BAB 21 : BERJIWA BESAR

116 5 0
                                    

Pesawat yang aku dan papa tumpangi baru saja mendarat di Bandara Soekarno Hatta, kami baru kembali dari urusan pekerjaan di Lombok. Sebenarnya urusan pekerjaan hanya memakan waktu 3 hari dan sisanya 4 hari, aku dan papa sengaja pergi ke Bali untuk berlibur.

Pak Karyo supir pribadi papa menghubungi dan mengatakan sudah menunggu di parkiran mobil, setelah selesai mengambil barang di bagasi. Aku dan papa langsung menuju ke parkiran.

Selama dalam perjalanan pulang, kami tertidur di mobil. Akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang, kami tiba di rumah dan langsung disambut oleh senyuman hangat mbok Sumi.


"Selamat datang Tuan Albert dan Non Kayra". Mbok Sumi langsung menyambut kami.

"Terima kasih mbok. Bagaimana keadaan rumah selama saya dan Kayra keluar kota?" Tanya Papa.

"Alhamdulillah aman tuan".

"Syukurlah kalau begitu. Oh iya mbok, minta tolong panggilkan Surti dan Asep untuk membawakan barang-barang dari dalam mobil ya". Kata papa sambil tersenyum.

"Baik tuan". Kata Mbok Sumi.


Mbok Sumi ke belakang memanggil Surti dan Asep dan tidak lama Mbok Sumi datang bersama dengan Surti dan Asep, mereka membawa barang-barang aku dan papa dari dalam mobil.


"Maaf tuan, ini barang-barangnya mau taruh dimana?" Tanya Asep.

"Untuk koper yang hitam tolong bawa langsung ke kamar saya, sedangkan untuk koper yang hijau bawa langsung ke kamar Kayra". Papa menjelaskan.

"Oh iya Kang Asep dan Teh Surti, untuk tas dan dua plastik itu tolong taruh disini". Kataku.

"Baik Non Kayra". Jawab Kang Asep dan Teh Surti bersamaan.


Tidak lama Kang Asep membawa koper hitam dan hijau ke atas dan meletakkan di kamar aku dan papa, kemudian aku membuka tas dan plastik yang diletakkan oleh Teh Surti di atas meja dekat sofa ruang . Aku mengeluarkan beberapa makanan khas Bali dan Lombok. Aku menyerahkan makanan tersebut ke Mbok Sumi untuk disimpan, setelah itu aku membagikan oleh-oleh dari Lombok dan Bali ke Mbok Sumi, Pak Karyo, Teh Surti, dan Kang Asep.

Mereka tampak senang sekali dengan oleh-oleh yang aku berikan, karena merasa lelah menempuh perjalanan jauh. Aku langsung naik ke atas dan menuju ke kamar, aku langsung mandi. Kemudian setelah selesai, aku merebahkan tubuh ke kasur dan tertidur lelap.

Aku terbangun karena mendengar suara handphone, aku meraba-raba laci disamping tempat tidur dan tidak menemukan handphoneku. Karena merasa capek dan malas untuk beranjak, akhirnya aku membiarkan suara handphone tetap berdering sampai akhirnya berhenti dengan sendirinya.

Sekitar jam 7 malam, aku mendengar suara ketukan di pintu kamar. Setelah mencoba untuk melawan rasa malas. Aku bangun dan membuka pintu, ternyata Mbok Sumi yang datang untuk menyampaikan kalau papa sudah menunggu di ruang makan untuk makan malam bersama. Sebenarnya aku malas untuk turun ke bawah, tapi aku tidak tega kalau membiarkan papa makan malam sendirian. Akhirnya aku mencuci muka dan menyisir rambut lalu turun ke bawah menuju ruang makan.


---------

Keesokan harinya

Jam 6 pagi aku sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, setelah kemarin beristirahat seharian rasanya tubuhku sudah segar dan siap untuk beraktivitas kembali.

Aku turun ke bawah untuk sarapan dan ternyata papa sudah ada di ruang makan, beliau tersenyum kepadaku. Aku menghampiri papa dan mencium pipinya, setelah itu mulai sarapan bersama.

Luka Hati PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang