PERKATAAN Malik tersebut berhasil membuat kening Radith berkerut dengan tatapannya yang semakin menajam pada sekretarisnya itu. Membuat kaki manusia dihadapannya itu diam-diam sudah bergetar hebat.
Ini alamat deh gue yang di dorong dari lantai atas sama nih orang. Malik menelan ludahnya kasar saat melihat ekspresi tidak bersahabat dari bosnya itu.
"Orangnya gimana?"
"Kayak orang pada umumnya sih. Punya mata, mulut, hidung—"
"Malik..."
Malik menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali karena Radith sudah memanggilnya dengan nada penuh tekanan. Semakin ditekan kalimatnya, semakin mengerikan mukanya.
"Cakep sih, tapi masih cakepan saya—"
"Gak usah sok ganteng."
"Oke fine. Terimakasih bos udah menyakiti hati mungil saya—"
"Dramatis."
"Bos, memuji orang itu pahala. Emangnya bos—"
"Cepetan, ciri-cirinya gimana? Kamunya gak usah pakai narsis segala pas jelasin."
Malik menghela nafas pelan sembari menatap sinis Radith.
"Mata kamu kenapa? Bintitan?" sarkas Radith.
"Bisulan," jawab Malik asal.
"Yaudah itu urusan kamu. Urusan saya, ya, cowok yang ketemu sama Arsyilla. Lanjutin lagi deskripsiinnya."
"Pokoknya tinggi, putih gitu kulitnya, mancung, ganteng sih—"
"Kamu beneran gay?"
"Nyebut, Bos! Nyebut! Fitnah lebih kejam daripada persugihan!" sungut Malik yang tak tahan ucapannya dipotong terus menerus oleh Radith.
"Yaudah lanjutin," suruh Radith santai.
"Pokoknya kayak manusia. Kayak cowok pada umumnya," jelas Malik dengan santai.
Radith menghela nafas lalu mengarahkan pandangannya pada pintu ruangannya. "Kamu ngeliat ada pintu kan disana?"
"Ya, ngeliat lah, Bos. Mata saya kan masih jernih kayak mata air terpercaya," jawab Malik sembari menganggukkan kepalanya.
"Keluar."
"Hah? Apa, Bos?"
"Keluar dari ruangan saya."
***
Rencana dadakan yang dibuat oleh seorang Saggaf Aldebaran berhasil membuat seluruh temannya berdecak kesal.
Manusia berhidung bak perosotan itu dengan santainya mengatakan pada seluruh temannya bahkan pasangan dari temannya bahwa dirinya mempunyai rekomendasi tempat yang bagus untuk healing.
Sialnya, tak ada satupun yang menaruh curiga pada Saggaf yang memberikan syarat agar mereka semua hanya perlu mengikutinya dan tidak diperbolehkan banyak bertanya seputar tujuan mereka selama perjalanan.
"Lo gue hantam pakai batang pisang juga, ya, Gaf," ucap Gavin yang kini tengah berdiri dengan yang lainnya tepat di depan sebuah tempat bertuliskan 'rumah hantu'.
"Gue gak pernah ngerasa sepengen nampar ini sebelumnya, Gaf," timpal Keysa.
Bima menggelengkan kepalanya tak percaya. "Ternyata gini-gini gue pinteran dikit dibanding lo, Gaf," ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala Renjana
Teen FictionMereka berhasil menjalani hidup dengan baik, mereka berhasil merubah diri menjadi lebih baik, mereka berhasil berkembang menjadi sosok yang lebih bermanfaat, mereka berhasil melalui banyak hal, mereka berhasil menikmati setiap suka dan duka. Radith...