Tidak Pernah Berubah

450 43 16
                                    

Pagi ini Jaemin terbangun dengan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya, bahkan untuk membuka matanya saja, pria itu membutuhkan  perjuangan yang keras.

"Shit! Sakit sekali kepalaku".

Dengan sedikit di paksakan Jaemin akhirnya bisa membuka matanya dengan sempurna dan dia langsung terkejut saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi.

Jaemin menghela nafas kasar, bagaimana dia bisa bangun sesiang ini, dan dimana Yangyang? Biasanya Yangyang akan membangunkan jika Jaemin bangun terlambat.

Dengan perasaan yang sedikit kesal Jaemin menyibakkan selimutnya, dan berjalan cepat ke arah toilet walaupun dia harus memegang apapun yang bisa di raihnya karena Jaemin masih berjalan sempoyongan dan belum bisa menyeimbankan dirinya.

*
*
*

"Nanti pulangnya Ibu jemput ya, Chenle jangan nakal-nakal di sekolah, jangan lupa juga bekal nya di makan". Ucap Yangyang lembut kepada Chenle seraya merapikan surai lembut anak itu.

"Baik Ibu". Jawab Chenle sembari tersenyum manis.

Yangyang ikut tersenyum lalu dia mengecup kening Chenle sebelum anak itu masuk ke dalam Bis jemputan, hari ini memang jadwal Chenle naik bis ke sekolah jadi Yangyang tidak perlu repot-repot mengantar Chenle pagi ini, walaupun ada rasa khawatir karena Chenle baru saja sembuh tapi Yangyang juga tidak bisa melanggar peraturan yang sudah di tetapkan oleh sekolah Chenle.

"Ibu bye-bye". Dari dalam Bis, Chenle melambaikan tangan mungilnya ke arah Yangyang dan dia pun membalas lambaian tangan anaknya itu, bahkan dia masih berdiri di sana sampai Bis yang membawa Chenle tidak lagi terlihat di matanya.

Setelah mengantar Chenle, Yangyang kembali masuk ke dalam rumah dan langsung melihat Jaemin yang baru saja keluar dari kamarnya. Yangyang tidak berniat untuk menyapa Jaemin sama sekali dan dia lebih memilih untuk langsung pergi ke dapur.

"Chenle mana?". Jaemin menarik kursi dan duduk di kursi meja makan.

"Udah berangkat". Jawab Yangyang seraya mencuci piring di wastafel, bahkan dia masih tidak menatap Jaemin sama sekali.

"Sama siapa? kenapa gak nunggu aku?".

"Tadi ada Bis jemputan dari sekolah, lagipula kamu bangun siang jadi aku pikir kamu gak akan ke kantor hari ini".

Terdengar Jaemin menghela nafas kasar. "Ya itu karena kamu gak bangunin aku, kalau kamu bangunin aku, aku pasti bisa antar Chenle, lagipula kok kamu tega sih biarin Chenle pergi sendiri, padahal dia baru aja sembuh".

Yangyang sama sekali tidak menjawab ucapan Jaemin, rasanya dia sudah sangat lelah dan kehabisan tenaga untuk saat ini, apalagi semalaman dia hanya menangis dan tidak tidur sama sekali, jadi lebih baik dia diam saja atau jika dia melawan maka ujung-ujungnya mereka akan bertengkar.

"Aku lagi ngomong sama kamu Yangyang, kenapa kamu diem aja?". Kesabaran Jaemin sepertinya sedikit menipis pagi ini, apalagi dia merasa tidak di hargai kala Yangyang mengabaikannya saat dia berbicara.

Sementara itu Yangyang juga masih pada pendiriannya, dia masih berdiam diri sampai semua piring yang ada di wastafel selesai dia cuci.

Brak!

Jaemin tidak bisa menahan kesabarannya lagi, dia menggebrak meja dan menghampiri Yangyang.

"Kamu kenapa sih? Aku lagi bicara sama kamu".

Yangyang masih terdiam.

"LIU YANGYANG!". Jaemin akhirnya berteriak, lalu dia memutar tubuh Yangyang kehadapannya dan langsung memegang kedua lengan istrinya itu.

Hi, Bye Mama [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang