Lima

29.6K 1.2K 18
                                    

"Pak Devan"

"Naura"

Ucap mereka bersama, sedangkan yang lain memandang kita dengan tatapan bingung, lalu tertawa.

"Oh kalian udah saling kenal toh?" tanya Bunda nadanya terdengar menggoda.

"Ya kenal lah bun, pak Devan ini dosen aku di kampus" jelas Naura lalu melirik pak Devan sekilas.

Pak Devan hanya membalas anggukan .

"Yasudah bagus kalo kalian sudah kenal" ucap Tante Dara.

"Iya bener, kita ga harus capek-capek ngenalin kalian dulu kan?" tanya Ayah dengan kekehan-nya. Yang dibales anggukan semua orang kecuali Naura dengan Pak devan.

"Devan kamu mau berdiri terus seperti itu?" tanya Om Niko tanpa menjawab pertanyaan dari papahnya Devan langsung duduk dikursi yang berada di samping Naura.

Naura menggeser kursinya sedikit ke arah Pak Devan lalu mendekatkan bibirnya ke telinga pak Devan"Pak, bapak ngapain dsini? pake bawa orangtua segala lagi" bisik Naura setelah itu kembali menegakan tubuhnya.

Pak Devan hanya membalas dengan mengendikan bahunya.

'Astgfirullah untung dosen lo'

Naura yang melihat respon pak Devan hanya mengumpat dalem kesal di dalam hatinya. Karna Naura tau kalo dia frontal mengatakan langsung pada dosen kutubnya itu nilai Naura lah yang kena imbasnya dan juga karna disini ada orangtua pak Devan.

"Em langsung ngomong aja gimana nih bung?" tanya Ayah.

"Ya silahkan lah bung, saya juga ga sabar lihat respon mereka bagaimana?" Jawab Om Niko terkekeh sambil menatap Naura dan pak Devan.

Naura dan pak Devan yang tidak mengerti maksud kedua orang tua nya hanya bisa menampilkan wajah bingung.

Naura menoleh ke arah pak Devan memberi penjelasan kepadanya namun pak Devan hanya mengendikan bahunya, bahwa pak Devan juga tidak mengerti, Naura menghela nafasnya.

"Ngomong apa Yah?" tanya Naura pada ayahnya dengan tatapan bingung.

"Em, jadi gini Naura, Devan kedatangan saya dan keluarga saya kesini saya ingin ngomong satu hal terkhusus untuk kalian kamu dan Devan" jawab Om Niko.

Naura dan pak Devan mengangguk menunggu pria paruh baya ini melanjutkan bicaranya.

"Bahwa kalian berdua akan kami jodohkan" lanjutnya.

Naura dan Pak Devan berteriak. Ralat,  Naura saja yang berteriak pak Devan cuma nampilin muka nya yang datar.

"HAH DIJODOHIN?" tanya Naura sekali lagi dengan nada berteriak. Membuat semua orang terkejut.

"Iya sayang, tapi gausah teriak-teriak segala" ucap Bunda dongkol karna tingkah putrinya.

"Tapi Bun, Naura masih kuliah Naura belum lulus jadi sarjana, Naura belum siap" ucap Naura sedikit kesal karna tingkah kedua orangtuanya yang seenaknya.

"Ya memang kenapa Naura? kamu kan bisa melanjutkan kuliah kamu lagi setelah menikah "jawab Ayah yang dibalas  anggukan semua orang kecuali pak Devan.

Naura menghembuskan napas kasar, lalu beralih menatap pak Devan yang terlihat tenang.

'ini dia gada niatan bantuin gua apa' batin Naura heran.

"Yah Bun, Tante, Om, saya boleh bicara dulu dengan pak Devan?" tanya Naura sopan.

Keempat paruh baya itu tentu saja  mengangguk menyetujui.

"Iya silahkan kalian perlu bicara terlebih dahulu" ucap Om Niko.

Dijodohin Dosen Kampus [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang