Seorang siswi jatuh tersungkur tepat setelah punggungnya menghantam tembok dengan keras.
“Dasar cacat, ga malu lo berkeliaran disini?”
“Tau tuh, udah mah di-mute, hidup pula.”
Mereka–sekelompok perundung itu tertawa dengan lebar seolah kata-kata menjijikan yang keluar dari mereka adalah hal paling lucu yang pernah mereka katakan.
Gadis itu diam dengan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia tak bisa melakukan apapun. Mau melawan pun rasanya juga percuma, mereka berlima. Sedangkan ia seorang diri, sudah jelas ia akan kalah total.
Bruk!
“Woi!”
“Ups! Sorry kepencet.” Derby menutup mulutnya ketika tas yang ia lempar mendarat tepat di wajah Arya–pentolan geng itu.
Arya jelas tak terima, dengan alis menukik tajam ia mencengkram kerah baju Derby. “Maksud lo apa bangsat!” Bentaknya keras.
Derby menjepit hidung dengan jarinya, dengan mata tak kalah tajam ia berkata sengit. “Gak usah teriak monyet! Bau bangke gini mulut lo.”
“Anjing!”
Bukk!
Wajah Derby berpaling ketika Arya memukul pipinya dengan keras. Rasanya kebas, bahkan ia bisa merasakan permukaan mulutnya mengeluarkan darah segar.
“Lo yang mulai duluan ya.” Tepat setelah mengatakan itu, Derby menjepit leher pentolan itu kemudian menjegalnya hingga terjatuh pada tanah. Terdengar dentuman keras yang beradu dengan erangan Arya memecah keheningan disana.
Tentu saja geng Arya tak tinggal diam. Beberapa dari mereka membantu Arya berdiri sedangkan yang lain menyerbu Derby.
“Arya! Astaga! Lagi-lagi kamu yang berulah!”
Dia–Shani, Ketua osis di sekolah baru Derby. Ia tidak datang sendiri, tetapi bersama dengan seorang Guru dibelakangnya.
Guru itu berkacak pinggang, beliau menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kalian! Ke ruang BK sekarang juga!”
Arya praktis mendecak dengan kencang, dengan tatapan bengis ia memberi ancaman pada Derby. “Awas lo anjing, jangan harap urusan kita selesai gitu aja.”
Geng itu berjalan menjauh meninggalkan tempat itu, menyisakan Derby dan seorang gadis yang masih belum beranjak dari tempatnya.
Derby mendekatinya, kemudian berjongkok dan merapikan barang-barang gadis itu yang berserakan di atas tanah. “Kamu nggak pa-pa?” Tanyanya cemas.
Sang gadis hanya mengangguk lemah, perlahan ia mengangkat kedua tangannya. “Aku tidak apa-apa, terimakasih sudah membantu aku.”
Derby terdiam sambil membulatkan matanya, membuat gadis itu menunduk kembali. Pasti laki-laki itu akan menjauhinya seperti orang lain, karena tahu ia tak bisa berbicara.
Laki-laki itu mengambil salah satu tangan gadis itu dan menyelipkan kertas kecil ditelapak tangannya. “Kamu bisa hubungi aku kalau mereka ganggu kamu lagi.” Katanya sambil tersenyum manis.
Gadis itu mengangkat kepalanya, kemudian ia menampilkan raut panik saat melihat bibir Derby robek. “Kamu terluka! Ayo aku obati!”
“Eh? Nggak, nggak usah. Nggak sakit kok.”
Mendengar Derby menjawab, membuatnya memiringkan kepala. “Kamu bisa bahasa isyarat?”
Derby mengangguk kecil. “Bisa, aku pernah belajar dulu.”
Kemudian tanpa aba-aba gadis itu memencet luka Derby dengan jarinya.
“Ah! Sakit hey!” Laki-laki itu melenguh sambil menjauhkan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Precious
Romance"Aku selalu rindu kamu, dan sepertinya tidak akan pernah berhenti." -Callista A ________________________ "Tuhan sudah menggariskan takdir kita, Cal." -Gabriela A