Tandai kalo ada typo
Happy Reading
☾︎──────°❀•°✮°•❀°──────☽︎
"Kakak?"Pandangannya terpaku pada sosok kakaknya yang berdiri tak jauh dari tempatnya.
"Rea, kembalilah."
"Jangan tinggalkan Kakak sendiri, Rea."
"Kakak ...," Mata Realyn mulai berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan isak tangis. Perlahan kakinya berjalan menuju kakaknya.
"Kakak mohon. Bangunlah, kakak menunggumu di sini."
Air mata yang menggenang di pelupuk matanya akhirnya turun juga membasahi kedua pipinya.
"Kakak!"
Realyn berlari ke arah kakaknya berniat ingin memeluknya. Namun, saat ingin memeluknya, sosok kakaknya itu menghilang bagai asap. Realyn mundur beberapa langkah ke belakang.
Dengan air mata yang terus berjatuhan ia menatap kosong di depannya. Tak ada siapa-siapa di sana, sosok kakaknya tadi hanya ilusinya semata.
"Kakak ... " Realyn menangis dalam diam, ia menarik napas panjang mencoba menghilangkan rasa sesak yang hinggap di hatinya.
Memejamkan matanya sembari memegang dadanya, Realyn kembali membuka matanya saat mendengar suara yang ia kenal.
"Putri Ellyana, sadarlah."
Realyn membuka matanya perlahan saat mendengar itu, matanya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya.
"Putri? Syukurlah Anda sudah sadar," ucap Bia lega, pelayan itu mengusap matanya yang berair karena sempat menangis tadi.
Realyn sedikit linglung melihat dirinya kini tertidur di pangkuan Bia. Realyn bangun dari posisinya menjadi duduk.
"Bia, apa yang terjadi?" tanya Realyn.
"Anda tadi sempat tidak sadarkan diri, saya panik sekali, saya benar-benar takut jika Anda kenapa-kenapa."
"Benarkah?" tanya Realyn yang dijawab anggukan oleh Bia.
"Putri? Luka Anda?" ucap Bia yang tak sengaja melihat lilitan di lengan nonanya.
Realyn menatap pergelangan sikutnya, sepertinya darahnya sudah tidak keluar lagi. Realyn membuka lilitan itu.
Mereka berdua terkejut saat lilitan itu sudah terlepas luka yang di sikut Realyn sudah sembuh tak berbekas. Seperti tidak terjadi luka apa pun sebelumnya.
"Bagaimana bisa!?" tanya Bia syok melihatnya.
"KAKAK!" Mereka berdua menoleh dan melihat Rhyns sedang berlari ke arah mereka sambil membawa sebuah ember kecil di tangannya yang entah dari mana gadis kecil itu dapatkan.
"Kakak, aku dapat airnya," ucap Rhyns dengan napas tersengal-sengal karena habis berlari.
"Ini air sungai bersih kak, aku sudah meminumnya terlebih dulu tadi." Rhyns memberikan ember berisi air itu pada Realyn.
Realyn teringat sebelum ia tidak sadarkan diri, ia merasa haus, tapi sekarang rasa haus itu sudah hilang.
Realyn terdiam di tempatnya, ia mulai mencerna semuanya dari awal. "Apa jangan-jangan, karena minum air di tempat itu tadi? Tapi tempat apa itu? Kalo itu mimpi kenapa terasa nyata?"
"Dan Kakak? Kakak bilang menungguku di sana? Itu artinya, ragaku di sana masih hidup?" batin Realyn.
"Nona?" panggil Bia membuat Realyn tersadar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
Fantasy[Transmigrasi Series] Realyn Tamara, seorang gadis berusia 22 tahun itu tidak menyangka akan masuk kedalam novel yang terakhir dibacanya, jiwanya masuk kedalam tubuh seorang tokoh utama yang sayangnya diakhir cerita dia akan mati di tangan orang yan...