07. Disangka jomblo

88 16 1
                                    

Maura berjalan dengan langkah malasnya menyusuri jalanan komplek.

Salah satu tangannya terlihat memegangi perutnya, lalu pipinya juga menggembung lucu. Sebetulnya Maura sedang kesal sekarang lantaran perutnya yang keroncongan. Tapi sialnya Maura tidak memiliki persediaan makanan sama sekali di rumah, alhasil dia tidak bisa sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Maura benar-benar lupa berbelanja kemarin lantaran sibuk berembug membicarakan penampilan apa yang akan kelasnya tampilkan di acara ulangtahun sekolah.

Ya, kemarin wali kelas mereka langsung menunjuk Maura dan Metta untuk tampil berdua di acara tersebut mewakili kelas mereka. Tadinya sih hanya Metta yang akan tampil atas dasar saran dari Maura karena faktor tidak ada yang mau tampil dan Maura yang ogah dihukum untuk yang kedua kalinya. Terkesan menumbalkan Metta sih, tapi sebetulnya Maura tidak asal menunjuk Metta sebab dia itu tahu betul kalau Metta itu bisa bernyanyi dengan sangat baik. Menurutnya sayang jika bakat Metta dipendam sendiri, lebih baik dipamerkan.

Sialnya, sahabat kelebihan mecinnya itu malah menarik dirinya untuk ikut tampil bersamanya dengan beralasan kalau Maura juga pandai memainkan gitar. Maura sudah protes saat itu karena dia memang merasa kemampuannya dalam memainkan gitar sudah menghilang semenjak Demian tidak tinggal serumah dengannya, mengingat Demianlah yang mengajarinya cara bermain gitar dan rutin dipraktekkan setiap malam Minggu. Hitung-hitung konser dadakan penghilang kegalauan kalau kata Demian sih. Maklumi saja, saat itukan keduanya masih memegang status jomblo.

Tapi sialnya Metta malah mengancam Maura. Katanya dia enggan tampil jika Maura tidak ikut tampil bersamanya. Sehingga pada akhirnya memaksa Maura untuk menerima kenyataan bahwa dia akan tampil bersama Metta di acara perayaan ulangtahun sekolah nanti. Kemungkinan hari ini mereka baru akan mendaftarkan diri pada panitia acara tersebut.

"Tukang buburnya udah datang belum ya" gumam Maura bertanya-tanya saat dia berhasil keluar dari komplek perumahannya. Dia pun mengedarkan pandangannya kesekeliling, mencari penjual bubur yang biasanya nangkring di tepi jalan.

Refleks Maura menghela napasnya kecewa saat dia sadar bahwa penjual bubur langganannya belum melintasi area kompleknya. Naas sekali memang dirinya ini. Giliran sedang lapar-laparnya dia malah harus menerima kenyataan kalau tukang bubur langganannya atau lebih tepatnya sih langganan Demian tersebut belum datang ke tempat biasa beliau mangkal. Iya, di bawah pohon besar di seberang jalan sana.

"Roti aja deh beli di sekolah" gumam Maura dengan lemas, akhirnya memutuskan untuk membeli roti saja di sekolah nanti. Lagipula kalau dia keliling mencari sarapan sekarang yang ada dia terlambat datang ke sekolah. Bisa lebih repot lagi urusannya.

Maura pun mulai melangkahkan kakinya menuju ke halte bus, berusaha keras mengabaikan sejenak suara perutnya yang keroncongan.

Sementara itu dari arah yang berlawanan dengan arah yang Maura tuju, seorang pengendara motor tampak melambatkan laju kendaraannya hingga akhirnya motor ninja merah yang ia tunggangi tersebut terhenti tepat di sisi Maura.

Maura menoleh terkejut ke arah pengendara motor tersebut. Bahkan perasaan takut mulai mendominasi diri Maura sampa-sampai Maura langsung mengamankan ponselnya takut-takut pengendara motor itu sebenarnya jambret dengan modus memepet pejalan kaki sepertinya. Maaf maaf saja, meskipun ponselnya tidak semahal milik Darren, tapi di ponselnya inilah tersimpan hampir 100% foto-foto kebersamaannya dengan Darren. Bahaya jika sampai hilang, mengingat perjuangannya untuk berfoto satu kali dengan Darren saja sesusah meminta Darren mengumumkan pada dunia kalau dia ini pacarnya Darren. Pokoknya sesulit itu.

Rasa takut didiri Maura hilang dalam sekejap menjadi raut kebingungan saat dia sadar bahwa pengendara motor ninja tersebut memakai seragam yang sama sepertinya. Artinya siswa itu satu sekolah dengannya jadi mustahil rasanya dia akan bermaksud jahat pada Maura. Ayolah, rata-rata siswa di sekolahnya itu berlatar belakang ekonomi menengah ke atas. Termasuk kategori terlalu cukup dari segi ekonomi untuk sampai menjambret.

Maura & Darren (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang