BAB 8: Panik Sendiri

401 71 45
                                    

MASA SMA memang sangat menyenangkan. Banyak pengalaman yang bisa didapatkan dari masa tersebut. Baik dari pertemanan maupun diri sendiri bisa mencoba berbagai hal baru yang tidak pernah dicoba sebelumnya.

Ingat prinsipnya, hidup itu untuk dicoba bukan untuk pasrah aja. Siapa yang berusaha di awal, dia juga yang bakalan ngerasain kebahagiaan di akhir.

"Nyengir terus entar karatan tuh gigi, Bos," ucap
Malik yang berada di ambang pintu ruangannya tersebut.

"Bawel. Ngapain kamu?" tanya Radith.

"Gabut, ternyata perkerjaan saya seringan itu," jawab Malik songong.

"Yaudah mau tuker jadi yang lebih berat?" tanya Radith.

"Jadi apaan, Bos?" tanya Malik balik. Sedikit curiga dengan apa yang akan dikatakan bosnya itu setelah ini.

"Tukang bersih-bersih kaca perusahaan mau?" tanga Radith santai.

Malik memasang muka datarnya. "Bos niat nyuruh saya terjun bebas ya? Jangan gitu lah gini-gini saya aset perusahaan," ucapnya.

"Kepedean. Omong-omong gak usah terlalu formal. Gue gumoh denger lo manggil gue bas-bos-bas-bos mulu. Gue gak setua itu. Pakai lo-gue aja," ucap Radith.

"Wah, gue gak nyangka lo se-chill ini, Dith!" pelik Malik heboh.

"Alay," ejek Radith. "Duduk, mau sampai kapan lo tegak kayak Pancoran disitu?" tanyanya.

"Buset dah nyuruh gue duduk gak ada manis-manisnya. Bener-bener pesona pria sarkas ya," cibir Malik yang kini berjalan ke arah kursi yang ada di hadapan Radith dan mendudukinya.

"Gimana sama Clara?"

"Bisa gak lo jangan nanya pertanyaan horor gitu, Dith? Baru aja gue duduk udah disuguhi pertanyaan kayak begitu," balas Malik. "Ya, gak gimana-gimana. Clara mah kayak kucing garong. Lo sendiri sebagai bosnya bisa melihat sisi kucing garongnya itu kan?" tanyanya.

"Enggak. Ke lo doang dia mode kayak gitu," jawab Radith santai. "Omong-omong lo lulusan SMA mana, Mal? Kayak familiar," lanjutnya.

"Gue kan artis makanya pada familiar sama gue," jawab Malik. Tentu saja jawabannya itu dihadiahi tatapan tajam oleh Radith membuatnya menyengir. "Gue lulusan SMA Dirgantara," lanjutnya.

"Pantesan. Satu sekolah sama Arjun ternyata," ucap Radith.

"Lo kenal Arjun?! Wah gile ini emang circle pertemanan orang kaya harus sama kaya?" ucap Malik heboh.

"Enggak lah. Kebetulan temenan aja," jawab Radith santai.

"Terus lo pernah liat gue dimana?" tanya Malik kepo.

"Bersihin got kayaknya," jawab Radith jahil.

Malik mengelus dadanya. "Jawaban terdzolim yang pernah gue denger selama hidup," ucapnya dramatis.

"Lo demen Clara kan? Ngaku aja. Lagian sesama laki-laki juga," tanya Radith lagi.

"Ya, yang mikir lo bencong siapa sih?!" sungut Malik. Ia menghela nafas pelan. "Kayaknya enggak sih, tapi gue juga bingung. Soalnya tingkahnya kayak beruk jadi gue mudah darah tinggi, tapi kalau tuh cewek gila gak nongol herannya malah gue cariin. Kayak buat apa sih gue nyariin dia? Benefit di gue apa gitu? Terus kalau dia waras sehari aja gak gangguin gue, gue malah serem sendiri.  Menurut pandangan lo gue kenapa?"

Niskala Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang