Seminggu berlalu dengan begitu cepatnya.
Selama itu juga Maura harus menerima keadaannya yang kini berbeda seratus delapan puluh derajat dari keadaannya yang terdahulu. Selain fakta bahwa mulai dari seminggu yang lalu Darren pergi meninggalkannya ke luar negeri atau mulai tercipta yang namanya LDR alias Long Distance Relationship menggantikan status backstreet diantara mereka, sejak hari itu juga Maura harus menerima kenyataan kalau banyak orang yang mulai menjauhinya di sekolah, pun Maura harus menerima dengan lapang dada segala hinaan dan sikap tidak mengenakan dari mereka.
Mungkin kalau hanya teman sekelas saja Maura bisa memahaminya karena saat itu dirinya merusak penampilan untuk kelas mereka, tapi sayangnya yang menjauhinya dan bersikap tidak menyenangkan pada Maura bukan saja dari teman sekelasnya melainkan semua penghuni sekolah termasuk sahabat baiknya. Tentu saja, fakta bahwa Darren adalah sosok yang dikagumi oleh hampir semua wanita di sekolah ini pasti akan menimbulkan sisi negatif seperti ini.
"Maaf Bu, tapi saya nggak mau satu kelompok sama Maura. Maura itu siswi bermasalah, nanti malah tugas kelompoknya jadi berantakan Bu" ujar salah seorang siswi menolak keputusan sang guru untuk memasukkannya ke dalam kelompok yang sama dengan Maura. Ya, sekarang ini memang sedang ada pembagian kelompok untuk mata pelajaran prakarya. Satu kelompok memang terdiri dari dua orang, diputuskan anggotanya oleh guru yang mengampu mata pelajaran tersebut.
"Nggak bisa gitu Shannon, Ibu udah pas bagi kalian semua satu kelompok dua anggota. Kalau kamu nggak mau satu kelompok sama Maura, terus Maura sama siapa? Nggak mungkin kan dia sendirian?"
Shannon tampak menghela napasnya keras, "Pokoknya saya nggak mau Bu" ujarnya kekeh tidak mau menerima Maura menjadi anggotanya.
Guru wanita tersebut menghela napasnya panjang kemudian dia menunjuk ke arah siswi lainnya yang notabenenya belum mendapatkan kelompok, "kamu aja ya Vit satu kelompok sama Maura" ujarnya pada siswi bernama Vita tersebut.
Vita pun langsung memasang raut muka tidak senangnya, "aduh Bu, Vita tuh rumahnya jauh banget sama Maura, kalau harus satu kelompok sama dia nanti repot ngerjainnya" katanya beralasan yang tentu saja hanya sebagai dalih agar dia tidak satu kelompok dengan Maura.
Guru tersebut kembali menghela napasnya panjang. Dia pun langsung menggulirkan bola matanya ke arah semua orang di kelas ini yang berusaha untuk tidak menatapnya, benar-benar takut ditunjuk untuk satu kelompok dengan Maura.
"Metta"
Siswi berambut pirang tersebut tampak tersentak terkejut saat tiba-tiba saja dia mendengar suara Bu Guru yang memanggil namanya. Kedua manik matanya tampak mengerjab beberapa kali saat Maura menolehkan kepalanya ke belakang, lalu menatapnya dengan raut wajah terkejutnya. Sama-sama tidak menyangka kalau Bu Guru akan menunjuk dirinya.
"Metta, kamu mau kan satu kelompok sama Maura? Setau Ibu kalian berdua itu kan deket sekali"
Wanita berambut pirang tersebut menggulirkan bola matanya ke depan, menatap lurus gurunya yang berdiri di depan kelas. "Maaf Bu, saya nggak mau satu kelompok sama Maura. Rumah saya juga jauh sama rumah Maura" ujarnya dengan tegas.
Kedua manik mata Maura pun menyorot penuh kecewa. Dia melemparkan senyuman getirnya lalu kembali menghadap ke depan. Jawaban Metta jelas hanya sebatas dalih semata agar dia tidak berada satu kelompok bersamanya. Ternyata Metta pun masih sama seperti yang lain. Dan Maura tidak bisa menyalahkan siapapun atas semua ini. Dia harus menerimanya.
"Haduh kok nggak mau semua sih ini?" Ujar Bu guru dengan raut bingungnya.
Maura pun langsung mengangkat satu tangannya yang membuat Bu Guru menaruh atensinya padanya, "saya nggak papa kok Bu sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maura & Darren (✓)
Fanfiction(Completed) Local Fanfiction Cast : Sunghoon & Chaehyun Romance | School | Teen-age MAURA & DARREN Hanya sebuah cerita cinta yang cukup klise antara Si Ketua OSIS dan Si Penyuka Kucing yang kerap kali di sapa Mao Mao. Ini bukan lagi ditahap meng...