Bab 4

1.5K 347 24
                                    

"Aku memang pernah menghalu ingin menjadi Adik perempuan yang punya Abang seorang Mafia, tetapi ternyata di kehidupan nyata sama sekali tidak enak rasanya."

Siti Marhamah

○○○○○○○

"Pernah tidak kalian bermimpi seolah sangat nyata, atau justru itu memang nyata yang terasa seperti mimpi?"

Siti Marhamah



SELAMAT MEMBACA







   "Tolong katakan tujuan dari kedatangan kalian, Tuan-tuan." Muhammad Yasin menatap datar keenam laki-laki, yang memanggilnya dengan sebutan Ayah.

   "Begitukah, seorang Ayah bicara dengan Putra-putranya?" Salah dari enam laki-laki tersebut menatap Yasin dengan wajah masam.

   "Maaf, Putra-putra saya yang mana, ya?" tanya Yasin memasang wajah seolah berpikir. Lalu, pandangannya diarahkan kepada Siti dengan wajah tersenyum. "Saya hanya punya seorang Putri tunggal."

   Siti membalas tatapan sang Ayah dengan wajah bingung, perkataan Ayahnya tentu membuatnya heran.

   Disatu sisi ada yang mengaku sebagai Saudara beda Ibu dengannya, sedangkan Ayahnya terus menolak mengakui mereka sebagai Anak.

   "Sebenarnya, apa yang terjadi?" batin Siti bertanya-tanya.

   "Oh, saya memang punya enam orang Putra dari pernikahan yang pertama." Laki-laki paruh baya tersebut tiba-tiba tersenyum.

   Siti kembali memandang heran sang Ayah akan perkataan tersebut, Siti menatap enam laki-laki yang mengaku Abangnya yang kini memasang wajah tersenyum.

   "Sayangnya, mereka telah terbawa oleh gelombang tsunami pada tahun 2004 silam," lanjut Yasin dengan nada sedih.

   Semua orang menatap terkejut atas perkataan dari sang Paruh baya, lebih lagi enam laki-laki tersebut, wajah mereka kembali masam.

   "Tujuan kami datang kesini ingin membeli lahan perkebunan milik kalian, yang saat ini telah ada tanaman ganja siap panen." Salah satu laki-laki dari keenamnya berkata dengan angkuh, menatap merendahkan kepada keluarga Muhammad Yasin.

   "Jadi, kalian yang tanamin ganja pada lahan saya!" tunjuk Yasin dengan suara menggeram.

   "Rencana awal iya, tetapi terlambat untuk kami yang tanamin," balas lainnya dengan enteng.

   "KALIAN!" marah Yasin dengan menggerabrak meja tamu keras.

   Tiba-tiba terdengar suara seperti ular, suara tersebut cukup keras dan banyak.
Muncul lah ular-ular hitam yang besar dari bawah sofa hingga meja, mata ular-ular tersebut menatap tajam ke arah Siti dan, keluarga.

   Ular-ular itu merupakan jenis king kobra, di atas kepala masing-masing ular memiliki mahkota yang terbuat dari mawar hitam.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang