BAB 7 : KEHADIRAN ORANG KETIGA

59 2 0
                                    

POV Kayra

Sudah 5 tahun aku menjalani pernikahan dengan Nathan dan selama itu pula aku selalu berusaha untuk mendapatkan hati suamiku dengan cara menunjukkan pengabdianku sebagai seorang istri.

Walaupun balasan yang aku terima adalah sikap dingin, rasa tidak peduli, bahkan tidak jarang kata-kata kasar dan sindiran. Aku tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena aku sangat mencintai Nathan dan ingin mempertahankan rumah tangga kami.

Aku sudah berjanji di hadapan Tuhan, akan selalu mendampingi Nathan dalam keadaan apapun. Aku tidak boleh menyerah, aku harus terus berusaha.

Pagi ini seperti biasa aku bangun jam 5 pagi dan bersiap ke kantor, tidak lupa menyiapkan sarapan untuk Nathan. Tapi apa yang aku lakukan sama sekali tidak dihargai, dia pergi begitu saja tanpa berpamitan.

Pernikahan yang aku bayangkan akan indah dan romantis, dimana ada cinta dan kebahagiaan. Tampaknya tidak berlaku untuk diriku.


POV Nathan

Aku sedang fokus depan laptop, ketika tiba-tiba terdengar suara handphone.

Aku mengernyitkan dahi, ada panggilan masuk dari nomor yang tidak aku kenal.

Karena terdorong rasa penasaran, aku putuskan untuk menjawab.


"Halo, selamat pagi. Dengan siapa saya bicara?"

"Nathan...Ini aku Fanya". Aku kaget mendengar suara tersebut.

"Fanya? Kamu benar Fanya?" Aku berusaha memastikan pemilik suara tersebut.

"Iya Nathan, ini aku. Maaf aku menggangu. Aku ingin bertemu, apa kamu ada waktu?"

"Kalau sekarang aku tidak bisa. Kita bertemu nanti sore, bagaimana?"

"Ya sudah. Kita bertemu nanti sore di cafe yang sering kita kunjungi dulu. Kamu masih ingat kan?"

"Iya, aku ingat".

"Kita bertemu jam 5 sore. Kamu bisa kan?"

"Iya, aku bisa. Fanya, kamu baik-baik saja kan?" Aku penasaran dengan keadaan Fanya.

"Aku baik-baik saja, nanti pada saat kita bertemu aku akan menceritakan semuanya".

"Ya sudah, sampai bertemu nanti sore". kataku mengakhiri pembicaraan.


Setelah sekian lama Fanya menghubungiku, kenapa dia muncul sekarang. Apa yang terjadi dengan Fanya, bukannya dia sudah bahagia dengan pernikahannya?

Jam 04.30 sore aku bersiap-siap untuk menemui Fanya, aku mematikan laptop dan merapikan meja kerja.

Tepat jam 5 sore aku sampai di cafe yang biasa aku dan Fanya kunjungi dulu, tempatnya masih sama. Hanya ada sedikit perbaikan.

Aku melihat sekeliling, tampaknya Fanya belum sampai. Aku langsung memilih tempat duduk di pojok ruangan, dengan maksud agar lebih bebas dan nyaman saat kami berbicara.

10 menit menunggu, akhirnya Fanya sampai dan dia berjalan ke arahku.

Aku kaget melihat keadaan Fanya, dia tampak lebih kurus. Penampilannya kusut dan berantakan, tidak seperti Fanya yang aku kenal dulu.

Fanya tersenyum kepadaku dan duduk dihadapanku, kami sempat terdiam beberapa saat.


"Apa kabar Nathan?" Itu kata pertama yang diucapkan Fanya saat kami bertemu langsung.

Luka Hati PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang