Akhir Yang Bahagia

711 30 6
                                    

Ribut, 1 kata yang selalu menghiasi hubungan Jeno dan juga Zio. Pasangan Ayah dan anak itu selalu saja beradu mulut bahkan untuk hal yang sangat sepele. Seperti sekarang, mereka beradu mulut hanya karena memilih pakaian untuk bayi perempuan yang akan lahir sebentar lagi.

"Ih jangan gambar Cinderella Ayah". Zio protes pada Jeno.

"Emang kenapa sih?". Jeno tidak terima protes anak sulungnya itu. "Kan bagus nanti anak Ayah jadi Cinderella kalau pake baju itu".

"Jangan itu! Pake ini aja". Zio menunjuk baju Sailor Moon di layar tab Ayahnya.

"Engga! Adik kamu gak boleh jadi Wibu".

Zio berdecak sebal. "Ih Ayah nyebelin. Ibu Ayah nih..".

Yangyang yang sedang memotong buah pun langsung menghela nafas setelah Zio memanggilnya. Walaupun perdebatan Ayah dan anak itu sudah menjadi makanan sehari-hari, tapi tetap saja kuping Yangyang selalu pengang mendengar keributan antara suami dan juga anak sulungnya itu.

"Kenapa sih? Dari tadi Ibu denger kalian ribut mulu". Yangyang duduk di sofa seraya membawa piring yang berisi potongan buah melon.

"Ayah nya tuh nyebelin". Zio mengadu pada Ibu.

"Dih kebiasaan banget nyalahin Ayah kalau di depan Ibu".

"Kan emang iya.. wle...".

Yangyang kembali menghela nafas sabar. "Kakak mending sama Ibu sini makan buah".

Zio menurut, dengan kaki yang di hentakkan sebal ia menghampiri Ibu dan duduk di sampingnya.

"Udah jangan cemberut gitu jelek". Yangyang menyuapkan sepotong buah melon pada anaknya.

"Tapi aku mau nya nanti adik bayi pake baju Sailor Moon bukan Cinderella, Ibu..".

"Iya iya, kan nanti bisa gantian pakenya".

"Tuh dengerin". Jeno ikut bergabung bersama istri dan anaknya. "Kamu kalau di bilangin Ayah gak pernah ngedenger sih".

Zio mendelik ke arah Jeno. "Ayah jelek".

"Kalau Ayah jelek kamu gak akan seganteng ini ya Kenzio". Jeno selalu tidak terima jika sang anak menyebut dirinya jelek.

"Udah udah jangan ribut terus nanti Ibu— aww..".

Jeno dan Zio langsung menoleh ke arah Yangyang saat mendengar Yangyang meringis kesakitan dan memegangi perutnya.

"Sayang kamu kenapa hmm?". Jeno berpindah tempat untuk duduk di samping Yangyang.

"Ibu?". Zio menatap Yangyang dengan tatapan khawatir.

"Perut kamu kenapa? Perut kamu sakit?". Jeno bertanya dengan nada yang sangat panik.

Yangyang mengangguk. "Ini anak kamu nendang perut aku, dia protes kayanya ngeliat Ayah sama Kakaknya ribut terus".

"Ya ampun aku kira kenapa?". Jeno sedikit menghela nafas lega, lalu ia turun dari sofa agar bisa menempelkan kepalanya di perut Yangyang. "Maafin Ayah ya cantik, Ayah janji gak akan berantem lagi sama Kakak". Jeno mengecup perut istrinya. Yangyang tersenyum lalu mengusap surai suaminya itu.

Yangyang menoleh ke arah anak sulungnya. "Kakak gak mau minta maaf sama adik?".

Zio tersenyum lalu meletakkan tangannya di atas perut Ibu dan mengelusnya dengan lembut. "Kakak minta maaf ya adik, tapi jangan nendang perut Ibu lagi ya, kasihan Ibu suka sakit perutnya kalau kamu tendang".

Hi, Bye Mama [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang