Chapter 32

3K 231 29
                                    

Maaf kemarin sempat menunda chapter ini untuk di publish karna ada beberapa alasan sih.

Sepertinya chapter  baru akan dipublish setiap hari kamis saja.  Karna ternyata hari senin itu padat luar biasa susah untuk nyuri nyuri waktu.

Oh,  saya mau peringati sekali lagi kalau cerita yang saya tulis kebanyakan bertema dewasa terutama Sang Nouveau. Jadi yang sebenarnya bertanggung jawab dengan yang kalian baca adalah diri kalian sendiri.  Karna dari awal saya selalu mewanti wanti.

Oke 😉
Terimakasih

Diana-w

...............................

"bisakah kau mendengarkanku?"

Gadis kecil berumur 11 tahun, berlari riang di padang rumput tanpa alas kaki. Seekor anjing berlari bersamanya.  Tawanya riang mencerminkan jiwanya yang bebas.  Beberapa helai Rambut merahnya keluar dari kepangan rambutnya.  Lembut tertiup angin.

Ia mengamati anak perempuan itu dari balik pohon. Ia ingin melihat tawa itu lagi. Tawa dan senyumannya hanya untuknya.  Ia ingin menahannya dan menyimpannya dikamar.  Mendengar tawa itu seharian.

Miliknya.

"aku tidak bertahan disisimu bukan berarti aku tidak mencintaimu. Aku meninggalkanmu dengan bukti cintaku untukmu.  Ia adalah bukti besar cintaku padamu."

Ia membenci semuanya, air mata yang tak pernah dikeluarkannya bahkan saat ibunya meninggalpun kini keluar.  Membasahi wajahnya.  Tawa itu pergi. Senyuman itu hilang. Ia membenci takdir yang mengambil jiwanya. 

Ia histeris melihatnya pergi, ia meraung. Orang disekitarnya ketakutan. Mereka hanya diam tidak berani bergerak sedikitpun.

"aku mencintaimu. Kau mendengarku kan, Charlie."

..............***............

Tatiana masuk ke ruang kerja milik Charlie dimana Taylor berdiri menghadap lukisan ibunya.  Membelakangi Tatiana.

Tatiana tahu Taylor dalam suasana Hati yang buruk.  Permasalahan dikantor ternyata menyita waktunya.  Ia terus bekerja, membaca berkas dan kembali menganalis laporan kerja dari awal. 

Ia tidak ingin membuat kesalahan karna kini ia memegang tanggung jawab perusahaan. Taylor ingin membuktikan kalau ia bisa. 

Disela sela kerja ia tetap melanjutkan studynya yang sekarang sudah diatur menjadi home schooling.  Tinggal beberapa bulan lagi hingga ia melakukan ujian kelulusan.

Pikirannya pasti sangat lelah memikirkan semuanya.  Dilain pihak ayahnya yang ia kira akan ia miliki sosok seorang ayah yang ia kagumi. Kini pergi tanpa pamit padanya.

Taylor tergesa gesa pulang dari kantor mendapati ruang kerja ayahnya sudah kosong.  tertunduk lesu. Ia tahu ia tidak boleh berharap banyak.  Dari kecil ia tahu ayahnya membencinya tapi ia tidak bisa membenci ayahnya.  Bagaimanapun ia berusaha membencinya ia tetap merasa bersalah padanya.

Karna dirinyalah ayahnya menjadi seperti sekarang.  Karna kehadirannyalah ayahnya menjadi depressi seperti sekarang.

Tatiana datang memeluknya dari belakang.  Ia berharap pelukannya bisa menghangatkan jiwa Taylor. Lengan Tatiana yang melingkar di dada Taylor semakin erat memeluknya.

Taylor menangkupkan kedua tangannya di tangan tatiana. Menjalin jari jari mereka.

Tatiana menyandarkan dahinya dipunggung Taylor. Ia bisa merasakan tarikan dan hembusan nafas Taylor.

Sang Nouveau [Dawson Tales]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang