Setelah pengungkapan itu, hubungan di antara mereka menjadi renggang. Hari itu Callista dan Gabriel tak pernah terlihat bersama lagi, setiap ada Callista, Gabriel pergi, begitu juga sebaliknya. Teman-teman mereka yang kebingungan dengan perubahan mereka yang tergolong mendadak, sempat menanyakan. Namun alih-alih memberikan jawaban, keduanya kompak diam.
Ditambah dengan dekatnya Callista dan Derby beberapa hari belakangan tentu saja membuat tanda tanya diantara mereka semakin membesar. Kini rumor-rumor tentang keduanya mulai terdengar simpang siur di sekolah.
Tepat hari itu, pada hari terakhir perlombaan, lambe turah sekolah kembali mendapatkan topik panas sebagai bahan gosip mereka. Callista dan Derby datang ke sekolah bersama. Bukan sekedar kebetulan, karena mereka berdua menaiki mobil yang sama. Mobil mewah milik Derby.
Hampir seluruh siswa yang melihatnya kompak berbisik satu sama lain sambil menatap mereka berdua.
Diantara mereka, Gabriel berdiri nelangsa menatap keduanya dengan nanar. Tak dapat dipungkiri, meskipun ia yang menyetujui permintaan Callista malam itu. Rasa sayangnya pada gadis pemilik senyum indah itu tak dapat dihapusnya dalam sekejap mata.
"Pengumuman, kepada seluruh siswa yang bertanding untuk final dimohon untuk segera pergi ke lapangan. Terimakasih."
Tak ingin terus meratapi nasib yang menyedihkan, Gabriel menderapkan kakinya pergi dari kerumunan itu dengan cepat.
Gabriel sampai di lapangan tepat saat perlombaan akan dimulai, gadis itu dengan cepat mengambil posisinya dan beberapa kali meminta maaf.
"Lo di belakang gue, Geb." Lagi-lagi Dimas menarik lengan Gabriel dengan lembut dan membuatnya berdiri di belakang lelaki itu.
Dimas sempat melempar senyumnya pada Gabriel sebelum kembali menghadap pada lawan. Ternyata, dia cukup populer dikalangan para gadis di sekolah. Terbukti dengan pekikan mereka saat lelaki itu menarik senyumnya.
Pertandingan pagi itu berjalan cukup sengit, karena bisa dibilang mereka dengan lawan seimbang karena sama-sama hampir memiliki semua atlit voli. Beberapa kali tim lawan mengincar Gabriel yang tak begitu mengerti voli, tapi beruntung Dimas bergerak dengan cekatan menampis seluruh serangan itu.
Tentu saja mereka tak mau kalah, saat Gabriel mendapatkan kesempatan servis. Gadis itu melakukan hal yang sama pada lawan, mengarahkan bolanya pada seorang gadis yang juga tak mengerti voli. Taktiknya membuahkan hasil, beberapa kali gadis itu tak dapat menahan bola dengan benar, membuat tim Gabriel mendapatkan poin beberapa kali. Hingga berakhir tim Gabriel kembali memenangkan pertandingan dan berhasil meraih juara pertama pada cabang bola voli.
Hari itu, terjadi perubahan pada urutan perlombaan. Setelah pertandingan voli untuk kelas 11 diadakan, tim basket kelas 11 masih harus berlomba setelah voli usai.
Gabriel memang tak merasa lelah karena perlombaan voli, ia hanya berkontribusi sedikit dalam perlombaan, sisanya ada Dimas yang sigap melindunginya. Sangat gentle.
"Buat lo, kesian gue liat lo lomba lagi." Panjang umur untuk cowok itu, baru saja dibicarakan ia sudah berdiri di samping Gabriel sambil menyodorkan sebotol minuman isotonik.
Karena menolak rejeki itu tak baik, Gabriel lantas menerima minuman itu seraya tak lupa melempar senyum dan berucap terimakasih.
Setelah memberikan minuman itu, Dimas mengangguk singkat dan kembali ke pinggir lapangan untuk menonton perlombaan.
Sama hal nya seperti voli, sepertinya pertandingan kali ini akan berlangsung sengit. Melihat tim lawan Gabriel dapat menebak kalau ia akan mendapat beberapa kekerasan. Karena, tim lawan berisi hampir seluruh siswi dengan permainan mereka yang cenderung kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Precious
Romance"Aku selalu rindu kamu, dan sepertinya tidak akan pernah berhenti." -Callista A ________________________ "Tuhan sudah menggariskan takdir kita, Cal." -Gabriela A