03. Cemburu

115 18 2
                                    

"Udah sih Mao, tetep cantik kok. Jangan dipikirin" ujar Metta, lelah sekali rasanya menghadapi Maura yang terus merengek dan berceloteh ria sejak mereka keluar dari toilet. Masalahnya sih hanya tentang bagaimana caranya Maura menghadapi tubuhnya yang bobotnya meningkat ini.

Aish, sekarang Metta malah merasa menyesal karena sudah mengatakan hal sejujur itu sampai akhirnya Maura overthinking seperti ini. Tadinya sih hanya ingin dijadikan bahan guyonan saja karena sebenarnya tubuh Maura hanya sedikit lebih gemuk dari kemarin-kemarin, Metta tidak mengatakannya pun sebenarnya tidak masalah toh Maura masih masuk kategori langsing. Maura juga biasanya akan langsung mengatakan 'bodo amat' dengan gaya khas-nya yang mengundang tawa Metta, berbeda sekali dengan hari ini yang malah berhasil membuat Maura terusik. Dan jujur saja, sangat merepotkan!

Yah, memang seharusnya Metta tidak perlu bermain-main dengan yang namanya berat badan perempuan.

"Ya harus dipikirin lah Ta!" ujar Maura dengan sedikit sewot, '...orang pacar guenya ganteng, masa guenya gendut gini. Ntar dia cari yang lain' batin Maura. Inilah alasan yang membuat Maura tidak tenang dengan keadaan badannya saat ini. Bagaimana jika nantinya Darren pindah haluan dan menyukai wanita lain yang jauh lebih langsing darinya? Apa kabar dengan dirinya nanti?

Metta memutarkan bola matanya malas, menurutnya Maura hanya terlalu melebih-lebihkan saja kali ini. Padahal biasanya Maura tidak begitu peduli dengan bobot badannya. Katanya sih yang penting sehat. Lalu apa-apaan dengan hari ini? "Heran deh gue. Biasanya juga nggak dipikirin"

"Ya kali ini beda Ta. Gimana kalau nanti gue bakalan ngejomblo?"

Metta menghentikan langkahnya seketika dengan mulutnya yang terbuka lebar-lebar lantaran terkejut bukan main. Sementara Maura langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat namun kedua matanya terbelalak terkejut di sana, sadar bahwa dia baru saja kelepasan berbicara. Haduh, kalau begini caranya bisa bisa rahasianya terbongkar di detik ini juga. Bodoh, bodoh, bodoh. Diam-diam Maura merutuki dirinya sendiri yang terlalu ceroboh hari ini.

Metta pun langsung menolehkan kepalanya ke arah Maura yang hanya bisa menatap Metta dengan kecut. Metta pun langsung memegang kedua lengan Maura lalu mengguncangnya beberapa kali. Senyuman lebar tampak terpatri di wajah Metta, yang malah membuat Maura meringis ketakutan. Kenapa juga sekarang Metta terlihat antusias begitu?

"Mao, jangan-jangan lo pengen punya pacar ya makannya dipikirin banget?"

Maura tersenyum lebar, ah lebih tepatnya sih tersenyum miris ketika mendengar perkataan Metta barusan. Ya, Metta, sahabat satu-satunya yang dia miliki ini memang tidak tahu menahu tentang hubungannya dan Darren, termasuk Jordy dan Ken yang notabenenya teman Darren. Bahkan Maura bisa memastikan bahwa semua orang di sekolah ini tidak tahu-menahu terkait hubungan antara dirinya dan Sang Ketua OSIS.

Sebenarnya dia bisa saja sih memberitahu Metta tentang hubungannya dan Darren karena jujur Maura juga merasa terbebani atas rahasia ini, tapi Maura terlalu takut sahabat satu-satunya yang dia punya itu malah akan membocorkan rahasianya kepada semua orang. Bukannya apa-apa, Metta itu ember bocor sekali pokoknya, lebih tepatnya  sih seringkali keceplosan. Dan Maura tidak mau hal itu sampai terjadi. Bisa-bisa Darren marah besar padanya bahkan memutuskan hubungannya dengan Maura.

Metta menjauhkan tangannya dari lengan Maura lalu mengangkat kedua tangannya ke udara sembari mendongakkan kepalanya ke atas, "Oh My God, thanks God akhirnya gue tau kalau sahabat gue ini normal"

Maura & Darren (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang