BAB 7: Thank You For Loving Me

395 64 45
                                    

KEMBALI pada realita hidup sesungguhnya, seorang Rembulan Arsyilla yang sudah berstatuskan sebagai wanita karir itu kembali di rumah sakit tempatnya bekerja. Hidup itu harus realistis memang, kalau tidak kerja ya tidak dapat uang. Walaupun usahanya keluarganya besar, bukan berarti dirinya seenaknya saja dengan pendidikan yang sudah ditempuhnya. Semua itu tergantung pilihan.

Hari ini Arsyilla mendapat jadwal di IGD bersama teman beberapa teman sesama profesinya. Panggil saja dirinya Flora sebab nama lengkap gadis itu panjang dan malas untuk diutarakan.

Ingat, flora bukan fauna.

"Abis ngapain lo?" tanya Arsyilla heran pada Flora yang duduk di sebelahnya. Muka gadis itu terlihat seperti manusia yang tidak ada gairah untuk hidup

"Ngeliatin suami semalem," jawab Flora santai dengan kantung mata yang tercetak jelas di wajahnya.

"Mimpi ya? Lo kan jomblo ngenes. Dari pada halu gitu mending nikah deh buruan sama dokter Adrian. Gue liat-liat dia tampan, mapan, dan rupawan. Sesuai amat tuh sama kriteria suami idaman lo," kekeh Arsyilla.

Flora mendengus kesal. "Gue siram pakai kopi panas mau? Di antara berjuta-juta manusia, yang paling gue hindari tuh Adrian. Mukanya kayak orang tolol, nyebelin, cocok ditindih Kak Gem," balasnya.

Arsyilla mengangkat bahunya seolah-olah menganggap omongan gadis itu angin lalu. "Palingan juga mendadak sebar undangan," cibirnya.

"Kenapa sih lo demen banget nge-ship gue sama tuh cowok jadi-jadian? Lo gak liat aura dia kayak gay gitu?" tanya Flora sensi.

Arsyilla mendengus pelan. "Gay dari mana nya sih? Orang-orang kayak begitu mah ada auranya sendiri. Gue bisa ngebedain mana yang tulen sama yang gay."

"Enak aja ngatain gue gay. Gue lurus ya, Botol Kecap!" ucap seseorang dengan nada sewot yang berdiri di belakang mereka berdua.

Flora menatap malas pada Adrian yang muncul di belakangnya itu. "Lo takut ayat apa, Dri? Biar gue bacain ayat-ayat suci," ucapnya.

"Gue takut ayat cinta," balas Adrian menyeleneh.

"Kalau lo jadi pasien, gue suntik mati lo," sungut Flora.

"Sensi amat sih? Datang musibah lo?" tanya Adrian heran.

"Datang bulan goblok," sahut Arsyilla.

"Diem deh lo berdua. Badan gue pegel-pegel nih, kuping gue juga pegel denger pembahasan tolol," ucap Flora.

Adrian dengan santai menyentuh bahu gadis itu sembari memijatnya pelan membuat Flora membelalakkan matanya. "Mau ngapain lo?! Gue jago baku hantam! Jangan macem-macem!" sewot gadis itu.

"Pegel kan, Nyet? Ini makanya gue pijet. Udah mending lo tutup aja congor lo itu. Nikmatin aja sensasi pijetan plus plus gue," ucap Adrian.

"Otak lo tolong dong di reset dulu biar gak jorok terus," ucap Flora yang sebenarnya menikmati pijatan cowok itu.

"Plus plus yang gue maksud tuh ya plus ketampanan gue. Lo harus bersyukur dipijat sama dokter tampan kayak gue," balas Adrian.

"Halu lo segede Kebun Raya Bogor gue liat liat," ucap Flora.

"Dokter ganteng!" sapa beberapa perawat yang lewat di hadapan mereka. Sapaan itu tentunya membuat Adrian tersenyum puas.

Niskala Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang