Bab 21 : The Strain Moment

14.6K 612 2
                                    

Naurra tersenyum setelah selesai di hubungi Firna. Firna mengatakan bahwa gugatan cerai Naurra pada Runa sudah resmi di cabut. Naurra seketika lega. Naurra mencoba menghubungi Runa namun tidak ada jawaban sama sekali. Naurra menjadi bertanya-tanya. 

Apa Runa sedang ada syuting? Photoshoot? Perform? Recording? Live talkshow? Naurra mengangkat bahunya tak pedulinya. Tetapi jika benar seperti ini, pasti Esti yang mengangkat ponsel Runa. Naurra semakin merasa khawatir saat ponsel Runa perlahan tidak aktif. Naurra merasa stress dan khawatir menjadi satu. Naurra meremas ponselnya dan berdoa dalam hati. God, please protect him, ucap Naurra lirih.

Naurra segera beranjak ke ruangan meeting. Naurra tergesa karena meeting akan di mulai 5 menit lagi. Naurra seperti biasa duduk di samping Kevin. Kali ini pemegang meeting adalah Kevin yang ingin membicarakan tentang kebijakan baru perusahaan untuk direksi dan staff nya. Sepanjang meeting, hati Naurra tak karuan. Entah kenapa pikirannya terus tertuju pada Runa. Naurra terus bolak-balik mengecek ponselnya tidak ada telepon balik dari Runa.

Setelah meeting selesai, Naurra langsung melengos menuju ruangannya. Hati Naurra sangat tidak tenang. Naurra berniat menghubungi mas Ditto, baru saja akan menghubungi, nama My Arruna tertulis di layar ponselnya. Seketika hati Naurra tenang, menghela nafasnya sebelum mengangkat telepon. Naurra siap menyampaikan kabar gembira ini.

"Runa"

"Naurra, gue Ditto. Runa kecelakaan, sekarang sedang dalam penanganan di The Ritz Hospital"

"what???"

Naurra ternganga menerima berita ini. Tubuhnya seketika lemas, mencoba mencerna apa yang di katakan mas Ditto. Naurra terdiam sejenak menenangkan diri, lalu meraih tasnya dan berjalan cepat menuju lift. Naurra sangat tak karuan, mencoba mengumpulkan fokusnya untuk bisa mengendalikan SUV nya hingga The Ritz Hospital. Naurra mengumpat saat puluhan wartawan telah memenuhi lobby rumah sakit.

"oh God, kalah cepat"

Naurra melarikan mobilnya ke basement dan memarkirkan mobilnya. Naurra langsung bergegas menuju lift dan menghubungi mas Ditto. Mas Ditto menjemput Naurra di lantai 3 dan membawa Naurra duduk di dekat ruang tindakan.

"apa yang terjadi mas?"

"Runa baru saja selesai live perform di stasiun tv. Dia memilih pulang sendiri karena dia katakan mau mengajak lo untuk lunch. Gue tahu kondisi Runa dalam keadaan mengantuk karena semalam dia tidak tidur untuk menyelesaikan project lagunya"

"oh my God"

Naurra mengurut pelipisnya dan mulai menangis panik. Esti merangkul Naurra mencoba menenangkannya. Naurra menunggu begitu lama hingga dokter keluar dari ruang tindakan. Mas Ditto bicara dengan dokter, Naurra tidak bisa mendengar jelas pembicaraan mereka. Mas Ditto mengajak Naurra dan Esti untuk masuk ke ruang tindakan.

Seketika hati mereka lega mendapati Runa setengah berbaring di ranjang dengan plester putih di pelipisnya. Naurra menatap Runa dengan tatapan kepanikan. Runa membuka lengannya dan memeluk Naurra erat dengan sebelah tangannya. Runa hanya terluka di bagian pelipis kanannya dan lengan kanannya di karenakan pecahan kaca jendela SUV nya.

"everything is fine sayang"

Runa berbisik, Naurra mengangguk di pelukan Runa, Runa tersenyum pada mas Ditto dan Esti.

"Arruna Anindyo, lo sukses membuat kita semua panik. Bukan hanya kita tapi mungkin 1 Indonesia sudah lo buat panik"

"sebenarnya kakak kenapa?"

"gue mungkin tertidur sambil nyetir Es"

Runa terkekeh, Naurra sedikit marah dengan sikap Runa yang terkadang meremehkan sesuatu yang sebenarnya penting bahkan membahayakan jiwanya. Seorang suster dan 3 orang bruder memindahkan Runa ke ruang perawatan.

Runa butuh di rawat beberapa hari dan harus menjalani CT scan untuk memastikan tidak terjadi benturan serius di kepalanya. Mas Ditto mengurus wartawan yang berada di bawah dan Esti pergi untuk membawa baju-baju Runa. Bersisa Naurra dan Runa. Naurra masih duduk di pinggiran ranjang sambil diam menatap Runa. Runa mengusap pipi Naurra.

"kenapa?"

Runa bertanya pelan, Naurra hanya menggelengkan kepalanya lemah. Runa lalu menarik Naurra kedalam pelukannya lagi. Runa mengecup kepala Naurra dan mengistirahatkan kepalanya di bahu Naurra.

"aku sudah katakan, aku baik-baik saja sayang"

"kamu membuat aku khawatir Runa, aku sudah sering katakan jangan menyetir jika kamu mengantuk !!"

Naurra berkata keras di balik pelukan Runa, Runa senang Naurra begitu marah dan mengomeli nya seperti ini.

"sorry, aku janji ini pertama dan terakhir kalinya aku menyetir dalam keadaan mengantuk sayang"

"oke !"

Naurra menjawab ketus, Runa mengusap pipi Naurra.

"kamu terlihat begitu khawatir dan marah, apa kamu takut aku mati?"

"Runa, jaga bicara kamu !!"

"aku senang melihat kamu semarah ini, se khawatir ini dan sepanik ini. Itu tanda kamu masih mempedulikan aku. Aku rela sakit jika kamu bersikap seperti ini"

"Runa !! Stop mencandai aku, aku benar-benar khawatir"

Naurra melepaskan dekapan Runa. Runa mengusap kepala Naurra lalu mengecup keningnya.

"lebih baik kamu berbaring Runa"

"tapi aku ingin kamu tetap disini Naurra"

"sure, aku akan tetap disini"

Naurra tersenyum manis pada Runa, senyuman yang selalu memberikan ketenangan jiwa bagi Runa.

"Runa..."

"iya sayang?"

"aku....sudah resmi mencabut gugatan cerai itu"

seketika mata Runa berbinar. Runa mengecup punggung tangan Naurra berkali-kali.

"really?"

"ya"

"janji jangan pernah lakukan itu lagi sama aku"

"janji sayang"

Naurra mengusap pipi Runa dan mengecup keningnya.

"maaf aku sudah melakukan tindakan bodoh"

"no sayang, itu bukan tindakan bodoh kamu. Aku pantas mendapatkan itu. Mulai sekarang kita membuka lembaran baru dan jangan pernah mengingat lagi apa yang kemarin terjadi diantara kita"

"sure sayang"

"kamu akan pulang ke rumah kita kan?"

"of course, setelah kamu sehat, aku akan kembali ke rumah kita"

"I love you so much and it's always been you Naurra"

"I love you too and it's always been you too Runa"

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang