Bab 19 : Mediation

11.6K 604 0
                                    

Pagi ini Runa dan Naurra akan melaksanakan proses mediasi. Runa sudah duduk di ruang mediasi 10 menit sebelum mediasi di mulai. Runa sudah melupakan kejadian 1 minggu yang lalu dengan Dhiva. Memang Dhiva sudah mengadakan pers con dan mengakui segala kesalahannya pada Runa dan Naurra. Dhiva sudah membersihkan nama Runa namun ada satu hal lagi yang belum Dhiva lakukan yaitu meminta maaf dan menjelaskan secara personal pada Naurra bahwa semua kejadian ini adalah rekayasanya. Sejak saat itu, Runa tidak mau lagi mengenal Nadhiva Tiffany entah itu sebagai mantan pacarnya atau sahabatnya.

Runa duduk dengan sedikit gugup sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan. Runa mencoba mereduksi ketegangannya dengan menarik nafas panjang. Runa semalam tidak bisa tidur karena terlalu gelisah memikirkan hati ini. Entah kenapa, Runa merasa sangat tegang dan ada ketakutan yang menggelayuti pikirannya. Runa tidak siap bertemu Naurra

"selamat pagi Pa Arruna, saya Handoko mediator proses mediasi hari ini"

suara berat Pa Handoko membuyarkan lamunan Runa. Runa berdiri dari kursinya dan menyambut jabatan tangan Pa Handoko.

"selamat pagi Pa"

Pa Handoko duduk di kursi sebelah kanan Runa sambil membolak-balikkan sebuah berkas. Mereka menunggu kedatangan Naurra. Tepat pukul 8.00 ada yang membuka pintu ruangan. Runa mengalihkan pandangannya kesana. 

Naurra berjalan mendekat. Naurra tampak fresh meskipun tatapan matanya agak sendu. Runa melarikan pandangannya pada Naurra, memandangi dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Melihat rambut Naurra yang di cepol rapi dan ada beberapa helai rambut yang berjatuhan di tengkuknya. Rasanya Runa ingin mengecup tengkuk Naurra saat itu juga. sudah lama Runa tidak menyentuh Naurra. Naurra semakin hot dan cantik.

"selamat pagi ibu Queenaurra, saya Handoko"

Pa Handoko berdiri dan mengulurkan tangannya, Naurra tersenyum sambil menjabat tangan Pa Handoko. Naurra melirik Runa ragu lalu mengulurkan tangannya. Runa menyambut uluran tangan Naurra dengan kaku. Naurra lalu duduk di hadapan Runa.

"baik, saya akan mulai proses mediasi hari ini"

Runa dan Naurra mengangguk. Selama 30 menit ke depan, Pa Handoko menjelaskan maksud dan tujuan mediasi. Pa Handoko mengajukan beberapa pertanyaan pada Runa dan Naurra lalu menyampaikan upaya perdamaian. Runa sama sekali tidak fokus atas apa yang di katakan pa Handoko. Runa hanya memandangi Naurra yang kini hanya berjarak kurang dari 1 meter di hadapannya. Runa sangat merindukannya dan ingin memeluk Naurra seerat mungkin, mencium bibirnya yang selalu manis.

"baik, terakhir silahkan Pa Arruna dan Ibu Queenaurra mengatakan apapun yang ingin disampaikan, anggap saja saya tidak ada di ruangan ini"

Pa Handoko menarik diri dari pembicaraan. Naurra begitu canggung sekedar menatap mata Runa, sementara Runa terus memandangi Naurra.

"tidak ada yang ingin saya sampaikan..."

Naurra berkata pelan namun terdengar begitu tegas. Runa memandang Naurra tajam. Sementara Naurra memilih mengalihkan pandangannya.

"kembali sama aku Naurra, aku akan.....perbaiki semuanya"

Runa berkata pelan. Naurra hanya diam.

"permisi Pa Handoko, saya rasa waktu mediasinya sudah 1 jam"

Naurra melirik jam tangannya.

"tidak masalah jika masih ada yang ingin disampaikan"

"tidak ada"

Naura menjawab tegas. Runa hanya menundukkan kepalanya. Kecewa dengan respon Naurra. Setelah Pa Handoko menutup proses mediasi, Naurra segera beranjak dari kursinya dan berjalan cepat keluar ruangan. Runa mencoba mengejar Naurra dan meraih lengannya.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang