BAB 10 : SEBUAH KESALAHAN

81 2 0
                                    

Semakin hari perilaku Nathan semakin menjadi-jadi, hampir setiap hari dia pulang subuh. Nathan pulang hanya untuk istirahat sebentar, kemudian setelah itu pergi lagi. Setiap kali aku bertanya, Nathan pasti marah dan mengatakan itu bukan urusanku, hingga akhirnya aku putuskan untuk diam karena sudah lelah berdebat.

Sesampainya di rumah setelah pulang kantor, aku membereskan apartement dan memasak untuk makan malam. Meskipun aku tahu Nathan tidak pernah mau memakan hasil masakanku, tapi aku tetap rela dan ikhlas melakukannya karena aku merasa sebagai istri aku harus melayani suami.

Selesai melakukan pekerjaan rumah dan makan malam, aku masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Tiba-tiba aku terbangun karena mendengar handphone berbunyi, ada panggilan masuk dari nomor yang tidak aku kenal.


"Maaf ini dengan ibu Kayra?"

"Iya. Ini siapa?" Tanyaku heran.

"Maaf mengganggu malam-malam. Saya dengan Tio asisten pak Nathan, saat ini saya ada di lobby bersama dengan bapak. Beliau mabuk dan saya tidak bisa langsung naik ke atas".

"Apaaaa? Ya sudah kamu tunggu di lobby, saya turun sekarang". Aku bergegas keluar dan menuju lobby.


Benar saja sesampai di lobby, aku melihat Tio asistennya Nathan sedang duduk bersama dengan seorang pria yang tampak sedang mabuk berat.

Aku menghampiri mereka. Dengan dibantu Tio, aku memapah Nathan sampai ke atas.

Aku membawa Nathan ke kamarnya dan membaringkan di tempat tidur, setelah itu mencopot sepatu dan kaos kakinya. 


"Sekali lagi terima kasih banyak ya Tio atas bantuan kamu". Aku mengucapkan terima kasih sambil menutup pintu kamar Nathan.

"Sama-sama bu Kayra". Tio mengangguk sambil tersenyum.

"Silahkan duduk dulu Tio, biar saya buatkan secangkir kopi". Kataku mempersilahkan.

"Jangan bu Kayra. Tidak perlu, saya mau langsung pulang. Sudah malam dan besok masih hari kerja. Yang penting bapak sudah sampai dengan selamat di rumah". Tio menolak.

"Tidak apa-apa Tio. Hanya kopi, sebentar saja. Sekalian ada yang ingin saya tanyakan dengan kamu".

"Baiklah kalau bu Kayra memaksa". Akhirnya Tio setuju.

"Silahkan duduk dulu. Saya siapkan kopinya".


Tidak lama aku menyiapkan secangkir kopi dan kebetulan ada beberapa cemilan yang kemarin aku beli di supermarket.


"Silahkan Tio. Mohon maaf hanya kopi dan cemilan".

"Saya justru yang minta maaf malam-malam sudah merepotkan Ibu".

"Saya mau tanya bagaimana ceritanya suami saya bisa pulang dalam keadaan mabuk?" Tanyaku ingin tahu.

"Tadi saya dihubungi oleh Manager Velvet Jakarta Diskotik dan Club, mereka menyampaikan kalau pak Nathan berada  di Velvet Jakarta Diskotik dan Club dalam mabuk berat dan  membuat keributan disana". Tio mulai bercerita.

"Mabuk? Berarti Nathan minum-minum disana? Dengan siapa dia minum?" Tanyaku  penasaran.

"Manager Velvet menjelaskan sekitar jam 8 malam pak Nathan datang kesana bersama seorang perempuan, sekitar 1 jam kemudian. Mereka bertengkar, perempuan itu pergi dan meninggalkan pak Nathan sendirian. Setelah itu pak Nathan memesan minuman dan minum sampai akhirnya beliau mabuk. Begitu ceritanya Bu Kayra".


Aku terdiam sambil berpikir. Nathan pergi ke Velvet Jakarta Diskotik dan Club bersama dengan seorang perempuan. Siapa perempuan itu? Apa itu Fanya? Tadi Tio katakan mereka bertengkar, kenapa mereka bertengkar? 


"Bu...Bu...Bu Kayra. Maaf, saya permisi dulu bu. Ini sudah jam 1 malam dan takut menggangu waktu istirahat bu Kayra dan pak Nathan". Kata-kata Tio menyadarkanku dari lamunan sesaat.

"Iiiiya Tio. Sekali lagi terima kasih sudah membawa suami saya pulang".

"Sama-sama ibu. Tolong sampaikan ke bapak, kalau besok kondisi beliau belum memungkinkan untuk masuk kantor. Tolong kabari saya saja, biar semua jadwal meeting bapak untuk besok. Saya batalkan".

"Iya. Nanti saya sampaikan. Sekali lagi terima kasih banyak Tio". Kataku sambil mengantar Tio sampai ke pintu.

"Baik. Saya permisi pulang bu Kayra, terima kasih untuk kopi dan cemilannya". Kata Tio sambil melangkah pergi.


Setelah menutup pintu, aku masuk ke kamar Nathan dan membantunya untuk berganti baju. Aku mencium bau alkohol dari mulut Nathan. Sejak kapan Nathan mulai minum-minum? Sejak kapan juga Nathan suka pergi ke diskotik?


"Fanya...Fanya...Fanya...Tolong maafkan aku sayang. Aku minta maaf". Nathan tampaknya mengigau.

"Tolong jangan tinggalkan aku lagi Fanya. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu". Nathan masih tampak tidak sadar.


Bahkan dalam keadaan mabuk saja, nama yang diingat oleh suamiku adalah nama perempuan lain. Aku benar-benar tidak ada artinya dimata suamiku.

Saat mengganti baju Nathan. Terlihat lekuk tubuh Nathan yang atletis, sejak jaman sekolah dulu. Aku selalu kagum dengan tubuh Nathan yang tinggi dan proporsional. Mungkin karena Nathan suka bermain basket dan sering pergi ke gym untuk olah raga.

Sebenarnya aku ingin sekali memegang perut Nathan sekali saja, tapi niat itu aku urungkan karena takut Nathan marah kalau dia sampai tahu aku menyentuh tubuhnya.

Setelah selesai mengganti baju Nathan, aku hendak berdiri. Tetapi aku kaget saat Nathan tiba-tiba menarikku. Aku terjatuh di atas tubuh Nathan, aku mencoba untuk bangun dan melepaskan diri dari pelukan Nathan tapi tidak bisa.

Malah sekarang posisinya terbalik. Tubuhku berada dibawah tubuh Nathan. Aku takut sekali, aku melihat Nathan menatapki dan tatapannya itu sekan-akan dia ingin memakanku hidup-hidup.


"Nathan sadar! Ini aku Kayra! Aku bukan Fanya. Sadar Nathan!" Aku berusaha menyadarkan Nathan.

"Fanya...Sudah lama aku menginginkan hari ini terjadi. Aku sangat mencintai kamu. Tolong jangan tinggalkan aku Fanya". Nathan kembali mengingau.

"Sadar Nathan! Aku bukan Fanya!" Aku berusaha berteriak.


Akhirnya sesuatu yang seharusnya kami lakukan sejak dulu terjadi, malam pertama yang seharusnya terjadi lima tahun yang lalu. Terjadi malam ini, hanya saja yang membuat aku kecewa dan sedih. Malam pertama yang seharusnya indah untukku, justru menjadi malam yang paling menyedihkan. Karena aku mendengar suamiku sendiri malah memanggil nama perempuan lain.

Aku bangun dari tempat tidur, pada saat beranjak keluar dari kamar Nathan. Aku merasakan rasa sakit didaerah kewanitaanku, sampai di dalam kamar. Aku langsung mengunci pintu, kemudian duduk di pinggir tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya.

Keesokan harinya seperti biasa aku bersiap untuk ke kantor sambil menyiapkan sarapan, aku melihat Nathan keluar dari kamar. Selalu tidak pernah ada sapaan lembut maupun senyuman dari Nathan, Nathan melangkah ke arahku dan duduk di hadapanku.


"Apa yang terjadi semalam Kayra? Jawab aku!" Nathan membentakku.

"Seharusnya kamu sudah tahu apa yang terjadi semalam". Aku menjawab dengan nada sinis.

"Dengar Kayra. Apapun yang terjadi semalam. Aku minta lupakan, karena itu sebuah kesalahan. Seharusnya itu tidak terjadi, yang aku inginkan Fanya bukan kamu". Nathan bicara dengan nada dingin.


Aku tidak mengatakan apapun, hanya mengambil tas kerjaku dan keluar sambil membanting pintu.

Bisa-bisanya Nathan mengatakan lupakan, dia mengatakan yang terjadi semalam adalah sebuah kesalahan. Benar-benar manusia yang tidak punya hati.

Luka Hati PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang