Pagi ini aku meminta Pak Bayu pengacara perusahaan untuk datang ke rumah, aku ingin segera menyelesaikan urusan perceraian dengan Nathan secepatnya. Setelah apa yang aku lihat kemarin rasanya sudah cukup untuk mengakhiri pernikahan ini, tidak ada yang bisa dipertahankan lagi.
Aku sudah melakukan segala cara untuk mempertahankan pernikahanku dengan Nathan, bahkan aku sempat merasa bahagia karena pada akhirnya aku mengandung anaknya Nathan. Tetapi yang terjadi diluar dugaan, Nathan menolak kehadirannya.
Sekarang aku mengerti kenapa Tuhan mengambil anakku terlalu cepat, karena Tuhan tahu kalau anakku akan menderita. Apabila dia lahir dan mengetahui kalau dia tidak dicintai. Tuhan tidak menginginkan anakku lahir dan tumbuh dewasa tanpa merasakan kasih sayang ayahnya, walaupun masih terasa sakit akhirnya perlahan aku bisa merelakan kepergian anakku.
Aku sedang fokus di depan laptop, membaca dan membalas setiap email yang masuk. Ketika pintu kamar diketuk, ternyata itu papa.
"Kamu sedang apa nak?" Papa menghampiri dan duduk di sebelahku.
"Cek email pa, ada pekerjaan kantor sedikit". Kataku masih fokus dengan pekerjaan.
"Kayra...Kamu itu masih sakit dan dokter meminta kamu untuk istirahat selama 1 mingu. Kenapa kamu malah kerja nak".
"Aku bosan kalau tidak melakukan apa-apa Pa. Aku biasa sibuk, kalau sekarang aku harus berdiam diri. Aku bisa mati kebosanan". Kataku memberikan alasan.
"Kamu itu kalau dikasih tahu, pasti ada aja jawabannya". Kata Papa sambil mengusap kepalaku.
"Maaf ya pa, aku hanya ingin tetap produktif walaupun dari rumah".
"Ya sudah kalau memang itu kemauan kamu. Oh iya kemarin kamu ke apartemen ditemani oleh Meta?"
"Iya pa, kemarin aku meminta Meta menemani ke apartemen untuk mengambil beberapa berkas-berkas aku yang tertinggal. Papa tahu apa yang aku temui di sana?"
"Apa yang kamu temui?" Tanya Papa sambil mengenyitkan dahi.
"Pada saat aku dan Meta sampai di apartemen, kami mendengar ada suara desahan yang berasal dari dalam kamar Nathan dan saat pintu kamar dibuka. Kami melihat Nathan dan perempuan itu dalam keadaan yang tidak pantas..." Aku tidak sanggup melanjutkan kata-kataku.
Papa menghela nafas perlahan, aku bisa melihat raut kekecewaan dari wajahnya. Papa tidak menyangka kalau menantu yang selama ini dia banggakan dan yang selama ini dia puja-puja, tidak lebih dari seorang laki-laki brengsek.
Aku merasa sedih melihat papa merasa bersalah seperti itu, kalau boleh jujur aku tidak pernah menyalahkan beliau. Apa yang terjadi dalam rumah tanggaku, semua karena sikap pengecut aku.
Kalau saja sejak awal aku berani bicara dengan papa untuk membatalkan perjodohan, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Aku percaya dibalik semua masalah yang terjadi atas hidupku saat ini, pasti ada rencana indah Tuhan untukku.
"Jadi sekarang apa rencana kamu nak?"
"Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri pernikahanku, karena ini sudah tidak sehat. Nathan benar-benar tidak menghargaiku dan tidak pernah menganggap keberadaanku sebagai seorang istri, bahkan sampai saat ini tidak ada permintaan maaf maupun klarifikasi dari Nathan".
"Papa akan bicara dengan dia dan tanyakan kenapa dia berbuat seperti ini ke kamu".
"Jangan pa, tidak perlu. Aku tidak mau papa menjadi emosi pada saat bicara dengan Nathan, nanti akan membuat penyakit jantung papa kambuh. Tidak usah ya pa, biarkan saja dia mau berbuat apa. Aku sudah menyerah". Kataku memohon sambil menggenggam tangan Papa.
"Tapi nak, laki-laki brengsek itu harus tahu diri. Selama ini kita sudah baik dengan dia dan keluarganya, tapi ini balasan yang dia berikan kepada kita!! Papa akan menuntut laki-laki itu!!"
"Untuk apa kita menuntut Nathan? Apa dengan begitu, maka keadaan berubah menjadi baik? Apa dengan menuntut Nathan, anakku bisa kembali?"
"Papa tahu tidak akan mengembalikan apapun, tapi setidaknya hati ini puas karena dia mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatannya". Kata papa dengan nada suara geram
"Aku mohon pa...Tidak perlu memperpanjang urusan kita dengan Nathan. Aku sudah menyerah dan tidak ingin berurusan lagi dengan Nathan". Kataku memohon pengertian dari Papa.
"Baiklah nak, karena kamu yang meminta maka akan papa turuti. Papa tidak akan menuntut laki-laki brengsek itu!! Tapi papa akan tarik 52 persen saham papa di perusahaan dia, biar dia rasakan kehancurannya sendiri". Papa bicara sambil melotot dan menggertakan giginya.
"Keputusan ada di tangan papa, semua aku serahkan ke papa".
"Putriku sayang...Maafkan papa ya nak. Papa tertipu dengan sikap manis dan baik laki-laki brengsek itu, kamu aman sekarang nak. Papa akan selalu menjaga dan melindungi Kayra".
Aku menatap papa dengan tatapan penuh haru, kemudian kami berpelukan. Aku tumpahkan semua rasa sedih, kecewa, dan sakit yang selama ini tersimpan dalam hati.
Tidak lama Pak Bayu datang dan aku menceritakan keinginan serta tujuanku untuk berpisah dengan Nathan, aku menyerahkan semua proses ke Pak Bayu sebagai kuasa hukum. Pak Bayu menjelaskan untuk proses pengajuan perceraian di Pengadilan Negeri memerlukan waktu minimal 4 bulan, tapi Pak Bayu berjanji akan mengusahakan semaksimal mungkin agar prosesnya berjalan lebih cepat.
Aku tahu sebenarnya perceraian dilarang oleh Tuhan, tetapi aku tidak sanggup untuk bertahan lebih lama. Percuma aku bertahan, karena Nathan tidak pernah menganggap kehadiran aku sebagai istrinya. Aku akan mempertahankan dan memperjuangkan laki-laki yang memang ingin bersamaku, tapi Nathan lebih memilih untuk berpisah dan tidak ingin bertahan. Jadi aku menghargai pilihannya.
Perpisahan ini yang terbaik untuk aku dan Nathan, semoga dengan berpisah. Kami bisa sama-sama memulai kehidupan masing-masing tanpa saling menyakiti, Nathan bisa mengejar kebahagiaannya dan begitu pun dengan aku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Hati Perempuan
Любовные романыKayra dan Nathan menjalani pernikahan karena perjodohan, selama lima tahun pernikahan Kayra berusaha untuk merebut hati Nathan suaminya. Tetapi sekeras dan sekuat apapun usaha Kayra untuk mendapatkan cinta Nathan suaminya, tetap saja suaminya tidak...