"Aku bukan penjahat yang seperti kalian lihat, lingkungan tempatku tumbuh yang telah mengubah diriku menjadi seperti sekarang."
— Alexander The Adams —
●
●
●SELAMAT MEMBACA
●
●
●"Putar arah menuju Istana Mutiara!" perintah Alexander tanpa bisa dibantah.
Pesawat pribadi berlapis emas tersebut harus mendarat di sebuah landasan. Bukan pendaratan darurat, tetapi hanya putar balik untuk arah berlawanan.
Di kamar dalam pesawat, Alexander menatap jendela dengan pandangan kosong wajahnya terlihat datar.
Sean masuk kedalam kamar Alexander. "Ada yang ingin saya katakan, mengenai penjualan kita di dunia bawah, Tuan."
"Jangan banyak bicara, Sean." Alexander tidak menoleh kearah Sean.
Helaan napas terdengar dari mulut Sean, ia duduk di sofa kamar tersebut. Pandangannya menatap sang Tuan yang di duduk atas tilam, dengan menatap jendela.
"Tuan, saya tahu anda tidak sejahat yang orang-orang lihat atau pikirkan. Sebenarnya anda adalah, seseorang yang begitu tersakiti pada masa remaja, pada akhirnya membuat anda berubah seperti sekarang," batin Sean.
Sebagai teman yang tumbuh bersama dari kecil, Sean sangat tahu tentang Alexander dulu. Tuannya dulu adalah, seseorang anak yang begitu baik, berbicara dengan sopan tanpa melukai hati orang lain.
Namun, sosok Alexander berubah, sejak saat Abraham mengusir Asiyah dan Aisha yang masih bayi. Sean bahkan hampir tidak mengenali Alexander lagi, perubahan Alexander begitu jauh.
Tapi, di balik itu semua, Sean adalah salah satu orang yang begitu menyadari, luka yang dialami oleh sahabat masa kecilnya begitu dalam, luka yang tidak akan dapat diobati sampai kapanpun. Kecuali, Alexander mencoba ikhlas.
Perubahan Alexander pada masa remaja semenjak kepergian ibu dan adik perempuannya hanya beberapa bulan saja, semenjak Alexander sudah dilepaskan dari kurungan oleh Abraham.
Alexander sempat dikurung sendirian oleh Abraham, yang di mana Sean tidak mengetahui apa yang terjadi dengan sahabatnya.
"Apakah ladang ganja di Istana tidak dapat diselamatkan dari api?" tanya Alexander, menyadarkan Sean dari pikirannya.
"Bisa, Tuan. Hanya seluas 1000 hektar saja yang terbakar," jawab Sean.
Sekalipun ladang ganja di Istana semuanya terbakar, nyatanya Black Rose Devil masih punya banyak ladang ganja di seluruh dunia yang luasnya belasan ribu hektar di tiap-tiap tempat.
"Ganja hanya tumbuhan, yang dapat ditanam kembali." Alexander kini duduk di atas tilam berbalik kearah Sean. "Tapi, orang tua dan adikku tidak bisa. Kalau saya kehilangan mereka, saya tidak akan bisa mendapat gantinya. Sekalipun saya punya kuasa dan, kekayaan yang berlimpah di dunia ini."
"Tuan, benar. Keluarga adalah harta yang paling berharga di dunia, daripada segala kekayaan duniawi," sambung Sean tiba-tiba mengingat keluarganya yang telah tiada.
"Namun, berbeda dengan istri, Sean. Laki-laki kaya seperti kita, menampakkan diri pada publik akan membuat banyak wanita, yang mau kita jadikan istri, bahkan ada yang suka rela menyerahkan tubuh." Alexander tersenyum devil menatap Sean.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK ROSE DEVIL (The Adams) END
De TodoSeorang penulis pemula diaplikasi wattpad dengan akun @Ameerah_fauziyah tidak akan pernah menyangka, bahwa cerita pertamanya yang berjudul 'PRINCESS THE ADAMS (mafia)' menjadi awal mimpi buruk bagi hidupnya. Nama aslinya bernama, Siti Marhamah. S...