[Transmigrasi Series]
Realyn Tamara, seorang gadis berusia 22 tahun itu tidak menyangka akan masuk kedalam novel yang terakhir dibacanya, jiwanya masuk kedalam tubuh seorang tokoh utama yang sayangnya diakhir cerita dia akan mati di tangan orang yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎
Kakinya berjalan menuruni anak tangga, setelah menyelesaikan sarapannya, pagi ini Realyn berniat untuk melihat keadaan sekitar dia sangat penasaran dengan zaman ini, didampingi oleh Bia yang setia mengikutinya ke mana pun.
Sebenarnya, Realyn ingin pergi sendiri, tetapi pelayannya satu ini bersikukuh untuk ikut dengannya. " Bia, mengapa istana ini sepi sekali, ke mana semua orang?" tanya Realyn basa-basi.
"Itu karena hari ini Yang Mulia Duke dan Kakak Anda yaitu Pangeran Edgar sedang pergi rapat bersama Yang Mulia Kaisar. Sedangkan Duchess Callista pergi menemui perjamuan antar bangsawan," jelas Bia.
"Kalau adikku?"
Bahkan Nonanya pun tidak ingat dengan keberadaan adiknya. Sungguh, diam-diam Bia ikut prihatin dengan kondisi Nonanya ini. "Ketiga adik Anda masih berada di Akademi, Putri," ucap Bia.
Realyn mengangguk sebagai respon, ia melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Bia. "Hmm lalu kalau si pelakor itu, di mana dia?"
Bia mengernyit bingung mendengar dengan pertanyaan Realyn barusan. "Pelakor itu apa, Putri?" tanya Bia.
Realyn tersadar akan ucapannya barusan, ia lupa di zaman ini mana mungkin mereka paham kata-kata gaul dari masa depan.
Menggaruk tenguknya yang tak gatal. "Ah, tidak! Lupakan perkataanku yang tadi, maksudku di mana Selir Frisca?" Ingatkan dirinya setelah ini ia harus mengontrol kebiasaan buruk dirinya yang selalu asal bicara.
"Kalau selir Frisca menghabiskan waktunya dengan berada di peraduannya, Putri," jawab Bia, Realyn hanya ber-oh ria saja. Sebenarnya masih banyak yang ingin Realyn tanyakan, tetapi dia urungkan sepertinya lain waktu saja.
Karena terlalu asik mengobrol, mereka berdua tidak sadar jika kini keduanya sampai di sebuah tempat yang dipenuhi dengan berbagai jenis bunga. Terlihat jelas binaran yang dipancarkan oleh mata Realyn, ia benar-benar takjub melihat pemandangan yang ada di hadapannya ini.
Apakah ini ladang bunga?
"Woah banyak bunga sekali di sini," ujar Realyn, kakinya mulai melangkah menuju hamparan bunga-bunga tersebut
"PUTRI JANGAN KE SANA!" Teriakan dari Bia membuat Realyn menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Bia.
"Ada apa? Kenapa kau melarang ku untuk ke sana?" tanya Realyn
"Bukankah Putri tidak menyukai bunga? Setau saya, Anda memiliki alergi pada serbuk bunga,"jelas Bia
Realyn sungguh tidak tau kalau Ellyana mempunyai alergi terhadap serbuk bunga, karena di novel tidak dijelaskan. Tapi yang mempunyai alergi itu, kan, Ellyana bukan dirinya, karena tubuh ini diisi oleh jiwa Realyn seorang penyuka bunga jadi tidak akan berpengaruh terhadap dirinya bukan?