BAB 20 : PERMOHONAN YANG SULIT DITOLAK

146 4 0
                                    


Tepat jam 5 sore aku dalam perjalanan pulang ke rumah, rasanya lelah sekali. Seharian ini jadwal kerja dipadati dengan meeting dari pagi sampai sore, bahkan untuk makan siang. Aku sampai harus minta tolong office boy untuk membelikan, rencananya sesampai di rumah aku mau mandi air hangat. Kemudian makan malam dengan papa.

Setelah itu langsung tidur, malam ini aku ingin tidur lebih awal karena besok aku harus bangun jam 5 pagi. Rencananya besok aku berangkat ke Lombok bersama Sita dalam rangka peresmian proyek baru kerja sama dengan pihak Accor Corporation dan pesawat berangkat jam 8 pagi, jadi sebelum jam 8. Aku harus sudah sampai di bandara.

Aku memarkirkan mobil di garasi dan langsung masuk ke dalam rumah, aku berjalan masuk sambil memegang leher bagian belakang. Rasanya pegal sekali.

Aku terkejut saat masuk, ternyata di ruang tengah sudah ada Om Sony dan Tante Mia. Aku mengernyitkan dahi dan bertanya kenapa orang tuanya Nathan ada di sini, papa memanggilku dan meminta duduk di sebelahnya.

Aku bersikap sopan dengan mencium tangan Om Sony dan Tante Mia, walaupun mereka mantan mertuaku. Tapi aku selalu menghormati mereka berdua, aku menghampiri papa dan duduk disebelahnya. Kemudian melihat ke wajah orang tua Nathan yang tampak serius, perasaanku mengatakan ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan.


"Jadi begini Nak. Kedatangan Om Sony dan Tante Mia kesini untuk meminta tolong". Papa membuka pembicaraan.

"Minta tolong? Minta tolong apa?" Aku tidak mengerti.

"Kami mau minta tolong agar Kayra bersedia untuk datang ke rumah sakit dan bertemu dengan Nathan".

"Ke rumah sakit lagi? Tapi untuk apa? Nathan pasti akan marah kalau melihat saya, dia tidak menyukai kehadiran saya". Aku menolak permintaan orang tuanya Nathan.

"Tidak nak, kami jamin dia tidak akan menolak. Justru permintaan ini datang dari Nathan sendiri. Nathan sudah sadar dari koma dan pada saat dia membuka mata, hal pertama yang dia tanyakan adalah Kayra. Dia ingin bicara empat mata dengan Kayra". Om Sony menjelaskan.

"Tapi...Tapi...Tapi...Bagaimana ya? Saya tidak bisa menemui Nathan sekarang, karena besok pagi saya harus berangkat ke Lombok untuk peresmian proyek di sana". Aku memberikan alasan untuk menghindar.

"Kayra...Menurut papa sebaiknya besok kamu temui Nathan dan mengenai peresmian proyek, papa bisa berangkat lebih dulu ke Lombok untuk mewakili kamu. Nanti kamu bisa menyusul. lagi pula pihak Accor Corporation sudah kenal baik dengan papa. Banyak direksi mereka yang merupakan teman kuliah papa dulu".

"Tante mohon Kayra...Tolong temui Nathan, dia ingin sekali bicara dengan kamu. Tante tahu apa yang dilakukan anak tante tidak bisa dimaafkan dan tante juga bersedia kalau memang Nathan harus menerima hukuman, karena Nathan pantas membayar semua perbuatannya". Tante Mia memohon kepadaku sambil menangis.

Aku menarik nafas dalam-dalam. "Baiklah tante dan om, besok aku akan ke rumah sakit dan menemui Nathan". Akhirnya aku mengalah dan memenuhi permintaan mantan mertuaku.


------

Keesokan Harinya

Pagi ini aku bangun jam 9 pagi, papa sempat berpamitan untuk berangkat ke Lombok duluan. Beliau akan mewakili aku untuk peresmian proyek baru dengan Pihak Accor Corporation dan semoga aku bisa menyusul secepatnya.

Setelah selesai sarapan, aku langsung berangkat ke rumah sakit. Menempuh perjalanan sekitar 45 menit, aku sampai di rumah sakit dan langsung menuju ke lantai 5.

Saat masuk ke dalam kamar, aku melihat Nathan sedang makan buah disuapi oleh Tante Mia. Tante Mia dan Om Sony tampak bahagia melihat kedatanganku, mereka kemudian memelukku dan mempersilahkan aku duduk.


"Tante dan om keluar dulu, kami mau mencari sarapan. Silahkan kalian berbicara". Kata Om Sony sambil melangkah keluar kamar bersama dengan Tante Mia.


Nathan melihat ke arahku dan kami sempat terdiam beberapa saat, karena tidak ingin berlama-lama dalam situasi canggung seperti ini. Akhirnya aku berinisiatif untuk langsung bicara ke pokok pembahasan.


"Ada apa kamu meminta saya ke sini?" Tanyaku to the point.

"Maaf sudah mengganggu waktu kamu, aku meminta kamu kesini karena aku ingin minta maaf. Tolong maafkan aku atas semua kesalahanku, aku sudah menjadi laki-laki brengsek. Selama kita menikah, aku bukan suami yang bertanggung jawab bahkan aku yang menyebabkan anak kita meninggal". Nathan bicara dengan nada suara bergetar.

"Saya sudah memaafkan kamu. Saya sudah memiliki kehidupan yang baru sekarang dan saya sudah bahagia, jadi tidak usah membahas sesuatu yang sudah berlalu".

"Apa yang terjadi dalam hidup aku sekarang adalah hukuman atas dosa-dosaku selama ini ke kamu dan anak kita. Aku siap seandainya kamu ingin menuntut aku, karena aku yang sudah menyebabkan kamu keguguran".

"Saya sudah ikhlas kehilangan anak saya dan saya juga sudah memaafkan kamu, penghakiman itu hak Tuhan. Lebih baik sekarang kamu fokus untuk sehat dan kembali pulih, setelah itu selamatkan perusahaan kamu. Mulai bangun kembali kehidupan kamu". Aku menasehati Nathan.

"Terima kasih Kayra karena kamu sudah memaafkan aku, sekali lagi terima kasih". Nathan bicara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Saya rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, jadi saya pamit dulu. Maaf saya sudah mengganggu istirahat kamu, semoga kamu cepat sembuh". Aku buru-buru berpamitan.

"Kayra...Apa aku boleh tetap berteman dengan kamu?" Nathan bertanya ragu-ragu.

"Saya selalu menganggap kamu teman". Kataku menjawab singkat.

"Satu lagi, apa boleh kalau sesekali aku menghubungi kamu atau main ke rumah?" Nathan kembali bertanya.


Aduh...Kenapa Nathan harus bertanya seperti itu, apa yang harus aku jawab sekarang...Kalau aku jawab tidak boleh maka aku akan terlihat seperti seorang pendendam, tapi kalau aku jawab boleh maka aku takut akan ada salah paham.


"Kayra... apa boleh kalau sesekali aku menghubungi kamu atau main ke rumah kamu?" Nathan mengulang pertanyaannya.

"Iiiiya boleh". Akhirnya aku terpaksa mengiyakan.

"Terima kasih Kayra, terima kasih banyak".

"Ya sudah saya pamit dulu, saya harus mengejar pesawat". Kataku sambil beranjak keluar dari kamar.

"Hati-hati Kayra. Sampai bertemu kembali, semoga pada saat kamu kembali ke Jakarta. Kondisi aku sudah membaik, jadi kita bisa bicara banyak". Kata Nathan 


Aku hanya diam dan langsung turun ke bawah, menuju parkiran. Aku keluar dari rumah sakit dengan terburu-buru, karena harus segera berangkat ke bandara. Selama dalam perjalanan aku mengutuki diriku sendiri. 

Kenapa tadi aku menjawab Nathan boleh menghubungiku atau berkunjung ke rumahku. Bagaimana kalau nanti ada salah paham? Aduh...Kenapa aku bisa bicara bodoh seperti itu!! Aku memaki diriku sendiri.

Luka Hati PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang