Bab 10 : The Slander

7.8K 447 0
                                    

           

Semenjak foto mobil Runa beredar di media, foto-foto Runa yang lainnya pun bermunculan. Foto Runa bersama Dhiva sedang berpelukan di club milik Daniel dan foto Dhiva sedang merangkul Runa menuju apartement nya pun mulai beredar di media. Naurra hanya mampu menghela nafas dan mencoba mengendalikan emosinya menanggapi berita ini. Naurra pun terus dikejar wartawan hingga enggan menerima telepon dari siapapun. Sudah 2 minggu ini hubungan Runa dan Naurra terasa hambar. Mereka sudah tidak seperti dulu lagi. Naurra tahu, Runa sebisa mungkin mengembalikan semuanya seperti semula namun Naurra masih menutup dirinya.

Naurra berbaring di ranjangnya sambil memejamkan mata. Lelah ! Naurra sangat lelah dengan semua ini. Naurra menghela nafasnya dalam-dalam, tak lama Naurra di kejutkan oleh kecupan Runa di keningnya. Naurra hanya tersenyum tipis pada Runa.

"how your day?" Runa bertanya sambil mengusap kepala Naurra, Naurra menengadahkan kepalanya menatap Runa yang masih duduk bersandar di kepala ranjang.

"not good, wartawan masih mengejar aku"

"kamu tidak usah terlalu mempedulikan mereka, oke?" Naurra mengangguk sambil tersenyum meskipun sebenarnya hati Naurra sakit mengingat foto-foto yang beredar.

"I miss you Naurra" Runa mengecup kening Naurra lagi dan menahannya. Naurra paham, Runa sedang menggodanya..

"miss....you too...Runa" Naurra bicara tersendat karena hatinya masih terasa sakit. Naurra masih bersikap dingin, bahkan kecupan hangat Runa pun tak sanggup lagi menghangatkan sikap Naurra. Air mata naurra perlahan meleleh dari pelupuk matanya dan mulai membasahi pipi Naurra. Runa dengan sigap menghapis air mata Naurra.

"kenapa kamu menangis?"

"karena aku mendapati diri aku sangat membutuhkan kamu bahkan aku merasa sangat membutuhkan sentuhan kamu, tapi aku tahu kamu akan meninggalkan aku"

"baby, jangan pernah katakan itu. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu, oke? Apapun yang terjadi"

"kamu masih menginginkan Dhiva kan?" Naurra berkata keras. Runa seketika terdiam.

"aku hanya menginginkan kamu, hanya kamu Naurra. Trust me, please"

"aku ga mempercayai kamu lagi Runa, maaf untuk ini"

"aku akan berusaha mengembalikan kepercayaan kamu"

Naurra menenggelamkan kepalanya di bahu Runa. Runa mengeratkan pelukannya pada tubuh Naurra. Kehangatan Naurra selalu mampu menenangkan Runa, namun pikirannya melayang pada Dhiva. Apakah dirinya masih menginginkan Dhiva? Mungkin iya karena setiap melihat Dhiva, jantungnya berdebar lagi. Dhiva selalu mampu membuat Runa terpikat padanya. Semenjak kejadian di clubing mencuat ke media, Dhiva intens menghubungi Runa. Bahkan Dhiva meminta maaf pada Runa bahwa dirinya sama sekali tidak bermaksud merusak rumah tangganya dengan Naurra. Entah kenapa otak Runa menolak untuk mengabaikan Dhiva, sehingga kini perasaan bersalah semakin muncul di hati Runa pada Naurra. Runa merasakan kebingungan dalam hatinya meskipun Runa dengan jelas merasa dirinya tidak mungkin berpaling dari Naurra. Oh God, please help me !!

***

"ternyata tidak sulit menemukan siapa suami kamu" Dafka berkata santai pada Naurra setelah mereka berdua meeting dengan para staff Naurra. Setelah staff Naurra meninggalkan ruangan meeting, Dafka baru dapat bebas bicara pada Naurra. Tanpa Naurra sadari, hanya Kevin dan Dafka lah, orang yang belakangan ini sering berbicara dengannya.

"ternyata suami kamu orang terkenal, Arruna Anindyo. Wow" nada bicara Dafka seolah meremehkan Runa, hal ini menyulut emosi Naurra. Dafka menatap Naurra sambil memutar-mutar bolpin yang di pegangnya.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang