BAB 26 : TENTANG MASA LALU

49 1 0
                                    

Tepat jam 7 malam aku dan Nathan pergi ke pantai, kami berjalan-jalan di sepanjang pantai. Suasana laut di malam hari ternyata indah juga, entah kenapa saat melihat laut. Ada perasaan lega, seakan-akan semua kesesakan yang ada di dalam hati hilang.

Sebenarnya aku tidak suka dengan kondisi saat ini, kondisi dimana aku berjalan hanya berdua dengan Nathan. Aku tidak ingin larut dengan situasi yang akan kembali membawa penderitaan dalam hidupku, susah payah aku membangun hidupku kembali. Susah payah aku menata hati dan perasaanku, setelah dihancurkan berkali-kali.


"Ra, laut ternyata lebih indah kalau dilihat malam hari ya". Kata Nathan sambil memandang ke laut.

"Iya". Aku menjawab singkat.

"Kita ke sana yuk, sepertinya ada tempat duduk disana". Nathan mengajakku.


Tiba-tiba Nathan menggandeng tanganku, dia menarikku untuk berjalan mengikutinya. Aku berusaha melepaskan pegangan tangan Nathan, tapi Nathan tidak mau melepaskan.

Ketika kami sampai di tempat yang dimaksud, aku kembali berusaha melepaskan pegangan tangan Nathan.


"Lepas Nathan!! Gak usah pegang-pegang, saya bisa jalan sendiri!!" Kataku sambil menghempaskan tangan Nathan.

"Maaf Ra, aku tidak bermaksud kurang ajar. Aku hanya ingin mengajak kamu untuk duduk disini". Kata Nathan merasa bersalah.

"Paham, tapi gak usah pegang-pegang tangan!!" Kataku melotot ke arah Nathan.

"Iya, sekali lagi aku minta maaf Ra". Nathan masih berusaha meminta maaf.

"Lain kali kamu berani pegang-pegang, saya patahkan tangan kamu!!" Kataku sambil menatap tajam ke arah Nathan.

"Ya Tuhan Kayra, segitu bencinya kamu ke aku sampai tega mau mematahkan tanganku". Kata Nathan.

"Makanya jangan nyebelin jadi orang". Kataku kesal.

"Sekali lagi aku minta maaf Ra. Ya udah, jangan marah-marah terus. Kita duduk disini ya"Nathan berusaha membujukku.


Setelah berdebat, aku dan Nathan duduk. Tidak lama ternyata hujan turun dengan deras sekali, dalam hati untung tadi aku dan Nathan langsung berteduh disini. Kalau tidak pasti, sekarang kami sudah kehujanan. Aku sengaja duduk berjauhan dengan Nathan dan berusaha menjaga jarak.


"Kamu duduknya jauh amat Ra, aku gak punya penyakit menular kok dan aku juga gak gigit. Jadi gak usah jauh-jauh begitu". Nathan menyindirku.

"Saya lebih aman seperti ini, duduk berjauhan. Saya tidak mau sampai ada orang yang melihat, kemudian terjadi salah paham". Kataku ketus.


Nathan tidak menjawab dan hanya menghela nafas, aku melirik ke arah Nathan. Dia sepertinya merasa sedih dengan kata-kataku, aku berpikir dalam hati.

Apa mungkin Nathan sakit hati dengan kata-kataku? Apa perkataanku terlalu kasar? Tapi rasanya tidak kok, aku hanya berusaha bersikap tegas dengan diriku sendiri. Aku hanya ingin menjaga jarak dengan Nathan, karena dengan menjaga jarak itu artinya aku membuat dinding diantara kami. Aku hanya tidak ingin perasaan itu kembali lagi.


"Ra, kamu ngelamunin apa?" Pertanyaan Nathan membuatku kaget.

"Gak ngelamunin apa-apa". Kataku.

"Ra, boleh aku bertanya?" Tanya Nathan.

"Mau tanya apa"

"Begini Ra...Selama 3 tahun ini apa kamu sudah memiliki orang lain?" Nathan bertanya dengan hati-hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luka Hati PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang