3. UKS.

700 59 4
                                    

Pagi itu Callista tampak sudah siap dengan seragamnya. Tidak tahu kenapa, tapi ia sangat bersemangat untuk pergi ke Sekolah.

Gadis itu berjalan menuju dapur dengan wajah berseri-beri.

“Morning, Mah.” Callista mencium pipi sang Ibu yang tengah memasak di dapur.

“Morning, Sayang. Bahagia banget nih kayanya,” ujar Mamah sambil tertawa kecil dan dibalas cengiran lebar oleh putri sulungnya itu.

Saat Callista baru saja menduduki kursi meja makan, Raisha datang dengan menunjukkan senyum jahilnya kepada Callista.

“Nape lu? Sawan?” Callista menatap aneh ke arah adiknya.

“Cie, yang abis ngedate ciee.” Raisha menaik-turunkan alisnya dengan senyum yang sama. Membuat Callista seketika melotot dan mengancam Raisha tanpa suara agar gadis itu menutup mulutnya.

“Siapa yang habis ngedate?” Ujar Orang tua mereka dengan secara bersamaan. Orang tua mereka bertukar pandang sejenak sebelum akhirnya tertawa bersama.

Papah berhenti tertawa dan mulai menggoda putri sulungnya.
“Hayoo, Kakak habis ngedate sama siapa?”

“Ih ngga ada Pah, aku ngga abis ngedate sama siapa-siapa.” Callista merengut dengan pipi yang perlahan memerah.

Papah dan Raisha saling bertukar pandang. Seolah bertelepati tentang apa yang sebenarnya terjadi.

“Udah-udah, kasian Kakak. Ga lihat apa kalian pipinya udah merah begitu.” Mamah datang dengan membawa mangkuk besar berisi sayur asem.

“Mamah ih.” Callista merengek seperti anak kecil dengan pipi yang semakin memerah seperti tomat.

Keluarganya hanya tertawa melihat tingkah laku Si Sulung yang tampak lucu.

Baru saja Callista berjalan melewati jendela kelasnya, Lyn, Indira dan Lia sudah mengerubunginya seperti semut saat ia memasuki kelas.

“Weh-weh lo ada apaan sama si Gabriel? Jujur lo!” Lia bertanya saat Callista sudah hampir duduk dikursi bangkunya.

“Sabar dong ah, duduk aja belom.”

Mereka bertiga hanya diam sambil memandangi Callista menaruh tas dan menduduki kursi bangkunya.

“Jadi? Lo ada apa sama si Gebi?” Giliran Lyn yang bertanya, sedangkan Indira menyimak.

“Gaada apa-apa si.” Jawab Callista santai.

BRAK!

Callista terperanjat kaget saat ketiga temannya menggebrak meja secara bersamaan.

“Apaansi ga nyelow amat,” Callista mengelus dadanya yang berdebar karena kejutan tadi.

“Ya lu–”

“Ka Indira.”

Mereka berempat menoleh kearah pintu, terlihat ada Amanda yang masuk diikuti Gabriel dibelakangnya.

“Buset, yang dipanggil Kak Indira yang noleh ramean.” Ujar Gabriel sambil berjalan ke arah Callista duduk.

“Lu ngapain kesini?” Indira yang sejak tadi menatap kedatangan Amanda dan Gabriel akhirnya membuka suara.

Gabriel tak menghiraukan pertanyaan gadis itu, ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku rok nya.

“Buat lo, makasih air minum kemaren.” Gabriel menyodorkan coklat pada Callista dan mendudukan diri disamping gadis itu.

Lyn melihat coklat itu sebentar kemudian bertanya, “coklat yang kemaren bukan, Geb?”

Gabriel menoleh pada gadis itu, “bukan, ini baru beli gue semalem.” Setelah menjawab Gabriel beralih menatap Amanda.

You're PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang