BAB 19 : MENJENGUK MANTAN

131 5 0
                                    


Weekend ini aku sedang membantu papa berkebun di taman belakang, beliau senang sekali berkebun. Alasan utama papa senang berkebun karena kebun ini kesayangan almarhumah mama, sebenarnya papa bukan tipe orang yang suka berkebun. Tapi semenjak kepergian Mama untuk selamanya, papa jadi rajin berkebun. Menurut beliau dengan berada diantara bunga-bunga kesayangan mama, beliau merasa lebih dekat dengan mama.

Sore ini aku akan menemani papa kontrol ke dokter spesialis jantung, sejak berpisah dengan Nathan. Aku sudah memutuskan untuk memulai hidup baru dan lebih fokus untuk mengurus papa, beliau adalah orang tuaku satu-satunya dan aku ingin membahagiakan papa.

Tepat jam empat sore aku dan papa sudah sampai di rumah sakit, kami menuju ke tempat pendaftaran. Selesai mendaftar aku dan papa hendak menuju ke poli jantung, ketika tiba-tiba aku melihat papanya Nathan keluar dari lift.

Aku menyampaikan hal tersebut ke papa dan kami berdua langsung menghampiri papanya Nathan, walaupun Nathan sudah banyak menyakiti aku. Tetapi aku dan papa tidak pernah membenci apalagi dendam dengan keluarganya Nathan, yang salah itu Nathan bukan keluarganya. Bahkan saat aku dan Nathan hendak berpisah, beberapa kali orang tuanya Nathan datang dan memohon agar kami jangan sampai berpisah. Namun apa daya aku sudah menyerah dan sudah tidak kuat memperjuangkan rumah tangga kami.


"Lho Om Sony kok ada disini? Siapa yang sakit?" Tanyaku sambil mencium tangan beliau.

"Eh Kayra dan Pak Albert ada disini?" Om Sonny tampak kaget saat bertemu kami.

"Iy Pak Sony, saya mau kontrol ke dokter jantung dan Kayra menemani saya. Bapak kesini mau kontrol juga?" Tanya papa.

"Tidak pak, saya kesini karena menemani istri saya". Kata Om Sony.

"Lho Tante Mia sakit? Beliau sakit apa Om?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi.

"Bukan Tante Mia yang sakit, tapi Nathan".

"Nathan sakit? Sakit apa Om?"

"Panjang ceritanya". Om Sony hanya menjawab singkat.

"Ya sudah begini saja, nanti selesai saya kontrol. Kami jenguk Nathan dan kita bisa mengobrol banyak". Kata papa

"Baik Pak Albert. Nathan dirawat di lantai 5 kamar no 506, kami tunggu kehadiran Pak Albert dan Kayra".

"Baik Pak Sony. Nanti pada saat kami mau menuju ke lantai 5. Kami akan hubungi Pak Sony".


Kemudian aku dan papa langsung bergegas menuju ke poli jantung, aku senang sekali ternyata dari hasil pemeriksaan. Kondisi jantung papa bagus dan sehat, beliau juga tidak perlu pasang ring. Asalkan papa istirahat cukup, makan makanan bergizi, berhenti merokok, dan rajin berolahraga maka jantung papa akan selalu sehat.

Selesai kontrol papa langsung menghubungi papanya Nathan dan kami langsung naik ke lantai 5 menggunakan lift. Kami melihat Om Sony sudah menunggu di depan kamar 506, tidak lama Tante Mia dan Nayla keluar dari dalam kamar.

Aku langsung mencium tangan Tante Mia dan beliau langsung memelukku erat sambil menangis, aku bingung kenapa tiba-tiba Tante Mila menangis. Kemudian Om Sony dan Tante Mila mengajak aku dan papa masuk ke dalam kamar perawatan.

Didalam kamar aku melihat Nathan sedang terbaring sambil tangannya dipasang infus dan ada selang oksigen menempel di hidungnya, aku merasa kasihan melihat kondisi Nathan yang lemah dan tidak berdaya.

Sebenarnya ada apa dengan Nathan? Apa yang terjadi dengan Nathan sampai dia bisa menjadi seperti ini?

Papa mengajak Om Sony dan Tante Mia ke kafetaria bawah untuk berbincang-bincang, sementara Nayla tinggal di kamar untuk menemani Nathan.

Setelah di kafetaria kami memesan minuman dan beberapa cemilan, aku melihat penampilan Tante Mia yang tampak kusut. Beliau tidak seceria dulu, bahkan ada kantung mata menghitam dibawah mata Tante Mia.


"Jadi sebenarnya apa yang terjadi Pak Sony dan Bu Mia? Kenapa Nathan bisa seperti itu?" Papa membuka pembicaraan setelah pesanan kami diantarkan.

"Begini Pak Albert..." Om Sony mulai bercerita panjang lebar.


Aku terkejut mendengar cerita Om Sony dan Tante Mia, aku tidak menyangka kalau perusahaan Nathan saat ini sedang berada di ambang pailit. Yang menyedihkan Fanya istrinya Nathan, perempuan yang selama ini dia cintai dan banggakan. Ternyata tega membohongi dan mengkhianatinya, bagaimana mungkin perempuan itu tega mencuri uang perusahaan bahkan dia juga berselingkuh dengan laki-laki lain.

Yang lebih gila adalah dia tega menggugurkan kandungannya, dia tega membunuh darah dagingnya sendiri. Bahkan saat dia mengetahui kalau perusahaan Nathan sedang dalam kondisi tidak baik, dia kabur dengan laki-laki lain.

Bisa aku bayangkan betapa sakit dan kecewa hati Nathan saat disakiti dan dilukai bertubu-tubi oleh orang yang dia cintai, bahkan Fanya sudah menggugat cerai Nathan. Itulah yang membuat Nathan menjadi semakin putus asa, dia menjadi pencandu minuman keras. Bahkan Nathan sampai mengambil langkah pintas untuk mencoba mengakhiri hidupnya.

Aku berpikir apakah semua yang terjadi pada Nathan adalah tabur tuai atas apa yang pernah dia lakukan kepadaku 3 tahun yang lalu, tapi aku sadar kalau aku tidak boleh menghakimi orang lain. Penghakiman itu hak Tuhan dan tidak ada satu manusia pun yang berhak melakukannya, sebagai sesama manusia aku seharusnya bersimpati dengan keadaan Nathan.

Aku turut prihatin, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan selain mendoakan agar semua masalah Nathan bisa selesai dengan baik dan semoga dia bisa kuat menyelesaikan setiap permasalahan dalam hidupnya.

Kemudian kami kembali ke kamar perawatan Nathan, sebelum pulang. Aku dan papa berpamitan dengan keluarganya Nathan, aku sempat mendekati Nathan yang sedang berbaring dan menggenggam tangannya.

Nathan...Meskipun kamu dulu pernah menyakiti dan melukai hatiku bertubi-tubi, tapi aku sudah memaafkan kamu. Aku berdoa agar Tuhan memberikan kamu kekuatan untuk bertahan dan menjalani setiap ujian dalam hidup kamu, kamu orang yang kuat.

Nathan yang aku kenal adalah laki-laki yang penuh dengan semangat, tangguh, dan seorang pejuang sejati.

Nathan yang aku kenal adalah laki-laki yang tidak pernah menyerah dalam hidup dan selalu bersikap optimis, teruslah berjuang Nathan. Berjuang demi orang tua dan adik kamu. Aku yakin kamu pasti bisa.

Luka Hati PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang