Bab 23

1.2K 107 9
                                    

Happy Reading

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎


"Selamat pagi, Bia."

"Selamat pagi, Putri, apakah tidur Anda semalam nyenyak?" tanya Bia.

"Nyenyak sekali, rasanya sudah lama aku tidak tertidur nyenyak seperti semalam," ucap Realyn tersenyum lebar.

Kini keduanya berjalan menuruni anak tangga, di pagi hari yang cerah ini beberapa pelayan sudah mulai bekerja membersihkan sisa pesta kemarin.

"Apa yang akan Anda lakukan hari ini, Tuan Putri?"

"Aku belum punya rencana apa-apa hari ini. Mungkin aku akan pergi ke perpustakaan untuk membaca beberapa buku di sana."

Bia mengangguk mengerti mendengarnya, memang akhir-akhir ini Nona nya sangat suka sekali membaca buku.

Nonanya pernah bilang, pengetahuan itu sangat penting untuk semua umat manusia. Dengan membaca, manusia akan mendapatkan pengetahuan, dan dengan pengetahuan itu manusia dapat mengubah dunia dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk penerus kedepannya.

"Kau mau ikut aku ke sana?" tawar Realyn yang dijawab gelengan kepala oleh Bia.

"Maaf, Putri, saya tidak bisa."

"Kenapa? Apa kau sibuk?"

"Kepala pelayan meminta saya untuk pergi ke pasar sekarang," jawab Bia.

"Bolehkah aku ikut? Aku ingin melihat keadaan di luar sana."

"Tidak bisa, Putri, Anda harus meminta izin terlebih dahulu pada Yang Mulia."

Realyn berdecak, "Ayah pasti tidak akan mengizinkannya, jadi lebih baik tidak usah izin."

"Tapi pasti Yang Mulia Duke akan menghukum Anda nantinya,"

Realyn merangkul Bia dan mengapit leher pelayannya itu dengan lengannya. "Aku punya rencana bagus," bisik Realyn.

☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎

Suasana pasar sangat ramai seperti pasar-pasar biasanya, banyak orang dari penjuru kekaisaran datang ke pasar ini untuk berdagang, membeli kebutuhan yang mereka perlukan, bahkan sampai menawarkan kerjasama.

Saat ini Realyn berhasil kabur dari istana berkat idenya yaitu menyamar sebagai pelayan, Bia hanya bisa pasrah mengikuti kemauan nona nya.

"Apa yang akan kau beli di sini?" tanya Realyn.

"Hanya keperluan bumbu dapur nona," jawab Bia.

"Coba kulihat." Realyn mengambil kertas kecil yang berisi catatan bahan-bahan yang harus dibeli.

"Kunyit emas, jahe api, kayu ajaib, biji bulan, garam laut," batinnya, ia mengernyit membaca itu.

"Nama bumbunya aneh-aneh," gumam Realyn pelan.

"Ada apa Nona? Apa Anda mengatakan sesuatu?" tanya Bia.

"Tidak, emm kalau begitu pertama-tama kita cari garam laut saja." Bia mengangguk, lalu menuntun jalan mencari penjual yang menjual garam laut.

"Itu di sana Nona." Tunjuk Bia pada salah satu pedagang.

Mereka berdua berjalan menghampiri penjual itu, dan langsung di sambung jangan oleh sang penjual.

"Selamat datang Nona-nona, ada yang bisa saya bantu?"

"Paman, tolong beri kami 200 gram garam laut 10 bungkus," ucap Bia.

Second Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang