Bab 11

1.1K 243 16
                                    

"Dalam sebuah pernikahan seharusnya saling mencintai? Dimana seorang Suami harusnya mencintai dan melindungi Istrinya. Namun, bagaimana ketika Suami justru menyakiti fisik hingga mental Istrinya?"

Siti Marhamah

○○○○○○○

"Pernikahan hanya alat untuk mendapat keturunan yang mewarisi kejayaan dari generasi sebelumnya, tidak harus ada cinta dalam pernikahan, karena cinta itu hanya akan membuat Manusia menjadi lemah dan bodoh."

Alexander The Adams



SELAMAT MEMBACA







   Berada dalam Istana yang layaknya sebuah kerajaan, pastilah punya keinginan di hati untuk bisa merasakan menjadi seorang Ratu, apalagi ketika Suami sendiri merupakan Rajanya.

   Namun, pernahkah terpikirkan?
Bahwa seorang Istri dari Raja nyatanya tidak akan menjadi Ratu, ketika sang Raja memperlakukan Istrinya bukan seperti seharusnya.

   Di sebuah ruangan yang begitu gelap, berada dalam bangunan Istana megah yang berlapis emas. Seorang gadis sedang merasakan siksaan yang dilakukan oleh Suaminya sendiri.

   Suara cambukan terdengar nyaring menggema dalam ruangan pengap tersebut, siapapun yang mendengarnya dapat merasakan betapa sakitnya.

   "H-hen-tik-hentikan," ucap Siti terbata dengan suara lemah.

   Permohonan itu tidak dipedulikan oleh laki-laki berusia 28 tahun tersebut, ia tanpa belas kasihan terus mencambuk Istrinya layaknya binatang.

   Punggung dari Siti sudah sangat panas, air turun dari punggungnya yang merupakan darah keluar dari dalam kulit. Pakaian yang ia kenakan bagian punggung telah robek, sehingga cambukan itu tepat mengenai kulit punggungnya yang polos.

   "Ma-maaf, ji-jika a-aku p-pu-punya s-sal-salah..." Suara itu semakin melemah, hingga akhirnya tidak sadarkan diri.

   Tubuh Siti terjatuh ke lantai yang dingin, darah dari punggungnya mengalir membasahi batu mualam hitam di ruangan itu.

   Alexander hanya memandang tanpa ekspresi Istrinya yang telah tidak sadarkan diri, tidak ada rasa khawatir dalam pandangannya itu.

   Namun, satu hal yang aneh. Yaitu ia juga tidak merasakan bahagia ketika menyiksa, biasanya rasa yang begitu senang muncul melihat korbannya tidak sadar atau malah telah tewas.

   "Aku tidak puas, karena dia cuman pingsan tidak langsung tewas, bukan karena ada hal lainnya," gumam Alexander menyakinkan dirinya.

   Sesuatu rasa baru yang sedikit muncul di hati segera ditepis, sangat mustahil ia akan memiliki perasaan yang akan membuatnya bodoh.

   Dengan sorot mata tajam dengan kedua tangan menggepal erat, Alexander keluar dari ruangan gelap itu. Terdapat amarah besar di wajahnya, ketika mengingat pandangan dari sang Istri kepadanya.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang