Bab 36

817 121 2
                                    

"Aku sudah tidak merasakan sakit lagi, aku sudah bahagia di sini dan, aku berharap ini bukan mimpi, sebab aku tidak ingin lagi terbangun merasakan sakit di seluruh tubuhku."

— Siti Marhamah —



SELAMAT MEMBACA







   Jeddah, KSA.

   "Maaf ya Abuya, cuman sampai di sini bisa saya antar," kata sopir taksi.

   Taksi itu berhenti sedikit jauh dari kompleks yang dijaga ketat, kawasan rumah milik kerajaan juga para keluarga kaya Arab.

   "Iya, tidak apa. Syukron ya Akhi." Ibrahim tersenyum kearah sopir taksi.

   Ibrahim yang duduk di samping supir turun, setelah Asiyah dan Aisha yang duduk di kursi belakang lebih dulu keluar.

   "Assalamu'alaikum," salam sang Sopir taksi.

   "Wa'alaikumsalam." Ibrahim mengangkat sebelah tangan.

   Mobil taksi itu langsung pergi, setelah beberapa kali membunyikan klakson.

   Keluarga itupun langsung berjalan kaki sekitar beberapa meter, hingga sampailah di depan gerbang kompleks yang tertutup.

   "Assalamu'alaikum," salam Ibrahim di depan kamera keamanan.

   "Wa'alaikumsalam," jawaban dari sebrang.

   Aisha yang kaget mendengar jawaban salam tersebut, langsung memeluk sang Ibu. "Ma, kamera itu bisa bicara?"

   Wanita berburqo hitam tersebut terkekeh, ia membalas pelukan sang Putri.

   "Kami ingin datang ke Istana Mutiara Al Hafidz," ucap Ibrahim.

   "Apa sudah ada janji?" tanyanya.

   Ibrahim menoleh kebelakang, kearah Istrinya yang berburqo dan, Putrinya yang berniqob hitam.

   Asiyah melupakan akan hal itu, rumah biasa saja di negara arab tidak mudah untuk bertamu, kalau belum memiliki janji dengan pemilik rumah untuk datang.

   Apalagi ini kompleks keluarga orang-orang hebat, tentu semakin tidak mudah untuk masuk. Ini baru gerbang kompleks, belum gerbang untuk masuk kerumah orang-orang di dalamnya.

   "Kami ini tamu Istana Mutiara Al Hafidz," ujar Asiyah membuka suara.

   "Sebentar akan saya tanyakan dulu," balasnya.

●●●●●●●

   Istana Mutiara Al Hafidz
Jeddah, KSA.

   Terdengar telpon Istana Mutiara yang berbunyi, Sheikh Abdul Azis Al Hafidz yang kebetulan melewatinya menghentikan langkah.

   Telpon itu duluan diangkat oleh Ketua Pengawal Istana, melihat hal itu membuat Sheikh Abdul Azis kembali berjalan kearah tujuannya.

   "Tanyakan! Siapa nama mereka?" tegas Ketua Pengawal.

   Mendengar perkataan Ketua Pengawal, kembali langkah Sheikh Abdul Aziz terhenti. Ia mendengar dengan seksama, dengan siapa Ketua Pengawal Istana berbicara di telpon.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang