Bab 17

1K 203 7
                                    

"Dunia luas ternyata juga sempit, beberapa manusia yang dulu pernah kita temui, malah punya hubungan dengan masa sekarang."

Siti Marhamah



SELAMAT MEMBACA







   Pagi yang cerah dengan matahari bersinar menyinari bumi, memantulkan cahaya kepada Istana emas. Istana mewah tersebut mengeluarkan cahaya keemasannya.

   Siti Marhamah, ia sedang mengelilingi Istana yang luasnya sudah seperti Kota. Kali ini ia sendiri, tidak lagi ditemani oleh Arion, sebab putra sambungnya sudah pergi ke sekolah.

   Awalnya Siti berpikir bahwa putra-putra suaminya sekolah di luar, ternyata salah. Mereka belajar di Istana ini dengan anak-anak bawahan yang lain, jumlah mereka tentu sangat banyak seperti sekolah pada umumnya.

   Istana emas memiliki fasilitas seperti Kota pada umumnya, bahkan membuat Siti merasa bingung. Pertanyaan muncul seperti, 'aku berada di Kota dan Negara mana sekarang?'

   Di antara fasilitas layaknya Kota, adanya landasan pesawat yang berada di tengah-tengah Kota emas ini. Landasan itu cukup luas, mungkin bisa mendarat Pesawat komersial.

   Di sinilah Siti berada saat ini, dekat dengan landasan pesawat. Atau lebih tepatnya di garasi penyimpanan pesawat pribadi, dari yang besar hingga yang terkecil.

   "Masya Allah." Siti kagum melihat pesawat-pesawat yang banyak berlapis emas.

   Suara pesawat yang mendarat mengalihkan pandangan Siti, dengan cepat ia berlari untuk melihat pesawat yang turun.

   Sebuah pesawat pribadi yang tidak terlalu besar, berwarna hitam sudah mendarat. Hal yang membuat Siti kaget adalah, beberapa bawahan mengarahkan senjata kepada pesawat itu.

   Semuanya orang-orang berpakaian serba hitam, telah mengepung pesawat dari segala arah tanpa cela. Tangan mereka siap akan menarik pelatuk, ketika pintu pesawat perlahan terbuka.

   Melihat hal itu, Siti sudah bersiap menutup telinga dan, akan segera pergi dari sana, sudah cukup trauma ia melihat saudaranya yang meninggal.

   Pintu pesawat terbuka, turunlah dua orang perempuan berpakaian serba hitam. Dengan keberanian mereka tidak peduli akan senjata yang diarahkan.

   "Turunkan senjata kalian! Ini perintahku sebagai Queen The Adams!" tegas seorang wanita.

   Suara semua senjata jatuh ke tanah, hal itu membuat langkah Siti yang akan pergi kembali berbalik. Ia heran melihat semua pengawal dan pelayan yang menundukkan badan, seperti gerakan rukuk dalam salat.

   Dengan anggun kedua perempuan berburqo tersebut berjalan, hingga begitu cepat langkah mereka telah berdiri tegak di hadapan Siti.

   "Arha, apa kabar?" Badan Siti dipeluk oleh salah satu dari dua perempuan itu.

   Terlalu kuat pelukan sampai menekan punggungnya, Siti meringis kesakitan. Bekas luka dipunggungnya mungkin sudah memudar, tetapi tetap merasakan sakit jika disentuh sedikit kuat.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang