"Semua orang memang memiliki kesibukan masing-masing. Tetapi, jika ia berhasil mengesampingkan segalanya dan menjadikan kamu prioritas, maka kamu benar-benar bagian dari hidupnya."
***
JAS hitam yang melekat pada tubuh seorang laki-laki yang baru saja menyelesaikan meeting dengan beberapa kolega perusahaan terlihat menutup laptopnya.
Radithya Genandra, berhasil menjadi penerus perusahaan yang dirintis oleh keluarganya tersebut. Tergolong dalam keluarga old money, membuat cowok itu tidak menyia-nyiakan privillage yang dirinya punya dalam mengejar pendidikan.
Karena menurut Radith, tidak hanya bermodal latar belakang keluarga, cowok itu juga harus memiliki kemampuan serta pengetahuan yang luas untuk memimpin perusahaan.
"Ganteng amat, Bos," ucap Malik yang terkekeh di ambang pintu.
"Saya masih lurus," jawab Radith santai.
"Ya, saya juga masih lurus, Bos. Gini-gini saya pencinta wanita," balas Malik memutar bola malas mendengar jawaban Radith.
Clara yang berada di ruangan meeting itu pun menghela nafas kasar melihat kemunculan Malik. "Gak usah dangdut, muka lo kayak terompet tahun baru aja belagu," cibirnya.
"Lo kenapa sih gak seneng banget sama gue? Gue gak ngapa-ngapain loh, Clar?" tanya Malik.
"Tampang lo kayak tampang ngejar ternak," jawab Clara santai.
Senyum tipis terbit di wajah Radith lalu menggeleng pelan melihat tingkah kedua orang yang sangat jarang akur itu. "Saya tinggal dulu. Tolong cek beberapa dokumen, Clar. Saya ada janji sore ini," ucapnya sembari melangkahkan kaki keluar dari ruangan tersebut.
"Mampus, nambah kan tugas lo," kekeh Malik.
"Diem! Muka lo kayak obeng!" sungut Clara.
"Muka lo noh kayak pipet kertas," ucap Malik. Cowok itu menggeleng pelan lalu berjalan mendekati Clara dari menarik ujung kemeja gadis itu. "Cepetan! Minum kopi dulu lah mbak biar gak gila," lanjutnya.
"Tolol! Gak usah pakai ditarik-tarik juga!" sungut Clara.
"Diem deh jamet," ucap Malik.
***
"Dith, jadi kesini gak?"
Radith yang tengah mengemudikan mobilnya itu pun berdehem pelan menjawab pertanyaan Saggaf dari seberang panggilan.
"Jadi, lagi di perjalanan," jawab Radith.
"Oke, hati-hati."
Saggaf memutuskan untuk mengakhiri panggilan itu membuat Radith kembali fokus dengan kegiatannya tersebut.
Tidak membutuhkan waktu lama mobil yang dikendarai Radith memasuki sebuah villa besar dengan parkirannya yang sudah dipenuhi oleh beberapa mobil sport.
Radith sudah terlebih dahulu menukar pakaiannya menjadi lebih santai, yaitu dengan kaus Polo Ralph Lauren putih yang dipadupadankan dengan celana hitam selutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala Renjana
Teen FictionMereka berhasil menjalani hidup dengan baik, mereka berhasil merubah diri menjadi lebih baik, mereka berhasil berkembang menjadi sosok yang lebih bermanfaat, mereka berhasil melalui banyak hal, mereka berhasil menikmati setiap suka dan duka. Radith...