Jam 11 malam akhirnya sampai dirumah, aku masuk ke kamar dan merebahkan tubuh ke kasur. Masih teringat jelas bagaimana Nathan meninggalkan aku sendirian di pesta, bagaimana mungkin dia bisa pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Nathan. Bagaimana kamu bisa sejahat dan setega itu kepadaku. Tidak bisakah kamu menghargai aku sedikit saja?
Malam ini aku menangis sejadi-jadinya, aku merasa dipermalukan dan tidak dihargai. Saking lelahnya menangis, akhirnya aku tertidur.
Aku terbangun karena mendengar suara alarm, sudah jam enam pagi. Aku bergegas bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.
Di meja makan aku melihat papa sedang membaca koran dengan ditemani secangkir kopi, aku menghampiri dan mencium pipi papa.
"Selamat pagi. Papa sudah selesai jalan pagi?" Tanyaku sambil mengoleskan selai strawberry ke roti.
"Iya, Ra. Bagaimana acara semalam?" Tanya papa penasaran.
"Mmmm sukses, Pa. Pestanya meriah sekali". Aku terpaksa berbohong ke papa.
"Nathan mengantar kamu sampai rumah?" Papa bertanya untuk memastikan.
"Iya pa, semalam aku sampai rumah jam 11". Kataku sambil mengunyah roti.
"Syukurlah. Papa senang mendengarnya. Ternyata Nathan laki-laki yang gentleman, Papa semakin kagum dengan dia". Kata papa sambil tersenyum.
Maafkan aku Pa, aku terpaksa berbohong. Aku tidak mungkin mengatakan kalau yang sebenarnya terjadi Nathan meninggalkan aku sendirian di pesta, aku tidak ingin Papa kecewa dengan Nathan.
Aku tahu kalau 50 persen saham perusahaan Nathan adalah milik papa dan kalau sampai papa mengetahui, beliau pasti kecewa dengan Nathan dan akan menarik semua sahamnya. Jika itu sampai terjadi, maka bisa dipastikan perusahaan Nathan terancam pailit.
Aku tidak tega kalau sampai Nathan kehilangan perusahaannya, karena aku mengetahui dengan pasti bagaimana perjuangan Nathan untuk membangun perusahaan. Dia bekerja siang dan malam, perlahan tetapi pasti Nathan membuat perusahaannya berkembang hingga akhirnya maju pesat.
"Pa, aku berangkat ke kantor dulu, ya". Aku berpamitan sambil mencium tangan papa.
"Oh iya, Ra, nanti pulang kantor jangan terlalu malam ya". Kata Papa.
"Memang kenapa Pa?" Tanyaku
"Papa mengundang Nathan dan orang tuanya untuk makan malam di rumah kita, sekalian ada yang ingin Papa bicarakan dengan kamu dan Nathan".
"Aku usahakan ya, pa, karena hari ini jadwal meeting aku cukup padat".
"Kalau ada meeting, serahkan saja dengan staff kamu. Biar mereka yang mewakili, untuk apa kamu punya banyak staff kalau semua meeting harus kamu sendiri yang turun tangan".
"Iya, pa. Nanti aku usahakan". Kataku mengalah.
"Jangan diusahakan, tapi harus bisa". Papa memastikan.
"Iya pa, aku pulang cepat nanti sore". Kataku mengalah.
"Terima kasih banyak ya, Ra. Hati-hati di jalan dan semoga hari ini menyenangkan". Papa mendoakanku.
"Amin. Terima kasih, pa". Kataku beranjak pergi.
Selama dalam perjalanan ke kantor, aku masih berpikir siapa kira-kira yang menghubungi Nathan sampai dia terburu-buru pergi meninggalkan aku tanpa pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Perempuan
RomanceKayra dan Nathan menjalani pernikahan karena perjodohan, selama lima tahun pernikahan Kayra berusaha untuk merebut hati Nathan suaminya. Tetapi sekeras dan sekuat apapun usaha Kayra untuk mendapatkan cinta Nathan suaminya, tetap saja suaminya tidak...