Lelah

492 45 62
                                    

Ten langsung terisak saat dia masuk ke ruang rawat inap tempat Yangyang di tempatkan saat ini setelah melakukan operasi. Dengan di rangkul oleh Kun, mereka berdua menghampiri Yangyang yang masih belum sadarkan diri itu.

"Adek...". Kun mengusap kening Yangyang lalu mengecup kening adiknya itu. Sementara Ten masih menangis sambil mengusap tangan adiknya yang tertancap jarum infus.

"Aku gak tau hadiah apa yang sedang Tuhan siapkan sampai Tuhan harus memberikan semua cobaan ini pada Yangyang".

Kun menoleh kearah Istrinya yang sedang duduk lalu dia mengusap bahu istrinya itu. "Percayalah kalau Yangyang akan kuat menghadapi semua ini".

"Sampai kapan dia harus kuat? Mungkin dia masih bisa kuat setelah kehilangan pernikahannya, tapi apa dia akan bisa kuat juga saat harus kehilangan bayinya?".

Kun menghela nafasnya lalu dia melihat ke arah pintu yang di buka oleh Jeno, dengan langkah yang lesu Jeno menghampiri Kun dan juga Ten.

"Jen". Kun menepuk pundak Jeno. "Temani Yangyang ya?". Jeno mengangguk lemah.

"Sayang, kita biarkan Yangyang istirahat dulu ya". Walaupun berat akhinya Ten mengangguk, karena jujur dia pun tidak kuat berlama-lama melihat keadaan adiknya, terlalu menyakitkan bagi Ten.

Setelah Kun dan Ten pergi, Jeno menatap Yangyang dengan sendu, air mata tiba-tiba jatuh dari mata Jeno saat dia mengusap kening Yangyang dengan lembut.

"Aku akan selalu ada untuk kamu, jadi aku mohon bertahanlah dan jangan pernah menyerah ya". Jeno mencium kening Yangyang lama.

Di tempat lain, Jaemin masih berusaha menenangkan Renjun yang sedang menangis tersedu-sedu.

"Udah tenang ya". Jaemin mengusap punggung Renjun. "Sekarang minum dulu, sedikit aja".

Renjun menggelengkan kepalanya. "Maaf...".

"Ren?". Jaemin merangkul Renjun.

"Aku minta maaf Jaemin, aku minta maaf, seharusnya aku memang tidak kembali, seharusnya aku memang tidak melawan takdir ku sendiri, jika saja aku bisa menerima takdirku dan tidak egois maka semua ini tidak akan terjadi, sekali lagi aku minta maaf Jaemin, aku minta maaf". Renjun kembali menangis tersedu-sedu.

"Hei sayang, gak usah minta maaf, ini sama sekali bukan kesalahan kamu, dan jangan khawatir semua nya akan baik-baik saja".

"Kenapa kamu masih bilang semuanya akan baik-baik saja? Semuanya kacau Jaemin, semua nya kacau!". Renjun menatap Jaemin kesal. "Dan yang meninggal itu anak kamu Jaemin! Anak kandung kamu! Dan kamu masih bisa bilang semuanya baik-baik saja?".

"Renjun..". Jaemin akan memeluk Renjun tapi tangan Jaemin langsung di kibaskan oleh Renjun. "Sekarang aku juga tau kalau kamu datang menemui Kak Siwon kan? Kenapa kamu melakukan semua itu Jaemin? Kenapa kamu tega mengorbankan anak kamu sendiri?". Renjun mendorong dada Jaemin.

"Maksud kamu? A-aku mengorbankan anak aku? T-tapi anak aku meninggal karena kecelakaan Renjun, dan aku juga baru tau kalau Yangyang sedang hamil saat kecelakaan itu dan aku—.".

"Tapi ucapan kamu yang membuat semua ini terjadi, kamu bilang akan mengorbankan semuanya bahkan sesuatu yang paling berharga dalam hidup kamu, dan sekarang ucapan kamu terkabul Jaemin, kamu memang sudah berhasil mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup kamu, dan itu anak kamu sendiri, Jaemin!".

Air mata Jaemin langsung menetes mendengar ucapan Renjun. Jaemin akui, dia memang mengatakan itu, tapi dia tidak tau kalau ucapannya itu akan mengarah kepada anaknya sendiri, lagipula saat itu Jaemin tidak mengetahui kalau Yangyang sedang mengandung buah cinta mereka.

Hi, Bye Mama [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang