Bab 20

976 166 0
                                    

"Bumi yang kita tinggali ini berputar, begitupun dengan kehidupan kita di atas bumi. Ada saatnya orang yang hidup bermewahan menjadi sederhana, ada juga orang yang dulunya gila hormat kini justru tidak ingin lagi dihormati secara berlebihan."

— Siti Marhamah —



SELAMAT MEMBACA







   "Selamat datang, Putraku," sambut seorang laki-laki paruh baya, kepada Alexander beserta para pengawal.

   Melihat paruh baya di depannya, wajah Alexander menggeras penuh amarah dengan tangan tergepal erat.

   "Kenapa kapal barang kita selalu bisa diketahui oleh publik saat melintasi Pulau Scotra, Bang?" Alexander menatap serius 6 Saudara angkatnya.

   "Karena di Pulau itu ada seseorang yang membocorkan informasi kepada publik." Arvid membakar rokok di mulutnya.

   Satu alis Alexander naik, ia menatap satu-persatu Saudara angkatnya dengan heran. "Tapi, kenapa hanya kapal kita? Sedangkan kapal milik mafia lain tidak."

   Arhan bangun berjalan mendekati jendela kaca besar, membelakangi Saudaranya yang lain. "Seseorang itu dulu adalah bagian dari kita, bahkan jabatannya dulu di atas kita."

   "Tidak mungkin!" Alexander berdiri dengan cepat, ia menatap punggung Arhan. "Kita di sini yang memiliki jabatan tinggi, tidak ada orang lain lagi!"

   "Suatu saat nanti kamu juga akan tahu, Alex." Ariz menepuk bahu Alexander, sebelum keenamnya keluar dari ruangan meninggal Alexander sendiri.

   "Anda!" tunjuk Alexander kepada paruh baya di depannya.

   "Iya, Anakku," jawabnya dengan senyuman ramah.

   Suasana masih gelap gulita dengan udara sekitar yang sejuk, tetapi wajah Alexander memerah layaknya gunung berapi yang siap menyemburkan laharnya.

   "Saya bukan Anak, Anda!" bentak Alexander dengan wajah mengelap.

   "Benarkah?" Paruh baya itu menatap tersenyum Alexander. "Nama saya Ibrahim dan, saya punya nama lahir, Abraham Alexander The Adams."

   Aura di sekitar dua orang itu cukup mencekam, kegelapan pagi sebelum fajar menambah kesan merinding bagi orang-orang yang berada di sana, mereka adalah para pengawal Alexander sendiri.

   "Alex, ada sesuatu tentang Dadymu." Ariz menatap Alexander dengan pandangan rumit.

   "Apa?" Alex menatap Ariz, sesekali juga Saudara yang lainnya.

   "Dady Abraham masih hidup," jawab Aiden cepat.

   "Apa!" Alexander kaget, ia mencari kebohongan di mata hitam Saudara-saudara angkatnya.

   Namun, tidak ditemukan kebohongan, melainkan sangat terlihat kejujuran di sana. "Bukannya kalian sudah membunuhnya?"

   "Jika, masih mempertahankan tradisi keluarga yang tidak masuk akal itu. Maka, kamulah yang berhak melakukannya, karena kamu adalah pewaris tunggal yang sah." Alaric menatap serius Alexander.

   "Kami tidak punya hak untuk melakukan tradisi itu kepada Dady Abraham," sambung Alard.

   "Lalu, siapa orang yang dikubur mirip dengan Tuan tua?" tanya Alexander menaiki sebelah alisnya.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang