Malam ini, Festival Sekolah diadakan. Seluruh siswa maupun siswi menunjukkan antusiasme mereka dengan memakai pakaian terbaik mereka, berusaha terlihat baik di acara itu.
Festival itu tak hanya siswa-siswi yang mengisi. Namun, seluruh orang tua murid bahkan hingga petinggi sekolah juga diberi undangan untuk ikut memeriahkan acara.
Sebelum acara dimulai, Gabriel sudah sampai di parkiran. Dalam perjalanan, ia sedang mengobrol dengan Amanda beberapa saat sebelum Shela ikut bergabung dalam obrolan mereka.
"Duh, gue pressure banget nanti di lihat banyak orang." ujar Gabriel sambil menggigit bibirnya.
Amanda tergelak singkat, lalu merangkul sahabatnya itu. "Gapapa, gue yakin lo bisa." Dan diangguki oleh Shela, gadis itu mengangkat tangannya. "Suara kamu bagus saat berlatih kemarin." katanya.
"Geb, gue nggak ngerti dia ngomong apa." bisik Amanda pada Gabriel.
"Oh, katanya suara gue oke pas latihan."
"Lo latihan sama dia?"
"Iya."
"Kok lo gak ngajak gue?!" Amanda memukul bahu Gabriel keras hingga gadis itu mengaduh sambil mengusap bahunya.
Shela berusaha membela Gabriel dengan menjauhkan Gabriel dari Amanda. "Waktu itu nggak sengaja kok! Kita kebetulan bertemu saat di studio musik. Jangan marahi Gabriel." pinta Shela.
Kedua mata Amanda membulat saat gadis itu menyatukan tangannya setelah berkata sedikit panjang. "Gue nggak ngerti lo ngomong apa.." ujarnya tak enak pada Shela.
Gabriel hanya diam menonton mereka, rasanya lucu saat Amanda mendadak kikuk saat bersama Shela. Ditambah dengan Shela yang sangat effort menulis di notebook miliknya untuk menjelaskan semuanya pada Amanda.
Sampai di dekat panggung, saat mereka mencari tempat untuk duduk. Tanpa sengaja Gabriel mendapati seseorang yang sangat Gabriel hindari beberapa hari ini juga sedang mencari tempat duduk. Tapi ketika melihat seorang gadis yang berjalan dengan lelaki itu, Gabriel sempat tertegun.
Gadis itu terlihat sangat cantik dengan dress-nya, polesan make up tipis di wajahnya seakan menghipnotis pandangan Gabriel untuk hanya menatap padanya.
Kedua bola mata indah itu, menatapnya. Tatapan yang membuat Gabriel terjerumus dalam rasa sayang tak berujung, rasa sayang yang sangat dalam hingga ia tak lagi dapat merasakan apa itu rasa sakit.
Hanya sebentar mereka saling beradu pandang hingga Gabriel terpaksa mengalihkan atensinya, sebelum Amanda akan menceramahi dirinya selama Festival berlangsung.
Hampir 1 jam lamanya Gabriel tenggelam dalam rasa gugup menunggu gilirannya untuk tampil. Ia melihat Greesel berjalan di atas panggung mempersiapkan penampilan. Itu artinya, sebentar lagi gilirannya.
Gabriel menggendong tas gitarnya serta pamit pada Amanda dan Shela untuk pergi ke belakang panggung. Mereka berdua sempat memberi semangat padanya, hal itu sudah lebih dari cukup untuk meredakan rasa gugupnya. Meski, jauh dalam lubuk hati ia berharap Callista yang memberikan ucapan semangat itu.
Sampai di belakang panggung, Gabriel menunggu di samping seorang gadis yang lebih pendek darinya. Sepertinya seorang adik kelas, karena gadis itu terlihat lebih muda darinya.
"Nih, permen caramel. Biar nggak tegang-tegang banget."
Gabriel dengan cepat menoleh saat gadis itu memberikan sebungkus permen caramel di tangan kanannya. Ia menerima permen itu sambil tersenyum padanya, "makasih ya, err ... "
"Flora, panggil aja Flora." katanya.
"Ah, iya. Flora." Flora tersenyum manis, rasanya sangat adem melihatnya tersenyum seperti itu. Gadis itu juga mengajaknya mengobrol selagi menunggu namanya dipanggil, ternyata Gabriel sudah salah sangka. Flora ternyata Kakak tingkatnya, satu angkatan dengan Callista.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Precious
Romance"Aku selalu rindu kamu, dan sepertinya tidak akan pernah berhenti." -Callista A ________________________ "Tuhan sudah menggariskan takdir kita, Cal." -Gabriela A