"Kira-kira pas nanti aku melahirkan, aku bisa nggak ya Mas? jujur, aku takut banget, perasaan aku gak tenang." ungkap Naura.
Devan tertegun mendengar ucapan istrinya. Sejujurnya juga ia tak kalah takut dengan persalinan istrinya nanti, ia takut akan terjadi sesuatu hal pada Naura, tetapi ia yakin dan percaya pada istrinya bahwa istrinya adalah wanita yang kuat.
Tapi perasaan gundahnya ia pendam, ia tidak mungkin menceritakan perasaan nya pada istrinya karena ia tidak ingin membebani pikiran istrinya terlebih lagi beberapa minggu lagi istrinya akan melahirkan.
Ia menghela napasnya, meskipun ia sama-sama gusar dengan istrinya tetapi Devan tidak akan menunjukkan rasa tersebut di depan istrinya.
"Sayang, dengerin aku." Devan memegang kedua pundak istrinya, matanya menatap intens kedua mata istrinya yang terlihat cemas.
"Aku yakin sama kamu, kamu gak akan kenapa-kenapa, kamu sama anak kita kuat, kamu berdo'a aja sama Tuhan ya? dan jangan mikir yang aneh-aneh, tetep berfikir positif. Kamu gak sendiri, ada aku disini, aku bakal nemenin kamu setiap saat."
Saat itu juga tangisan Naura runtuh tak terbendung, Devan dengan cepat membawa istrinya kedalam pelukannya. Ia mendongak, menghalau air matanya yang hendak keluar.
Tidak, dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan istrinya sendiri. Seharusnya sebagai suami, ia menenangkan Naura agar istrinya tidak memikirkan hal yang buruk pada dirinya dan beresiko terhadap kandungan nya nanti.
"Udah ya? jangan mikir aneh-aneh lagi, jangan nangis dong. Nanti baby nya yang ada di dalam juga ikutan nangis liat bundanya nangis." ucap Devan lembut seraya mengusap air mata Naura di pipi wanita tercintanya.
Devan mengecup seluruh wajah istrinya, tanpa tertinggal sedikitpun, setelah puas ia menarik wajahnya lalu tersenyum manis."Udah tenang, hm?"
Naura mengangguk pelan.
"Gimana kalo malam ini kita keluar? mau nggak? Oh iya kata Mama di ujung komplek, lapangan itu ada pasar malam, mau kesana?" tawar Devan.
Tentu tanpa penolakan, Naura langsung mengangguk wajahnya berubah antusias saat Devan menawarkan dirinya pergi ke pasar malam. Kapan lagi coba kan?
"Mau!" seru Naura antusias.
"Kita kesana nanti malam, tapi janji ya jangan mikir yang macam-macam lagi, jangan membebani pikiran kamu, oke?" ujar Devan lembut, tangannya sibuk mengelus surai panjang istrinya.
"Oke!" jawab Naura tegas, ia juga memperagakan gaya hormat pada Devan membuat pria 27 tahun itu tertawa gemas.
****
Sesuai janji Devan tadi pagi, bahwa ia akan membawa Naura ke pasar malam dekat dengan komplek tempat tinggalnya.
Malam ini Naura tampak antusias, bahkan Mama yang sejak tadi memperhatikan wajah menantunya hanya menggeleng kecil seraya tersenyum kecil, ia ikut bahagia.
"Kok pake jaket? di luar dingin banget cuaca nya." tegur Papa yang baru saja keluar dari halaman belakang.
"Oh, Ya Allah mama gak ngeh kalo Naura gak pake jaket!" ucap Mama menepuk dahinya.
Baru saja wanita baya itu hendak ke kamar untuk mengambilkan jaket untuk sang menantu, namun ia urungkan saat putranya sudah terlebih dahulu keluar membawa jaket sedikit tebal di tangannya.
"Pake ya, cuacanya lagi nggak baik." ujar Devan lembut, dengan penuh ketelatenan Devan memakaikan jaket ke tubuh istrinya.
Mama dan Papa yang menonton adegan manis anak dan menantunya di buat tersenyum, mereka selalu berharap kebahagiaan anaknya yang akan terus seperti itu.
"Mama, Papa. Naura sama Mas Devan berangkat ya" pamit Naura berjalan lalu mencium punggung tangan mertuanya.
"Iya sayang, hati-hati ya. Devan kamu jagain Naura yang benar, awas aja sampe menantu kesayangan mama kenapa-kenapa." ancam Mama pada Devan.
"Iya Ma." ucap Devan, tidak usah di ingatkan pun ia juga akan tetap menjaga istri dan anaknya.
"Kalian hati-hati ya, kalo ada apa-apa di jalan kasih tau langsung ke kita." Itu papah yang bicara.
Devan akhirnya tak tahan untuk merotasikan bola matanya."Ma, Pa. Aku sama Naura cuma mau ke pasar malam, letaknya juga gak jauh dari komplek, bukannya mau pergi ke luar negri." ujarnya malas.
"Tetap aja, berjaga-jaga itu perlu." balas Mama.
"Yaudah-yaudah gih kalian buruan, takut kemalamaan angin malam gak baik buat ibu hamil." ujar Papa menengahi.
Mereka mengangguk.
"Kita berangkat Ma, Pa. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohin Dosen Kampus [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [PART LENGKAP] Hanya sebuah cerita klise tentang perjalanan rumah tangga seorang Naura si mahasiswi semester akhir bersama dosennya sendiri Devan, karena sebuah perjodohan dari kedua orangtuanya. Dengan dua kepribadian yan...