Renjun, maka kecelakaan ini mungkin tidak akan terjadi dan dia tidak akan kehilangan Renjun untuk selamanya.

Tapi semuanya sudah terjadi, sekeras apapun Jaemin menolak, takdir yang sudah terjadi tidak bisa di ubah lagi. Tapi jika boleh, Jaemin berharap kalau Tuhan akan memberikan kembali kesempatan kedua untuknya bisa bersama Renjun suatu hari nanti. Walaupun kedengarannya mustahil, tapi dia yakin mukjizat Tuhan itu ada.

1 Tahun Kemudian.....

"Gimana Jaem?". Tanya Irene saat dia menunjukkan foto seseorang pada Jaemin.

"Dia baik kok orang nya, dia juga bisa jadi istri yang baik buat kamu". Minho menambahi.

Jaemin menghela nafas lalu dia menyandarkan punggungnya ke sofa. "Aku gak tau Pa".

Minho langsung melirik Irene setelah mendengar ucapan dari anaknya itu, sementara Irene hanya bisa menghela nafas, lalu dia berpindah posisi untuk duduk di samping Jaemin.

"Kalau kamu belum siap gak apa-apa kok, pelan-pelan aja, tapi tolong pikirkan lagi ya, kamu udah kenal dia dari kecil, dan kamu juga udah tau kalau dia itu baik dan dia juga bisa merawat kamu dan juga Chenle, lagipula Mama udah terlanjur janji sama orang tuanya buat nikahin kamu sama dia".

"Maaf kalau mungkin Papa sama Mama lancang karena udah janji sama temen Papa itu tanpa memberitahu kamu dulu, tapi kami gak punya pilihan lain lagi Nak, hanya itu yang bisa kami lakukan untuk membayar semua kebaikan mereka selama ini sama kita, dan Papa juga gak bisa menolak keinginan terakhir mereka". Minho menambahi.

"Lagipula kamu mau Chenle cepet sembuh kan? Dan Mama yakin dia bisa bikin Chenle sembuh lebih cepat".

Jaemin kembali menghela nafasnya panjang, lalu dia sekali lagi melihat foto wanita yang ada di meja. "Nanti aku pikirkan dulu ya Ma". Jaemin beranjak dari duduknya. "Aku mau ke kamar dulu liat Chenle". Irene mengangguk lalu dia melihat putranya itu berjalan menuju kamar anaknya.

Sementara itu Jaemin berjalan dengan isi pikiran yang penuh karena memikirkan tawaran dari orang tuanya tersebut. Sejujurnya dia tidak tertarik untuk menikah lagi setelah Renjun tiada, bahkan jika tidak menghargai orang tuanya, dia sangat malas melihat foto itu dan membahas tentang orang yang akan di jodohkan dengannya, walaupun Jaemin sudah kenal lewat orang tua mereka yang sudah bersahabat sejak lama, tapi Jaemin benar-benar tidak tertarik sama sekali.

Ceklek!

Jaemin membuka pintu kamarnya dan dia langsung tersenyum saat melihat Chenle sedang bermain mobil-mobilan di atas tempat tidurnya.

"Belum mau tidur sayang? Ini udah malem loh". Tanya Jaemin setelah dia ikut duduk di atas tempat tidur.

Chenle hanya menatap Jaemin yang membuat Jaemin tersenyum dan mengelus surai putranya itu. "Yaudah kalau belum ngantuk gak apa-apa, Chenle boleh main lagi, ya".

Hi, Bye Mama [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang