Sejak Darren berusia delapan tahun, sejak saat itu juga Darren mulai berpikir bahwa rumah yang dia huni selama ini bukanlah rumah yang memiliki arti yang sesungguhnya. Di mana seharusnya rumah bukan hanya bisa menjadi tempat berteduh dari panas dan hujan, melainkan memiliki arti yang lebih luas dari itu.
Rumah yang memiliki arti yang sesungguhnya seharusnya adalah rumah yang mampu memberikan kenyamanan, perlindungan dan kenangan bagi penghuninya. Meskipun ada kalanya kenangan tidak serta merta selalu indah, tapi seharusnya rumah menjadi saksi bagaimana penghuninya saling menguatkan satu sama lain untuk menghadapi segala hal buruk di dalam hidup mereka.
Dulu, Darren memiliki rumah dengan arti yang mirip seperti itu. Namun ego menguasai diri Mamanya sehingga Mamanya memilih untuk menjadi wanita karir dan mulai mengabaikan kewajibannya. Sampai akhirnya kejadian buruk menimpanya, dan alih-alih Mamanya menyadari kesalahannya dan berusaha untuk memperbaikinya dengan mencurahkan seluruh perhatiannya untuknya, Mamanya justru menyalahkannya sampai membencinya.
Ada banyak sekali luka yang Darren dapatkan sejak saat itu. Namun terlahir sebagai seorang pria tentu saja memaksa Darren untuk menghadapi segala permasalahannya dengan jauh lebih tegar lagi. Sehingga emosinya pun selalu menumpuk di dalam dirinya sejak saat itu. Darren pun mulai hidup dengan perasaan dingin yang melingkupinya, sampai tanpa sadar sifatnya pun mulai berubah secara perlahan; sedingin perasaannya.
Namun saat dia bertemu dengan Maura, secara perlahan kebekuan dihatinya mulai mencair. Darren bukan saja merasakan kehangatan dihatinya, tapi ia pun mulai bisa menunjukkan segala sisi hangatnya untuk Maura, sampai-sampai Maura dibuat jatuh cinta berkali-kali karenanya.
Darren sadar bahwa Maura tidak sama seperti wanita lainnya. Dia bukan saja mencintai segala kelebihannya, tapi dia juga mencintai segala kecacatannya. Sehingga sekalipun Maura tahu bahwa Darren tidak sesempurna yang ia bayangkan, pun ketidaksempurnaan itu pernah melukai hati Maura beberapa kali, Maura masih tetap mau menerimanya.
Dan Darren tidak pernah sedikitpun menyesali keputusannya untuk pergi dari rumah yang selama ini ia huni. Ia justru bersyukur karena dia mampu mengambil keputusan yang tepat sebelum dirinya benar-benar tenggelam karena luka yang ditorehkan oleh Mamanya yang seharusnya menjadi sumber kenyamanan di dalam hidupnya.
Dan seseorang yang berhasil membuatnya melangkah sampai sejauh ini adalah Maura.
❄️❄️❄️
"Kak Ren"
Darren mengerutkan keningnya dalam-dalam saat dia mendengar bisikan lembut di depan telinganya. Suaranya terdengar seperti suara Maura. Tapi entah kenapa terasa mustahil sekali, karena seingat Darren hubungannya dengan Maura sedang dalam keadaan sangat sangat buruk. Tidak mungkin rasanya Maura memanggilnya dengan nada suara lembutnya seperti itu.
Atau mungkin sebenarnya suara itu memang tidak nyata, dan Darren masih bermimpi indah sekarang?
"Kak"
Perlahan, Darren membuka kelopak matanya yang terasa sangat perih. Ia lantas dibuat mematung saat manik hitam pekatnya langsung dihadapkan dengan wajah Maura yang berada tepat di depan wajahnya. Maura yang notabenenya berdiri di belakang sofa lalu membungkukkan badannya sampai wajah mereka hanya terpaut beberapa centi saja.
Maura tampak melemparkan senyuman manisnya di sana saat melihat Darren akhirnya terbangun dari tidurnya, senyuman yang begitu hangat, yang langsung mengingatkan Darren akan kejadian sebelum dia tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maura & Darren (✓)
Fanfiction(Completed) Local Fanfiction Cast : Sunghoon & Chaehyun Romance | School | Teen-age MAURA & DARREN Hanya sebuah cerita cinta yang cukup klise antara Si Ketua OSIS dan Si Penyuka Kucing yang kerap kali di sapa Mao Mao. Ini bukan lagi ditahap meng...