Bab 16

1K 204 8
                                    

"Pengorbanan kalian berhasil, kini aku sudah bisa hidup tenang tanpa ketakutan, sekalipun dekat dengan Suamiku. Tapi, kepergiaan kalian membuatku merasa bersalah."

Siti Marhamah



SELAMAT MEMBACA







   1 Minggu telah berlalu, semenjak hukuman rajam dijatuhkan kepada keluarga mantan 6 King The Adams.

   Dalam 7 hari terakhir Alexander The Adams telah menjadi King tunggal, semua pekerjaan yang begitu banyak kini hanya Alex kerjakan seorang diri.

   Siang dan malam kini bagi Alexander tidak lagi bisa melihat dunia luar, ia terus sibuk dalam ruangan kerja dengan kertas-kertas yang begitu menggunung.

   Makanan dan minuman diantar oleh pengawal untuknya, tetapi tidak sedikitpun disentuh oleh Alexander. Selama 7 hari pula Alexander sudah tidak tidur. Kantung matanya terlihat menghitam, mata putihnya itu juga mulai memerah.

   Kaca mata minus bertengker di atas batang hidup mancung, mata tajam itu kini sudah terlihat redup cahayanya.
Memandang kertas-kertas dan juga komputer dalam waktu 168 jam.

   Bisa dibayangkan bagaimana Alexander seolah ingin membunuh dirinya sendiri, banyak bawahan yang sangat mengkhawatirkan kondosi Tuan mereka. Tapi, mereka tidak berani menegurnya.

   Pintu kokoh terbuat dari emas terbuka, masuk seorang laki-laki perpakain serba hitam, di tangannya membawa beberapa berkas. Alexander tidak menoleh sedikitpun, ia masih sibuk dengan komputer dan sesekali melihat berkas disampingnya.

   "Tuan," panggilnya setelah mengumpulkan keberanian.

   "Keluar!" usir Alexander tanpa menatap ke arah pengawal pribadinya atau tangan kanannya.

   Terdengar helaan napas dari Pengawal pribadi yang sangat dekat dengan Alexander, namanya adalah Sean.

   "Kami belum siap, jika harus kehilangan lagi seorang King." Sean menatap sang Tuan yang sibuk dengan berkas.

   Alexander mengangkat pandangan, menatap tajam Sean akan perkataan tersebut. "Saya tidak selemah itu!"

   Reflek Sean menutup mata mendapat bentakan dari Alexander, ia akui dan semua bawahan di sini juga, bahwa Tuan mereka tidaklah lemah.

   "Permisi, Tuan." Sean memutuskan untuk keluar dari ruangan Alexander.

   Tidak ada yang bisa menegur sang Tuan, lebih tepatnya Alexander tidak akan mendengar perkataan siapapun.

   "Bagaimana, Sean?" tanya seorang Pengawal yang berdiri di pintu luar ruangan kerja Alexander.

   Sean menggelengkan kepala, beberapa pengawal di sana menghela napas. Mereka sangat mengkhawatirkan kondisi sang Tuan, tetapi perkataan mereka sangat mustahil untuk didengar.

   "Tapi, setidaknya dalam 1 minggu belakangan, Nyonya Siti tidak akan lagi mendapatkan kekerasan dari Tuan," ujar Sean kembali membuka suara.

   Para pengawal membenarkan perkataan dari Sean, mungkin dalam 1 minggu ini sang Nyonya masih sedih akan kepergian saudaranya, setidaknya tidak lagi mendapat kekerasan dari sang Tuan.

   Di dalam ruangan kerja, Alexander terus mengecek satu persatu berkas dari bawahannya.

   Tiba-tiba kepalanya terasa sangat berat seperti ditusuk-tusuk, tanpa memperdulikan sakit yang ia rasakan, Alexander terus mengerjakan semuanya.

BLACK ROSE DEVIL (The Adams) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang