Chapter XXIV

15.8K 845 37
                                    

Aloha...

Lama sudah kita tak bersua..
Mudah mudahan masih ada yang ingat ama cerita paling abal abal ini...
Hehe...

Pa kabarnya nih semua?? *merasa nggak berdosa udah ngilang begitu lama.

Aduh nggak tau mo ngomong apa lagi selain kata mohon maap lahir batin.. kan 3minggu lagi mo lebaran..

Udah deh pada dengar cuap cuap nggak jelas dari saya mending dibaca aja deh...
Ditunggu vommentnya kawan

Salam anget

Diana-w

Nb: cerita nggak pake edit kalo ada salah salah kata kasih tau yak ^^

_____________________________

Jangan kemana-mana. Aku akan secepatnya menuju kesana." Tatiana hanya terdiam. Tenggorokannya terasa kering untuk membalas kata kata Regina dari ujung telepon.

"Tatiana kau masih bersama ku kan?" Tatiana mengangguk lemah. Matanya tak lepas dari layar TV.

" tatiana?"

" ya. please.. datanglah secepatnya, regi." Jawab tatiana putus asa.

Saat panggilan telepon terputus. Tangan tatiana jatuh terkulai disisi tubuhnya. Keringat dingin mulai membanjiri dahinya. Apa yang selama ini ditakutinya akhirnya terjadi.

Wajahnya silih berganti muncul bersama taylor dilayar kaca. Disetiap berita infotaiment, wajah mereka muncul begitu juga identitasnya yang sebagai guru disekolah dawsons.

Tajuk besar mengenai hubungan percintaan pewaris dawsons corp bersama gurunya diulas habis habisan. Bahkan dilebih lebihkan.

Foto mereka berdua yang sedang berhadap hadapan dan tampak intim begitu sering muncul. tatiana luar biasa panik sekarang dan tak tahu harus melakukan apa.

Dia seperti berada di jalan buntu. Tatiana melangkah menuju jendela dengan langkah berat. Mengintip dibalik gorden.

Begitu banyak reporter dan cameraman yang menyorot apartemennya. Menunggu sosoknya keluar dari persembunyian. Tatiana memejamkan matanya sembari mendesah.

"Apa yang harus kulakukan taylor?" Bisiknya.

***

"Diego!! Buka pintunya!!" Teriak taylor. Tubuhnya sibuk mendobrak pintu yang terkunci rapat.

" maafkan saya tuan muda. Saya diperintahkan tuan harold untuk tidak membiarkan anda keluar dari kamar." Ujar diego dari balik pintu.

"Kau bekerja untukku! Bukan paman!!" Teriak taylor semakin keras.

Diego hanya diam tak bergeming. Berdiri membelakangi pintu. Walaupun hatinya begitu sedih melihat tuan mudanya yang dilanda kesusahan tapi ia yakin ini semua untuk kebaikan tuan mudanya.

" kesetiaan saya tak pernah berubah dari anda lahir hingga sekarang, tuan muda. Saya melakukan ini semua untuk anda." Jawab diego dengan suara mantap.

Taylor menyandarkan dahinya dipintu, tubuhnya dipenuhi oleh keringat. Matanya terpejam untuk meredakan kepanikan.

"Kumohon, diego.. biarkan aku keluar." Pinta taylor dengan suara yang bergetar. " aku harus menemuinya, kau tahu aku harus melindunginya."

Diego menatap lantai sambil menggeleng lemah. "Maafkan saya tuan muda." Taylor terduduk dilantai. Tanggannya sibuk mengacak acak rambutnya.

"Apa yang harus ku lakukan my lady? Padahal aku sudah berjanji tidak akan menyusahkan mu..." taylor berteriak sekuat kuatnya untuk menghilangkan rasa putus asa dan kembali bangkit menggedor pintu.

Sang Nouveau [Dawson Tales]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang