Terungkap

438 47 31
                                    

Tangan Yangyang masih sibuk mencari kunci kamar yang selalu di kunci oleh Jaemin itu, setelah kepergian Jaemin, dia langsung mencari keberadaan kunci itu di kamarnya. Dan sudah 2 jam dia mencari tapi tetap saja dia tidak menemukan kunci itu, bahkan dia sudah mencari di setiap sudut rumahnya tapi tetap hasilnya nihil, kunci itu tidak dapat di temukan.

Yangyang menghela nafas kasar, dia sudah frustasi karena tidak menemukan kunci itu, padahal Jeno sudah bilang kalau semua jawaban atas kekhawatirannya selama ini ada di dalam kamar itu. Yangyang mendudukkan tubuhnya di kursi, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya karena jujur saja dia sudah hampir menyerah mencari kunci itu.

Suara Bel rumahnya yang terdengar membuat Yangyang menoleh ke arah pintu, dia langsung berlari dan membuka pintu rumahnya.

"Selamat pagi, Bu". Sapa Nisa yang merupakan orang kepercayaan Yangyang sekaligus sekretaris Jaemin.

"Nisa, ada apa?".

"Saya kesini mau mengantarkan titipan Pak Jeno". Nisa mengeluarkan sebuah kunci dari tas nya. "Pak Jeno bilang, Ibu sedang butuh kunci ini".

Yangyang menerima kunci itu. "Dari mana Jeno dapat kunci ini?".

"Kunci itu memang selalu Pak Jaemin bawa, Bu. Dan beliau selalu menyimpan kunci itu di ruangan kerjanya, dan kemarin Pak Jeno berhasil mendapatkan kunci itu, awalnya Pak Jeno ingin mengantarkan sendiri tapi dia tidak bisa karena Pak Jeno harus di bawa ke rumah sakit karena kemarin Pak Jeno terlibat perkelahian dengan Pak Jaemin". Jelas Nisa.

"Apa? Terus keadaan Jeno sekarang gimana?".

"Info terakhir yang saya dapatkan, keadaan Pak Jeno sudah membaik".

Yangyang menghela nafas lega. "Terima kasih sudah mengantarkan kunci ini, Nis. Saya memang lagi cari kunci ini sekarang".

Nisa tersenyum. "Oh iya, satu lagi Bu". Nisa mengambil sebuah amplop coklat di dalam tas nya. "Ini ada daftar informasi mengenai keberangkatan Pak Jaemin hari ini, termasuk hotel dan semua tiket yang sudah di pesan selama Pak Jaemin di luar Negeri dan di dalam juga ada foto saat Pak Jaemin di Bandara pagi ini".

Yangyang menerima amplop itu dengan tangan yang sedikit bergetar. "Terima kasih banyak, Nis. Terima kasih sudah membantu saya selama ini".

"Sama-sama Bu, sudah menjadi tugas saya membantu Ibu, semoga itu bisa membantu Ibu menyelesaikan masalah Ibu selama ini".

Yangyang mengangguk. "Sekali lagi terima kasih".

Nisa tersenyum. "Sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi".

Yangyang ikut tersenyum saat Nisa berpamitan, lalu dia menutup pintu rumahnya kembali setelah Nisa pergi.

Perasaan Yangyang menjadi campur aduk sekarang, ada rasa takut, sedih, penasaran bercampur aduk menjadi satu di dalam dirinya, dan sebelum pergi ke kamar itu, Yangyang kembali menatap kunci yang ada di tangannya, juga amplop yang di berikan oleh Nisa, walaupun hari ini dia akan mengetahui semuanya, tapi Yangyang masih berharap semua yang dia takutkan selama ini tidak akan pernah terjadi.

Yangyang tidak mengulur waktu lagi, dia langsung pergi ke kamar yang selalu di kunci oleh Jaemin, dan dengan sedikit bergetar, dia memasukkan kunci ke lubang pintu itu, setelah dua kali memutar kunci itu, akhirnya pintu pun terbuka.

Dengan perasaan yang masih tidak karuan, Yangyang membuka pintu itu perlahan, saat satu kakinya baru melangkah masuk ke dalam, dia sudah langsung melihat sebuah foto pernikahan di hadapannya, sebuah foto yang menampilkan dua orang yang tengah memancarkan senyum kebahagiaan.

Jantung Yangyang semakin berdegup kencang saat dia melihat wajah yang ada di samping Jaemin, wajah yang tidak asing yang pernah ia temui akhir-akhir ini, terlintas kembali saat dia bertemu dengan orang itu untuk pertama kali nya, dia juga ingat saat Chenle menyebutnya dengan sebutan Mama, dan dia juga ingat saat dia melihat Irene memeluk orang itu dengan sangat erat dan penuh kasih sayang.

Hi, Bye Mama [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang