Tigasatu

17K 643 24
                                    

"Mas berangkat ya" ucap Devan


Naura mendongak lantas berdiri dari duduknya. Lalu mencium punggung tangan sang suami "iya mas. Kamu hati-hati"

Devan tersenyum. Ia maju dan mencium kening Naura lama sebelum pergi.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Naura melambaikan tangannya setelah mobil Devan keluar. Kemudian mengembuskan nafas dan masuk kedalam rumah tak lupa untuk menutup pintu.

Bosan. Itulah yang Naura rasakan saat ini.

Tiduran. Nyemil. Nonton. Tiduran. Nyemil. Nonton. Begitu seterusnya. Ia melirik jam dinding. Jam 11:53 jam makan siang suaminya

Naura mengangguk. "dari pada gue ga ngapa-ngapain mending masakin makan siang buat mas Devan terus gue anter ke kantornya" ia bangkit dari sofa dan menuju ke dapur.

20 menit kemudian...

"Huh.. akhirnya selesai juga" ucap Naura girang menatap makanan yang baru saja ia buat.

"Walaupun cuma nasi goreng pasti mas Devan suka sama masakan gue" ucapannya lagi sembari terkekeh. Ia kemudian menaruh paperbag berisi makanan itu keatas meja makan

"Gue mau mandi dulu biar makin cantik sebelum nganter makanan buat mas devan" lalu berlari menuju kamarnya

10 menit kemudian..

"Nah kan kalo udah mandi makin cantik gue" Naura melihat dirinya dari pantulan kaca dengan cengiran konyolnya.

Naura berjalan kearah lemari, yang didalamnya terdapat beberapa tas miliknya ia memilih tas yang senada dengan pakaiannya. Dirasa sudah rapih ia segera bergegas turun kebawah.

"Pak antar saya ke kantornya mas Devan yah" ucap Naura Pada supirnya.

Pak Dadang mengangguk. "siap non. Mari non"

Naura tersenyum."makasih pak"

"Tumben banget non bawa makan siang buat den Devan?" tanya Pak Dadang melirik majikanya di kaca spion

Naura terkekeh "saya lagi pengen aja pak lagian saya juga gak pernah bawain mas Devan makan"

Pak Dadang ikut terkekeh "pasti den Devan seneng banget non"

Naura tersenyum "semoga ya pak"kekehnya

***

"Pak Dadang bisa tunggu saya gak?saya cuma sebentar mau ngantar makan siang mas Devan doang" ucap Naura tak enak hati

Pak Dadang mengangguk" Iya Non. Saya tunggu non disini"

Naura tersenyum" makasih ya pak. Kalau gitu Naura masuk dulu"

Pak Dadang mengangguk"hati-hati non" pak Dadang menatap punggung Majikannya yang kian menjauh ia mengembuskan nafas

"Semoga hubungan keluarga Non Naura dan den Devan baik-baik saja" ucapnya.

***

Naura berjalan memasuki kantor Devan. Setelah memasuki kantor sang suami ia berjalan kearah wanita berpakaian khas kantor.

"Permisi mbk?"

Wanita bernama Rani itu mendongak lalu tersenyum ramah."eh?Bu Naura?mau ketemu sama pak Devan yah?"

Naura tersenyum kemudian mengangguk." Iya mbak. Pak Devan nya ada?"

Rani melihat jam tangannya lalu mengangguk sambil tersenyum"Ayo mbak saya antar",

Naura tersenyum. "Makasih mbak"

"Kalau gitu saya permisi ya Bu" pamit Rani.

Naura menoleh ia mengangguk sembari tersenyum"makasih ya"

Setelah kepergian Rani Naura kembali mengembuskan nafas ia perlahan berjalan mendekat kearah pintu. Mengetuk pintu ruangan itu terlebih dahulu.

Tok.Tok.Tok.

Dahinya mengeryit kala tidak ada sahutan. Ia kembali mengetuk pintu tersebut sedikit keras.

"Mas.."

Cklek

Seketika tubuh Naura menegang matanya melotot dan berusaha menahan air matanya yang ingin jatuh. Paperbag yang ia bawa tadi sudah jatuh ke lantai.

"M-mas?"

Devan terkejut melihat Naura yang tiba-tiba saja datang ke kantornya.

"Naura?" gumam Devan pelan. Ia segera melepaskan pelukannya dari wanita tersebut.

Devan berjalan maju kearah Naura, namun Naura berusaha menghindar ia menepis tangan Devan ketika Devan berusaha menggenggam tangannya.

"Naura dengerin aku dulu okey?" ucap Devan lembut sambil berusaha mengambil tangan sang istri.

Naura menggelengkan kepalanya, air matanya perlahan turun ia mencoba untuk tidak menangis namun tidak bisa.

"Devan ayo kita udah janjian tadi buat makan siang"ucap wanita tersebut bernama Shella.

Naura mengalihkan tatapannya ke Wanita tersebut , lalu kembali menatap suaminya dengan penuh kecewa.

Ia terkekeh miris. Niatnya untuk mengantarkan makan siang Devan tetapi malah ia melihat kejadian yang membuat hatinya memanas.

"Tadi aku kesini niatnya mau nganterin makan siang buat kamu mas." Ucap Naura menahan untuk tidak menangis.

Ia terkekeh"Tapi. Ya juga gada gunanya juga aku nganter kesinim toh kamu mau makan siang sama dia kan" ia kemudian berjongkok merapihkan sisa makanan yang berserakan dilantai. ia bangkit menatap Devan dan Shella bergantian.

"Sorry kalo saya ganggu silahkan menikmati makan siang kalian saya permisi." Ucapnya dan dan berlari keluar ruangan tersebut.

Devan hendak mengejar istrinya, namun ditahan oleh Shella alhasil ia hanya diam menatap punggung Naura yang kian menjauh. Ia menundukan kepalanya penuh penyesalan.

"Maafin aku"

Naura berlari ke luar kantor Devan sambil menunduk ia tidak mau jika ada karyawan yang melihat dirinya menangis.

Saat berada di luar kantor, ia menangis sejadi-jadinya. Semakin menangis karna suaminya tidak mengejar dirinya.

"Hiks mas Devan j-jahat banget sih" Naura sesenggukan. Ia mengambil ponselnya didalam tas ia mengirim pesan pada supirnya jika dirinya pulang agak lama dan meminta supirnya untuk pulang terlebih dahulu.

Dijodohin Dosen Kampus [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang