Bab 3

6.1K 392 91
                                    

Ada perubahan alur!!!

***

Malam sudah tiba, tapi Realyn masih bergelung dengan selimut nya. Ia merasa lelah, tubuhnya benar-benar lemas.

Tok tok tok

Realyn menoleh ke arah pintu, ia berdecak. "Tuan Putri, sekarang sudah waktunya jam makan malam. Yang Mulia Duke menyuruh Anda untuk ikut makan malam bersama." Realyn tau itu suara Bia, namun ia memilih menghiraukan nya.

"Putri apakah saya boleh masuk? Segera keluar Putri, Anda ditunggu yang lainnya sekarang." Lanjut Bia karena tak mendapati sahutan dari Realyn.

Lima menit berlalu namun tetap tak ada jawaban. Tangannya terulur untuk memegang knop pintu.

Ceklek

Pintu terbuka dan muncul Realyn dengan penampilan acak-acakan seperti seseorang yang baru bangun tidur. Rambut berantakan, dan gaun tidur yang tampak sedikit kusut.

"Astaga Putri, Anda belum bersiap-siap?" Benar-benar tidak mencerminkan seorang bangsawan. Itu yang ada di pikiran Bia saat ini tentang nona nya.

Padahal sebelum-sebelumnya nona nya itu sangat disiplin dan selalu rapih.

"Hoaam... aku masih mengantuk Bia, kau bilang saja pada Ayah ku kalau aku tidak ingin makan malam, aku hanya ingin tidur." Ucap Realyn sembari menutup mulutnya dengan tangan.

"Tidak bisa Putri, Anda tidak bisa melewatkan jam malam Anda sendiri."

"Tapi aku merasa tidak punya tenaga untuk turun ke bawah, tubuhku lemas."

Bia menatap Realyn khawatir, "Putri, apa Anda belum meminum racikan obat yang diberi Tabib Choi tadi pagi?" Realyn menggeleng sebagai jawaban.

"Kau tau Bia, mencium racikan obatnya saja rasanya aku mau muntah. Bagaimana kalau aku meminumnya, bisa koit gue." Realyn bergidik membayangkan nya.

Sungguh, sehabis makan siang ia disuruh minum obat racikan itu oleh Bia, namun ia tak meminumnya karena aroma obatnya membuat ia mual.

"Apa maksud Anda bisa koit?" Tanya Bia bingung.

Realyn mengibas-ibas tangannya, "Sudahlah lupakan, kalau bisa bawakan saja makanannya ke kamarku. Aku akan memakannya."

"Tapi Putri-"

"Ah kau ini cerewet sekali, mau ku tendang?" Ancam Realyn membuat Bia menggeleng cepat. Bia langsung pergi dari sana untuk memberitahukan kepada Duke Shavonne.

Melihat pelayan pribadi anak nya datang sendiri, Duke Shavonne mengerutkan keningnya. "Salam Yang Mulia. Maaf, Putri Ellyana tidak bisa mengikuti makan malam hari ini." Ucap Bia setengah menunduk.

Semua orang yang berada di sana, mengkerut bingung, "Kenapa? Apa Putriku baik-baik saja?" tanya Duchess Callista, sehabis pulang dari perjamuan ia memang belum melihat Putri di mana pun. Sedangkan Duke Shavonne terdiam, ia mulai berpikir apa putrinya itu marah padanya?

"Putri Ellyana mengeluh badannya lemas, Putri juga ingin memakan makanannya di kamarnya Yang Mulia."

"Kenapa ia bisa sakit sekarang? Bukankah tadi pagi ia masih baik-baik saja?" Sambung Pangeran Edgar.

"Sebenarnya itu karena Putri Ellyana tidak meminum obat racikan yang diberikan oleh Tabib Choi, jadi stamina tubuhnya menurun."

"Baiklah, biar aku saja yang membawa makanannya ke kamar putriku." Ucap Duchess Callista, ia tahu putrinya itu memang sangat susah jika disuruh minum obat.

Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang