Aku terburu-buru berangkat ke kantor pagi ini dan tidak sempat menyiapkan sarapan. Aku berpikir tidak apa-apa, toh Nathan juga tidak pernah mau memakan sarapan yang aku siapkan.
Sampai di kantor, aku langsung memanggil Sita sekretarisku. Hari ini aku ada jadwal meeting jam 10 pagi dengan klien, kali ini meeting dilakukan di kantor klien.
Aku langsung fokus untuk menyelesaikan pekerjaan dan memeriksa email-email masuk, tepat jam 8 pagi. Aku dan Sita berangkat ke kantor klien yang terletak di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.
Kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 45 menit, tepat jam sembilan pagi kami tiba di kantor klien dan langsung mulai meeting.
Meeting berakhir jam 12.30 siang, aku dan Sita berpamitan dengan klien untuk kembali ke kantor. Sebelum sampai kantor, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di salah satu mall daerah Kuningan.
"Sita, kita makan siang dulu ya. Sudah jam 12.30 siang dan kita belum makan siang".
"Baik ibu." Sita menjawab singkat sambil tersenyum.
"Oh iya untuk Pak Diman, ini saya kasih uang 100.000 rupiah. Bapak beli makan siang ya". Kataku sambil menyerahkan selembar uang seratus ribuan kepada supir kantorku.
"Tidak usah ibu. Terima kasih, khan saya sudah dapat fasilitas uang makan dari kantor". Pak Diman menolak.
"Tidak apa-apa pak, uang makan itu bisa bapak simpan untuk keluarga bapak. Bapak makan siang hari ini menggunakan uang yang saya kasih. Saya ikhlas pak. Tolong diterima ya pak". Aku tetap bersih keras.
"Baik Ibu. Sekali lagi terima kasih banyak". Pak Diman mengambil uangnya dengan perasaan malu-malu.
Aku dan Sita masuk ke dalam mall dan setelah berputar-putar, kami putuskan untuk makan di salah satu restaurant fast food agar lebih praktis, selesai makan kami putuskan langsung kembali ke kantor.
Saat hendak turun ke lantai dasar dengan menggunakan eskalator, tidak sengaja mataku melihat ke arah eskalator seberang. Seakan tidak percaya aku melihat suamiku Nathan bergandengan tangan mesra dengan seorang perempuan, aku memicingkan mata mencari tahu siapa perempuan itu. Tapi karena posisi kami yang lumayan berjauhan, aku tidak bisa melihat dengan jelas.
Betapa hancurnya hati ini sekaligus tidak percaya dengan apa yang barusan aku lihat, suamiku menggandeng mesra perempuan lain. Masih jelas terekam dalam memoriku, bahkan dengan diriku sendiri. Nathan tidak pernah bersikap mesra, alangkah sakitnya hati ini.
"Bu..Bu...Bu Kayra..."
"Iiiiiya kenapa Sita?" Aku kaget saat Sita memanggilku.
"Ibu tidak apa-apa khan?" Sita memastikan
"Iiiiya saya baik-baik saja". Aku menjawab singkat.
Sepanjang perjalanan kami berdua terdiam, aku memandang ke luar jendela mobil sambil berusaha menahan air mata yang hendak keluar dari mataku.
Saat sampai di kantor, aku langsung masuk ke ruangan kerjaku. Aku bersandar di kursi kerjaku, sambil tetap memikirkan kejadian tadi di mall.
Saat sedang melamun, tiba-tiba pintu ruangan kerjaku diketuk.
"Iya silahkan masuk".
"Maaf bu Kayra, ada beberapa berkas yang harus ibu pelajari dan tanda tangani".
"Berkas apa?"
"Berkas pengajuan dana untuk pengerjaan proyek baru kita di Lombok". Sita menjelaskan.
"Ooh, ya sudah letakkan saja di meja. Nanti saya periksa dan tanda tangani. Kalau saya sudah selesai, saya kembalikan ke kamu".
"Baik bu. Sebelumnya mohon maaf kalau saya lancang, saya juga melihat apa yang tadi ibu lihat. Saya cuma bisa memberikan semangat ke ibu, agar ibu sabar dan kuat. Saya tidak tahu masalah yang terjadi dalam rumah tangga ibu, tapi saya percaya ibu bisa mengatasinya".
"Terima kasih banyak ya Sita".
"Sama-sama ibu. Saya permisi dulu". Kata Sita sambil tersenyum dan melangkah keluar dari ruangan kerjaku.
Jam 7 malam aku sampai di apartement dan ternyata Nathan belum pulang, aku langsung masuk ke dalam kamar.
Di kamar aku merebahkan tubuh ke atas kasur dan langsung tertidur, sekitar jam 10 malam aku terbangun.
Karena badan terasa lengket, aku memutuskan untuk mandi. Selesai mandi aku keluar dari kamar dan menyiapkan makanan karena perutku terasa lapar, aku melihat ke jam dinding sudah jam 10.30 malam dan Nathan belum juga pulang.
Aku mencoba menghubungi ke handphonenya, tapi panggilanku ditolak. Aku mencoba mengirimkan pesan whatsapp, tidak ada balasan.
Akhirnya aku putuskan untuk menunggu di ruang tamu sambil menonton televisi, tepat jam 3 pagi akhirnya Nathan pulang.
"Kamu darimana saja Nathan? Sudah 2 hari kamu pulang pagi, sebenarnya apa yang kamu kerjakan diluar sana? Ini hari Sabtu, pekerjaan macam apa yang kamu kerjakan?" Kataku ingin tahu.
"Sudah aku katakan berulang-ulang kali jangan ikut campur, kamu urus saja urusan kamu sendiri!!"
"Jangan ikut campur kata kamu? Aku ini istri kamu dan aku berhak tahu apa yang sedang kamu kerjakan diluar sana!" Kataku dengan nada suara penuh penekanan.
"Istri kata kamu?! Kamu itu cuma istri diatas kertas! Hanya sebatas status! Paham!"
"Apapun itu, aku tetap istri kamu. Hari ini aku melihat kamu bergandengan mesra dengan seorang perempuan di salah satu mall. Siapa perempuan itu?"
"Ooh jadi kamu sudah melihatnya. Syukurlah kalau kamu sudah melihat, jadi aku tidak perlu terus menerus berbohong."
"Cukup jawab siapa perempuan itu!"
"Perempuan yang kamu lihat itu adalah Fanya mantan pacarku dulu. Dia sudah kembali dan Fanya juga sudah resmi berpisah dengan suaminya. Aku dan Fanya kembali berhubungan, kali ini tidak ada satu manusia pun yang bisa memisahkan kami".
"Ya Tuhan Nathan! Kamu itu sudah menikah, tidak pantas kamu berbicara seperti itu. Ingat Nathan!"
"Aku tidak peduli. Aku mencintai Fanya. Kamu setuju atau tidak, aku akan tetap berhubungan dengan Fanya".
"Sadar Nathan! Kamu sudah dipenuhi hawa nafsu! Kamu sudah memiliki istri. Aku istri kamu bukan perempuan itu! Apa perempuan itu tidak bisa mencari laki-laki yang bujangan atau duda?! Sampai dia harus menggoda suami orang?!"
"Jaga mulut kamu Kayra!! Lancang kamu bicara seperti itu menghina Fanya. Nama perempuan itu Fanya dan dia perempuan yang baik, dia cantik dan lembut. Bahkan kamu tidak sebanding Fanya".
"Lancang? Kamu katakan aku lancang? Kalau perempuan itu perempuan baik-baik, tidak mungkin dia mau menjalin hubungan terlarang dengan suami orang!"
"Cukup Kayra! Aku tidak mau mendengar apapun lagi dari kamu! Sekali lagi kamu berani menghina Fanya, kamu lihat saja apa yang bisa aku lakukan". Nathan sudah mulai berani mengancamku.
Nathan masuk ke kamarnya sambil membanting pintu, aku terduduk lemas di sofa.
Ternyata firasatku benar. Suamiku memiliki perempuan lain dan dia sangat memuja selingkuhannya itu.
Tuhan, tolong lindungi rumah tanggaku dari orang ketiga dan jangan biarkan suamiku tergoda oleh perempuan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Perempuan
Любовные романыKayra dan Nathan menjalani pernikahan karena perjodohan, selama lima tahun pernikahan Kayra berusaha untuk merebut hati Nathan suaminya. Tetapi sekeras dan sekuat apapun usaha Kayra untuk mendapatkan cinta Nathan suaminya, tetap saja suaminya tidak...