ENTAH percakapan seperti apa yang ada di panggilan tersebut, yang jelas saat ini Jigar sudah menatap ngeri pada sepupunya yang sangat jarang tersenyum itu.
Dia kesurupan? Jigar membatin sembari terus menerus memperhatikan Radith yang masih setia dengan senyum tipis di bibirnya itu.
"Ngapain ngeliatin gue sampai kayak gitu?"
"Lo masih sadar gak, Bang?" Jigar segera menggelengkan kepalanya. "Maksud gue, jiwa lo masih di dalam badan kan? Gak kesurupan, kan?" ralatnya.
"Lo yang kesurupan."
Jigar mendengus pelan lalu menendang tulang kering sepupunya itu membuat Radith mendengus pelan. "Gue tanya serius elah. Ngeri amat liat lo nyengir-nyengir gitu."
"Terserah gue."
"Yaelah panjul! Ngomong tuh panjangan dikit kek. Sama sepupu sendiri juga masih dry text aja tuh mulut," sungut Jigar.
"Terserah gue."
Jigar menatap datar pada sepupunya itu. "Yaudah, iya! Terserah lo deh, terserah. Lo panitianya emang. Atur aja deh, Bang."
"Emosian," ucap Radith sembari menggelengkan kepalanya heran menatap sepupunya itu.
"Ngaca tolong. Dulu lo pas seusia gue juga mukul orang abis-abisan, ya. Gak usah tanya gue tau dari mana. Sekeluarga Genandra udah tau kelakuan lo. Kakek nenek aja istighfar liat lo."
Radith menganggukkan kepalanya sembari bersidekap dada. "Namanya jiwa muda," jawabnya.
"Eh gila! Itu mah bukan jiwa muda gila. Jiwa petinju anjir."
"Yaudah terserah lo, Ji. Atur aja. Lo kan panitia," ucap Radith membalikkan kata-kata Jigar.
Jigar menutup mulutnya dengan wajahnya tak percaya jika seorang Radithya Genandra bisa meledek orang saat ini.
"Kemajuan pesat nih," ucap Jigar sembari tersenyum bangga dan menepuk-nepuk pundak Radith.
"Kemajuan apa?"
"Ya, lo sekarang udah pinter ngeledek orang sekarang kan udah termasuk kemajuan," jawab Jigar mengacungkan jempolnya.
"Alay."
"Iye dah iye! Gue alay!"
Radith terkekeh pelan melihat Jigar yang tampak sangat emosi berbicara dengannya saat ini. "Sekarang gue tanya, kalau posisinya si Stella dipukulin sama orang. Stella yang notabene orang yang lo sayang disakitin orang gimana?" tanyanya.
"Akhirnya ngomong panjang lagi nih orang."
"Gue serius," balas Radith menatap datar sepupunya itu membuat Jigar mengangguk-anggukan kepalanya patuh.
"Ya, gue hajar lah, Bang! Stella dicubit sedikit aja, gue pukul yang nyubit. Apalagi sampai tuh cewek sampai bonyok, gue tonjok, gue injek-injek, pokoknya gue buat dilariin ke rumah sakit yang nyakitin dia."
Radith menganggukkan kepalanya sembari tersenyum miring. "Berarti lo ada jiwa petinju," ejeknya.
"Bang!"
***
"Ngapain disini?"
Pertanyaan Radith itu berhasil membuat Arsyilla yang kini tengah berada di dapur sembari membelakangi cowok itu pun hampir saja melemparkan segelas susu hangat di tangannya.
Arsyilla membalik tubuhnya sembari menatap malas pada Radith dengan mata setengah mengantuk.
"Ngeronda," jawab Arsyilla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala Renjana
Fiksi RemajaMereka berhasil menjalani hidup dengan baik, mereka berhasil merubah diri menjadi lebih baik, mereka berhasil berkembang menjadi sosok yang lebih bermanfaat, mereka berhasil melalui banyak hal, mereka berhasil menikmati setiap suka dan duka. Radith...