11. Tamu spesial

69 14 5
                                    

Setelah semua makanan tersaji di atas meja, empat orang yang terdiri dari dua pria dan dua wanita tersebut sudah duduk lebih dulu melingkari meja di area ruang keluarga. Atas arahan Ayah, akhirnya mereka sepakat untuk menyantap makanan mereka di area ruang keluarga saja, sengaja lesehan di atas karpet agar lebih nyaman.

Ngomong-ngomong Bunda datang tepat setelah satu lagu berlirik sendu tersebut dinyanyikan oleh Maura. Hasil nyanyian Maura tentu saja bagus seperti dugaan Darren, bahkan diam-diam suara lembut Maura yang diiringi oleh petikan gitar Demian juga lirik penuh arti tersebut berhasil menyentuh hati Darren.

Kemudian setelahnya Bunda langsung buru-buru memasak, apalagi saat tahu kalau Darren dan Maura sudah sampai rumah sejak tadi. Bunda memasak dibantu oleh Maura. Sementara Darren hanya bisa menyaksikannya saja dari ruang keluarga bersama Demian yang mengisi senggang sembari memainkan gitarnya, tentu saja Darren dilarang untuk ikut memasak lagi setelah tangannya terluka seperti itu. Baik Bunda maupun Maura, keduanya kompak sekali memberikan larangan tersebut kepadanya dengan alasan terlalu khawatir.

Ayah sendiri pulang tepat saat Bunda dan Maura baru saja menyelesaikan masakannya. Alhasil mereka tidak perlu menunggu lama lagi untuk segera menyantap makanan mereka.

Setelah mencuci tangannya Ayah langsung bergabung bersama empat orang lainnya, ia mendudukkan dirinya di sisi kanan Darren, atau tepat di ujung meja. Sementara di sisi kanan Ayah diisi oleh Demian dan Bunda. Untuk Maura sendiri dia duduk di sisi kiri Darren.

"Loh tangan Darren kenapa itu?" Tanya Ayah terlihat kebingungan saat melihat jari tangan kiri Darren dililit oleh perban yang kelihatannya masih baru.

Demian yang notabenenya sibuk membuka toples berisi kerupuk udang langsung menjelaskan kepada Ayahnya, "Nggak sengaja kena pisau, Yah. Tadi mau bantu Maura masak soalnya"

Ayah langsung menatap terkejut Darren. Terlebih saat tahu bahwa luka itu didapatkan Darren baru-baru ini, di rumah ini pula. "Waduh, tapi kamu udah baik-baik aja kan Ren? Apa masih sakit?" Tanyanya sembari memegang lengan Darren. "...Nanti Om beliin obat antibiotiknya di apotek kalau emang masih sakit" lanjutnya.

Darren melemparkan senyuman canggungnya karena lagi-lagi dihadapkan oleh pertanyaan bernada kekhawatiran. Sebelumnya dari Maura, Demian, Bunda Maura, dan sekarang Ayah Maura. Padahal semua orang pun bisa menilai kalau luka Darren tidak parah-parah sekali. Darren yakin para ibu-ibu yang kerap kali berkutat di dapur pasti tidak asing lagi dengan luka seperti ini. Dan jujur saja, bukannya Darren risih, dia hanya merasa aneh saja karena dikhawatirkan sampai sebegitunya hanya karena luka sekecil ini. Sementara seumur-umur Darren hidup, dia tidak pernah dikhawatirkan sampai sebegininya, bahkan saat ada tragedi yang hampir merenggang nyawanya sekalipun Darren ingat betul saat itu dirinya malah dimarahi habis-habisan oleh orangtuanya. Bahkan karenanya juga orangtuanya tidak pernah lagi sepaham, dan selalu terlibat perselisihan.

"Terimakasih Om, tapi sekarang udah baikan kok. Tangan saya beneran nggak papa" ucap Darren sembari melemparkan senyuman tipisnya, berusaha menunjukkan pada Ayah Maura kalau dia baik-baik saja.

Ayah menganggukkan kepalanya mengerti, "Lain kali hati-hati ya. Om nggak mau kamu luka-luka kaya gitu lagi" ujar Ayah sembari menepuk pelan bahu Darren sebanyak beberapa kali disertai dengan senyuman hangat khas seorang Ayah.

Tubuh Darren sempat dibuat membeku lantaran terlalu terkejut mendengar ucapan Ayah Maura yang Darren ingat seringkali dilontarkan oleh orangtuanya. Bedanya ucapan yang keluar dari Ayah Maura terdengar begitu tulus. Beliau benar-benar tidak mau dirinya sampai terluka lagi. Sangat berbeda dengan orangtuanya yang mengatakan kalimat itu karena tujuan yang berbeda. Apalagi Mamanya.

"Kak" panggil Maura seraya mengusap lengan Darren membuat Darren menoleh terkejut ke arah Maura.

Maura melemparkan senyuman manisnya melihat Darren terlihat sangat menggemaskan dengan raut terkejutnya itu, mengingat Darren kan lebih sering menunjukkan raut datar, dingin atau kalau tidak ya raut tenangnya saja. Maura mengulurkan tangannya ke depan, lalu mengusap poni rambut Darren yang agak berantakan. "Makan dulu ya Kak"

Maura & Darren (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang