6. Tunjukkan Cintamu.

636 54 5
                                    

Gabriel masih terpaku dengan posisi menunduk. Ia masih terlalu bingung untuk melakukan sesuatu. Otaknya seperti menolak untuk sekedar berpikir.

Bau wangi parfum gadis itu semakin tercium hingga memenuhi paru-parunya. Membuatnya enggan untuk menjauhkan diri.

Namun, akhirnya Gabriel bisa menyadarkan dirinya. Ia segera menahan bahu Callista dan menjauhkan wajahnya. Tampak semburat tatapan kecewa keluar saat Callista membuka kedua mata indahnya, membuat rasa bersalah seketika hinggap di benak Gabriel.

Gabriel menegakkan badan sambil berdehem pelan, ia benarkan posisi dasinya yang melonggar. Dengan suara sedikit bergetar ia berkata. "Ayo ke minimarket, kita perlu nyemil buat nonton film." Kemudian berjalan meninggalkan Callista yang masih terdiam.

Sepeninggalnya Gabriel, airmata menetes dari ujung kelopak mata Callista. Gabriel baru saja menolaknya, bukankah itu sudah jelas kalau cintanya bertepuk sebelah tangan? Itu artinya Gabriel selama ini hanya mempermainkannya?

Begitu banyak pertanyaan negatif muncul dibenaknya, hingga membuatnya sulit untuk sekedar mengambil nafas.

Callista mengusap airmatanya kasar dan berjalan keluar kamar.

Sedangkan Gabriel yang sudah berada diluar rumah merutuk sambil memukul dadanya berulang kali, berusaha meraup udara sebanyak mungkin. "Apaan itu tadi Ya Tuhan! Deg-degan banget gue gila."

Tindakan Callista barusan benar-benar tak terduga olehnya, Gabriel tidak tau Callista bisa menjadi se-agresif itu.

"Lo ngapain?"

Gabriel terperanjat terkejut, "astaga! Ngagetin aja."

Callista tak memperdulikan keterkejutan Gabriel dan berjalan meninggalkannya. "Ayo jalan, minimarket deket dari sini."

Gabriel memilih berjalan dibelakang Callista, ia terlalu takut untuk berjalan bersampingan dengan gadis itu. Membuat perjalanan mereka menuju ke Minimarket dipenuhi dengan kesunyian.

Saat sampai di Minimarket, Gabriel memberanikan diri untuk mengajak Callista mengobrol. Namun, gadis itu hanya meresponnya dengan deheman dan gelengan saja.

Selama perjalanan pulang mereka masih saling diam. Jujur saja, Gabriel sudah tidak tahan dengan situasi canggung ini. Ia memindahkan barang bawaannya ke tangan kanannya menggenggam jemari Callista.

Kali ini berbeda, gadis itu tak membalas tautannya seperti biasa. "Sorry buat yang tadi, gue bukan bermaksut nolak lo. Cuma gue kaget lo kaya gitu tadi." Kata Gabriel.

"Gue yang minta maaf harusnya, maaf gue kaya gitu tadi."

Callista melepas tautan jemari mereka dan berjalan lebih dulu dari Gabriel, pikirannya terlalu kalut saat ini.

Tapi itu tak membuat Gabriel menyerah, ia kembali mendekati Callista dan menautkan tangan mereka lagi. "Ada yang mau gue omongin sama lo. Tapi ngga disini."

Callista geming, tak membalas ataupun menoleh pada Gabriel.

Sampai dikamar Callista. Gabriel menyiapkan cemilan mereka sedangkan Callista menyiapkan proyektor, dinding kamarnya putih jadi bisa ia gunakan untuk menonton.

"Katanya ada yang mau lo omongin. Buruan, keburu gue play filmnya." Callista berujar sambil membuka salah satu bungkus makanan ringan.

Gabriel duduk bersila menghadap pada Callista dan mengambil bungkus makanan yang gadis itu pegang, kemudian ia simpan di meja kecil yang mereka siapkan diatas kasur.

Gabriel mengambil nafas panjang, ia gugup untuk sekedar berbicara, selama dalam perjalanan pulang ia sangat bimbang akan mengatakan ini atau tidak. Namun sekarang, niatnya sudah bulat.

You're PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang