BAB 6 : CINTA ITU BUTA

54 2 0
                                    


Semakin hari aku merasa semakin jauh dengan Nathan, dia sepertinya memberikan jarak dan batasan diantara kami.

Setiap kali keluar apartemen, Nathan tidak pernah pamit. Apa yang dia kerjakan pun, aku juga tidak tahu.

Kadang kala aku berpikir apakah seperti ini rasanya menjadi seorang istri yang hanya sebatas status?

Aku merasa hubungan kami hanya sebatas teman serumah dan bukan suami istri, walaupun begitu aku tetap berusaha menunjukkan ketulusanku sebagai seorang istri.

Aku terkejut ketika mendengar suara handphone, aku melirik dan ternyata panggilan masuk dari Meta.


"Halo Ra. Loe lagi sibuk?" Tanya Meta

"Gue lagi kerja Ta".

"Ooohhh". Meta menjawab singkat.

"Ada apa loe telepon?" Aku penasaran kenapa Meta tiba-tiba menghubungiku.

"Gue lagi bete Ra, nanti sore kita ketemuan yuk". Meta mengajakku.

"Loe bete kenapa? Cerita lewat telepon aja, gue lagi males keluar". Aku berusaha menolak.

"Ayo lah Ra. Masa sahabat lagi butuh teman curhat, loe menolak". Kata Meta.

Aku yang merasa kasihan akhirnya menyetujui keinginan Meta "Oke, jam berapa dan dimana?" Aku bertanya singkat.

"Nah gitu dong baru sahabat gue. Kita ketemu nanti jam 7 malam di Warung Leko Grand Indonesia, loe tahu khan tempatnya Ra?"

"Iya gue tahu. Ya udah kita ketemu disana jam 7 malam ya. Jangan telat!" Kataku.

"Siap bestie. Tapi loe gak bawa suami khan? Kalau bawa suami, gue gak bisa curhat Ra." Tanya Meta memastikan.

"Gak. Tenang aja." Jawabku singkat.

"Oke kalau begitu. Sampai ketemu nanti malam Ra. Ya udah kembali kerja lagi sana, biar makin kaya". Meta meledekku sambil tertawa.

"Ya. Ya udah gue tutup teleponnya ya."

"Oke. Thanks ya Ra." Kemudian Meta mengakhiri pembicaraan di telepon.


Aku meletakkan handphone sambil menggeleng-gelengkan kepala, dari sejak kuliah perilaku Meta memang kadang kala susah ditebak. 

Contohnya saja hari ini, tiba-tiba dia menghubungi dan mengajak bertemu dengan alasan sedang bete.

Tanpa sadar aku tersenyum membayangkan ulah sahabatku yang satu itu. Tiba-tiba aku memiliki ide. Apakah sebaiknya aku menceritakan tentang masalah rumah tanggaku dengan Meta?

Meta sahabat dekatku dan sejak dulu kami selalu berbagi cerita dan rahasia, aku yakin Meta bisa menjaga rahasia.

Aku perlu bercerita dengan orang lain, karena tidak mungkin rasanya aku memendam sendirian.

Rasanya sudah sangat menyesakkan, tapi aku tidak mungkin bercerita dengan papa. Aku takut kalau akan berpengaruh dengan kesehatannya.

Sedangkan untuk bercerita dengan mertua atau adik ipar, itu juga tidak mungkin.

Aku sudah memutuskan akan bercerita dengan Meta, aku yakin dia orang yang bisa aku percaya untuk menyimpan rahasia rumah tanggaku.

Jam 06.30 malam, aku merapikan meja kerja dan bersiap-siap menuju Grand Indonesia.

Saat aku tiba di Warung Leko Grand Indonesia, ternyata Meta sudah tiba.

Aku menghampiri Renata dan langsung duduk didepannya.

Luka Hati PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang