Callista duduk bersandar pada sofa ruang tamunya, ia sangat bosan. Sudah hampir setengah jam berlalu, ia hanya duduk di sofa sambil menghela nafas berkali-kali.
Gadis itu memilin ujung bajunya sambil menatap langit-langit ruang tamunya.
Kemudian netra legam miliknya melirik gadis yang sejak tadi sibuk mengotak-atik ponsel di sampingnya.
"Gabut banget," eluhnya.
Tapi nampaknya, Gabriel tidak terusik. Terbukti dari jemarinya yang masih asik menari kesana-kemari di benda pipih itu. Callista yang sebal, kemudian mencibir.
"Kalo kesini cuma buat main hape mending pulang aja sana!" Callista menyilangkan tangannya didepan dada dengan bibir mengerucut.
Berkat nada suaranya yang naik beberapa oktaf, akhirnya Gabriel menarik atensinya pada ponsel dan mematikannya. "Marah-marah mulu ceweku ini." Tangannya bergerak merangkul pundak Callista.
"Ya abisnya lo dari tadi main hape mulu, guna gue disini buat apa?" Callista mendengus.
Gabriel tersenyum simpul dan menarik rahang sang kekasih agar menatapnya. "Mau jalan-jalan?"
Mendengar itu kedua mata Callista berbinar-binar, gadis itu mengangguk cepat. "Mau! Ayo!"
Secepat itu moodnya berubah.
Gabriel terkekeh dan mencubit hidung gadis itu pelan, "pake jaket dulu sana, celananya juga. Diganti dulu."
"Siap!"
Callista langsung beranjak dari sofa dan berlari ke kamarnya. Ia berpapasan dengan Raisha saat menaiki tangga.
"Jangan lari-lari weh!" Peringat Raisha.
Gadis jangkung itu mendudukan dirinya disamping Gabriel. Lalu meraih remote dan menghidupkan televisi.
"Itu anak nape ngibrit girang begitu dah?" tanyanya sambil memencet satu persatu tombol remote.
"Gue ajakin jalan."
Raisha menoleh pada Gabriel, kemudian senyumnya mengembang. Mendadak televisi didepan sudah tak menarik lagi di matanya. "Oh ya? Mau kemana tuh?"
"Deket-deket sini, nyari angin."
Raisha semakin mengembangkan senyumnya, "beliin gue susu dong. Satu kotak aja gapapa."
Gabriel sontak mendelik, meski begitu ia tetap mengangguk.
"Yes! Susu gratis!" seru Raisha sambil kembali memencet remote yang ia acuhkan tadi.
"Ayo, gue udah siap." Callista secara tiba-tiba sudah berdiri disamping Raisha, lengkap dengan senyuman lebarnya.
Gabriel dan Raisha menoleh bersamaan dengan menampilkan raut wajah cengo mereka.
Raisha menatap lantai atas dan Callista secara bergantian, "cepet banget anjir?" gumamnya pelan.
Gabriel beranjak dari duduknya dan menepuk pundak Raisha, "duluan ya bro."
Sampai di teras rumah, Gabriel menatap ke langit dengan seksama. Kemudian, berjalan ke pojok teras. Mengambil payung hitam yang berada disana.
"Kenapa bawa payung?" tanya Callista.
"Mendung, kayaknya mau hujan."
Callista membulatkan bibirnya dan menatap keatas. Benar yang dikatakan gadis itu, awan hitam tampak hampir menutupi langit malam.
"Ayo jalan."
"Nanti sekalian mampir minimarket dulu, ade lo titip susu." imbuh Gabriel.
Callista menganggukan kepalanya dan mengeratkan genggamannya pada tangan Gabriel. Tangan Gabriel tidak halus seperti gadis pada umumnya, mungkin karena dia seorang pemain basket?

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Precious
Romance"Aku selalu rindu kamu, dan sepertinya tidak akan pernah berhenti." -Callista A ________________________ "Tuhan sudah menggariskan takdir kita, Cal." -Gabriela A